Mohon tunggu...
Fathiah Nur Alisa
Fathiah Nur Alisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fathiah Nur Alisa

Fathiah Nur Alisa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Egoisme dalam Berorganisasi

9 Maret 2022   11:45 Diperbarui: 9 Maret 2022   11:57 2338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Organisasi pada dasarnya terdiri dari sekelopok orang yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang hendaknya dapat dicapai oleh semua anggotanya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa seseorang juga mempunyai tujuan pribadi yang melatarbelakangi orang tersebut untuk bergabung dalam sebuah organisasi, contoh seperti untuk membangun dan memperkuat relasi, mengembangkan bakat, bahkan hanya untuk mencari pengalaman yang dapat digunakan untuk mengisi curriculum vitae nantinya. Namun, jika telah tergabung dalam suatu organisasi, seseorang hendaknya mengesampingkan tujuan tersebut. Sebenarnya tidak ada masalah jika kita ingin mencapai tujuan pribadi tersebut. Akan tetapi kembali lagi bahwa organisasi memiliki suatu tujuan yang harus dicapai. Jika sekiranya tujuan pribadi kita tersebut tidak akan menghambat proses pencapaian tujuan dari organisasi maka kita tetap dapat menjalankan tujuan pribadi tersebut. Namun, jika tujuan tersebut bersifat menghambat tujuan dari organisasi yang diikuti maka sebaiknya tujuan pribadi tersebut dikesampingkan terlebih dahulu.

Namun terkadang ada orang yang lebih memilih untuk mencapai tujuan pribadinya bahkan jika tujuan tersebut akan menghambat pencapaian tujuan dari organisasi. Hal tersebut lah yang kemudian dikenal sebagai egoisme. Egoisme ini bersifat seperti virus dalam suatu organisasi. Egoisme dapat menghambat jalannya suatu organisasi. Bahkan pada suatu keadaan tertentu egoisme ini dapat menghancurkan organisasi tersebut. Egois ini dapat diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk memprioritaskan kepentingan dan kebutuhannya di atas kepentingan dan kebutuhan orang lain.

Sifat egois ini manusiawi untuk dimiliki setiap manusia karena sifat ini tumbuh dengan sendiri dalam diri kit ajika kita mengingkan sesuatu. Sifat egois dalam tahap tertentu masih dianggap wajar dan normal. Hal tersebut dapat diartikan sebagai wujud self love atau mencintai diri sendiri. Misalnya dalam memenuhi kebutuhan makanan, kita hendaknya melakukan pemenuhan terhadap kebutuhan kita sebelum membaginya dengan orang lain.

Namun pada keadaan tertentu, sifat egois ini dapat berubah menjadi tidak wajar saat seseorang mulai bersikap berlebihan dan memprioritaskan kebutuhan dan keinginannya diatas kebutuhan dan keinginan orang lain secara signifikan, misalnya demi memenuhi keinginannya akan suatu mainan tertentu, seorang anak kemudian mencuri uang dari orang tuanya padahal uang tersebut mungkin saja digunakan atau diperuntukan untuk kebutuhan lain yang lebih mendesak.

Ada sangat banyak kasus dimana sifat egois ini merusak suatu hubungan ataupun pekerjaan dan kegiatan. Misalnya saja saat kita melakukan kerja kelompok untuk proyek kelas, dan kita memiliki suatu ide yang kita rasa sangat menarik kemudian kita memaksakan ide tersebut untuk diterima oleh anggota kelompok yang lain tanpa mau mendengarkan pendapat mereka. Padahal mungkin saja mereka mempunyai ide yang lebih baik atau gagasan yang dapat menyempurnakan ide kita. Pada kasus lain, contoh sikap egois misalnya saat kita melakukan suatu kesalahan kemudian kita tidak mau bertanngung jawab bahkan tidak mau ditegur karena kesalah tersebut.

