[caption caption="Hirarki Sentralitas Kecamatan di Kabupaten Tegal"][/caption]
Kabupaten Tegal merupakan sebuah kabupaten yang masuk dalam wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Tegal masuk dalam kategori kota besar karena memiliki jumlah penduduk diatas 1,4 juta jiwa pada tahun 2005 dan 2014. Terbagi atas 18 kecamatan dan memiliki pusat pemerintahan yang terletak di Kecamatan Slawi.
Perkembangan wilayah Kabupaten Tegal dapat dilihat dengan menggunakan berbagai macam indikator, salah satunya menggunakan indeks sentralitas. Indeks sentralitas adalah suatu perhitungan yang menunjukan nilai strategis wilayah berdasarkan aspek lokasi. Nilai strategis dicirikan dengan kemudahan akses dan banyaknya link dan simpul transportasi yang mengumpul pada wilayah tersebut. Semakin tinggi nilai sentralitas dan hirarkinya, maka wilayah tersebut mempunyai kemudahan akses yang tinggi. Selain itu, nilai sentralitas juga mampu menunjukan seberapa besar peran dari suatu wilayah bagi pembangunan wilayah. Umumnya wilayah yang mempunyai nilai sentralitas tinggi, peran terhadap pembangunan wilayahnya juga cukup tinggi. Jangkauan dan daya tampung pelayanan dari fasilitas pelayanannya pun akan makin luas dan tinggi ketika nilai sentralitas dan hirarkinya semakin tinggi.
Perhitungan indeks sentralitas memperhatikan kemampuan masyarakat dalam menjangkau fasilitas pelayanan atau indeks aksesibilitas sebesar 0,01. Nilai 0,01 didapat dari asumsi bahwa semua masyarakat ditiap kecamatan dapat menjangkau fasilitas pelayanan dengan mudah. Pembobotan yang dilakukan juga menggunakan pembobotan terhadap jenis fasilitas, atau dinamakan nilai sentralitas gabungan. Asumsinya bahwa nilai sentralitas gabungan setiap jenis fasilitas pelayanan dianggap sama. Pembobotan dilakukan dengan cara membagi nilai 100 dengan jumlah total fasilitas pelayanan (per jenis fasilitas pelayanan) yang ada pada suatu kecamatan. Nilai 100 diambil karena disesuaikan dengan jumlah unit fasilitas yang ada dan mengasumsikan jika nilai 100 merupakan nilai sentralitas terbesar.
Hasil yang didapat dari perhitungan indeks sentralitas kecamatan di Kabupaten Tegal adalah Kecamatan Slawi, Kecamatan Lebaksiu, dan Kecamatan Adiwerna mempunyai hirarki yang paling tinggi, yakni hirarki I. Jika dilakukan ranking, maka Kecamatan Slawi memiliki ranking tertinggi di tahun 2005 dan 2014. Kecamatan Slawi menjadi kecamatan dengan ranking tertinggi di tahun 2005 dan 2014 karena secara spasial berada di wilayah strategis, yakni ditengah-tengah wilayah Kabupaten Tegal. Selain berada ditengah-tengah, Kecamatan Slawi juga dilalui oleh jalur utama Yogyakarta-Jakarta dan Yogyakarta-Cirebon sehingga aktivitas perekonomian, khususnya diwilayah ini sangat bergerak cepat. Faktor lain yang membuat Kecamatan Slawi menjadi wilayah yang sangat sentral adalah peran dan fungsi kecamatan ini sebagai ibu kota kabupaten. Sebagai ibu kota kabupaten, Kecamatan Slawi harus mampu menyediakan fasilitas pelayanan yang memadai bagi para penduduknya, baik yang tinggal di dalam wilayah administrasinya maupun yang tinggal di luar wilayah administrasinya. Terlebih jika melihat jumlah penduduk yang ada di wilayah Kecamatan Slawi tidak terlalu besar dibanding dengan Kecamatan Adiwerna, Pangkah, Kramat, dan Talang, sehingga banyaknya fasilitas yang ada dapat digunakan oleh penduduk dari luar Slawi. Nilai sentralitas yang tinggi dari Kecamatan Slawi dapat diartikan jika Kecamatan Slawi merupakan sebuah wilayah yang sangat strategis baik sebagai ibu kota kabupaten maupun sebagai wilayah pusat pertumbuhan. Kecamatan Slawi juga memberikan peran yang penting bagi perkembangan wilayah Kabupaten Tegal.
Wilayah lain yang memiliki hirarki sentralitas yang sama dengan Kecamatan Slawi, yakni hirarki I adalah Kecamatan Adiwerna. Kecamatan Adiwerna terletak persis di utara Kecamatan Slawi. Letaknya yang berdekatan secara spasial membuat kecamatan ini ikut terkena imbas dari pembangunan di Kecamatan Slawi. Bahkan dari data tahun 2005 dan 2014 dapat diihat peningkatan nilai sentralitas yang cukup besar dari Kecamatan Adiwerna. Kecamatan Adiwerna masuk dalam kategori kota menengah. Kelengkapan fasilitas yang ada ditambah dengan jumlah penduduk yang mendiami wilayah tersebut menjadi indikator mengapa Kecamatan Adiwerna layak disebut sebagai kota menengah. Tingginya sentralitas dan cepatnya perkembangan kecamatan tersebut disebabkan oleh kegiatan ekonomi masyarakat Kabupaten Tegal yang terkonsentrasi di Adiwerna. Adiwerna memang menjadi wilayah yang strategis bagi pengembangan industri. Banyak industri skala rumahan hingga industri skala nasional berada di Kecamatan Adiwerna. Perkembangan industri yang cukup pesat memberikan efek pengganda pada sektor-sektor lain seperti perdangan dan perbankan yang menjadi lebih berkembang.
Meski mempunyai hirarki yang sama, ketiga kecamatan mempunyai nilai peran yang berbeda-beda dalam pembangunan wilayah Kabupaten Tegal. Kecamatan Slawi tetap sebagai pusat dari segala aktivitas yang ada di Kabupaten Tegal. Seluruh fasilitas pelayanannya menjadi rujukan bagi seluruh masyarakat di Kabupaten Tegal. Sedangkan Adiwerna dan Lebaksiu merupakan dua kecamatan penopang utama kegiatan ekonomi dan perdagangan di Kabupaten Tegal. Beberapa fasilitas pelayanannya seringkali digunakan oleh masyarakat sekitar kecamatan tersebut.
Secara tidak langsung Kabupaten Tegal ingin membuat pemisahan pusat-pusat pertumbuhan yang ada di wilayahnya. Pemisahan tersebut terlihat dari adanya dominasi ekonomi di wilayah Adiwerna dan dominasi perdagangan di wilayah Lebaksiu, sehingga pusat ekonomi dan perdagangan tidak hanya terkonsentrasi di ibu kota kabupaten. Pembuatan pusat pertumbuhan baru berdasarkan sektor-sektor tertentu tentunya dapat mengurangi dominasi peran Kecamatan Slawi sebagai pusat pertumbuhan serta kegiatan.
Walaupun terdapat beberapa wilayah yang memiliki indeks sentralitas tinggi, akan tetapi bukan merupakan tolak ukur jika pembangunan di Kabupaten Tegal dapat dikatakan berhasil. Hal tersebut dikarenakan beberapa wilayah masih memiliki indeks sentralitas yang rendah walaupun pembangunan wilayahnya cenderung cepat. Pada tahun 2005, setelah dilakukan perhitungan, didapati jika Kecamatan Pagerbarang, Kecamatan Suradadi, dan Kecamatan Bumijawa menjadi kecamatan yang indeks sentralitasnya rendah. Letaknya yang jauh dari ibu kota kabupaten menjadi salah satu penyebab mengapa indeks sentralitas di ketiga wilayah tersebut yang paling rendah pada tahun 2005. Hal lain adalah kesulitan transportasi dan buruknya jaringan jalan yang membuat kesulitan untuk bermobilisasi. Faktor berikutnya adalah karena banyaknya jumlah penduduk yang harus dilayani.
Untuk kasus Kecamatan Pagerbarang dan Suradadi, selain faktor letak spasial yang terlampau jauh dengan ibu kota, faktor minimnya fasilitas pelayanan menjadi sebab lain mengapa sentralitas di kedua kecamatan menjadi rendah. Jumlah penduduk di kedua kecamatan terbilang banyak, hanya saja fasilitas pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan mereka masih kurang. Kecamatan Pagerbarang hanya mempunyai 279 fasilitas pelayanan dengan nilai hirarki fasilitas pelayanan sedang dan rendah, sedangkan penduduk yang tinggal di wilayahnya mencapai 59ribu jiwa di tahun 2005. Kecamatan Suradadi mempunyai fasilitas pelayanan sebanyak 331 sedangkan jumlah penduduk yang harus dilayani mencapai 92ribu jiwa pada tahun 2005.
Berbeda dengan tahun 2005, pada tahun 2014, kecamatan yang mempunyai ranking terendah adalah Kecamatan Talang, Dukuhwaru, dan Bumijawa. Bumijawa menjadi kecamatan yang mempunyai ranking sama dari tahun 2005 dan 2014 yakni ranking 16. Walaupun demikian, terjadi perkembangan wilayah yang cepat di daerah Bumijawa dan penurunan jumlah penduduk. Perkembangan wilayah yang cukup cepat terlihat dari pertambahan fasilitas pelayanan yang pada tahun 2005 berjumlah 483, sedangkan pada tahun 2014 berjumlah 519. Akan tetapi fasilitas yang bertambah hanya fasilitas berbobot rendah atau fasilitas yang mempunyai daya tampung sedikit dan jangkauan pelayanannya sempit. Untuk Kecamatan Talang dan Dukuhwaru, perkembangan kedua wilayah cenderung lambat dan tidak sepadan dengan pertambahan penduduknya. Dampaknya adalah banyak masyarakat yang tidak terpenuhi kebutuhannya.