Tidak dapat dipungkiri bahwa menjadi pengurus atau anggota suatu organisasi itu memerlukan energi dan tenaga lebih dan tentunya saja akan menimbulkan rasa lelah bagi para pengurusnya. Dan sangat wajar apabila kita sebagai manusia biasa mengeluhkan hal tersebut. Namun mengeluh itu juga sebaiknya tidak dilakukan  terlalu sering, apalagi jika kita sampai membanding-bandingkan pekerjaan kita dengan pekerjaan dari divisi atau pengurus lain. Entah itu mengatakan bahwa pekerjaannya lebih ringan atau hasil yang dikerjakan tidak maksimal. Hal tersebut akan menyinggung divisi atau pengurus yang bersangkutan yang kemudian akan menyebabkan tidak kondusifnya suasana organisasi dan merenggangnya hubungan antar pengurus.

Dalam suatu organisasi juga biasanya ada seseorang yang tidak menyadari tanggung jawabnya bahkan terkadang ada pihak yang menyadari namun tidak melaksanakan tanggung jawab tersebut dengan sepenuh hati. Hal tersebut kemudian akan menciptakan timbulnya suatu kesalahan yang menghalangi kinerja dari organisasi terssebut. Maka ada baiknya, kita sebagai pengurus harus tetap sadar dan menjalankan kewajiban kita dengan baik dan sepenuh hati agar dapat memperoleh hasil yang baik pula. Nantinya jika diperoleh hasil yang baik maka kita sebagai pengurys tentu saja akan merasa bangga akan hasil kerja keras kita tersebut.

Saat bergabung dalam suatu organisasi kita tentu saja sudah tahu bahwa ada banyak hal yang harus kita lakukan dan akan ada beban tanggung jawab lebih yang harus kita pikul. Maka seharusnya saat bergabung dalam organisasi tanggung jawab tersebut harus kita laksanakan dan juga jangan terlalu sering mengeluh, apalagi pada hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dikeluhkan. Karena biar bagaimanapun juga kita masuk ke dalam sebuah organisasi bukan atas dasar paksaan, tapi atas kemauan dan keinginan kita sendiri. Sehingga tidak etis rasanya apabila kita sebagai seseorang yang memutuskan untuk mengambil tanggung jawab tersebut, berakhir mengeluhkan sampai mengabaikan tanggung jawab tersebut. Tingkatkan kesadaran diri kita, karena dalam suatu organisasi kita adalah satu, jadi kegagalah suatu divisi berarti kegagalan organisasi secara keseluruhan.

Setiap manusia itu merupakan makhluk sosial, artinya kita membutuhkan bantuan dari orang lain. Sehingga jika dalam suatu organisasi terdapat masalah yang tidak dapat kita selesaikan, maka beritahu dan mintalah bantuan teman lainnya untuk penyelesaian dari masalah tersebut. Jangan menjadikan masalah umum atau organisasi menjadi masalah pribadi. Jangan sampai kita bersikap egois dan mementingkan gengsi yang membuat kita tidak mau meminta tolong karena merasa hal tersebut adalah tanggung jawab pribadi. Intinya dalam suatun organisasi jangan juga memengang prinsip bahwa kita adalah pribadi yang mandiri yang bisa menyelesaikan semua masalahnya sendiri. Karena kembali lagi bahwa jika kita menemui suatu kegagalan pada akhirnya maka itu merupakan kegagalan organisasi secara keseluhan bukan hanya kegagalan individu. Jadi, reputasi yang akan rusak adalah reputasi dari organisasi dan membangun reputasi yang baik itu adalah hal yang sangat sulit.

Terkadang juga perasaan bahwa kita dapat menyelesaikan semua masalah sendiri membuat kita tidak ingin bekerja sama dengan orang dan tidak mengindahkan keberadaan atau peran dari divisi lain tersebut. Hal ini sangat esensial untuk dihilangkan, karena keberhasilan suatu organisasi itu salah satu faktor penentunya adalah bagaimana divisi-divisi atau pengurus-pengurus dalam organisasi tersebut dapat membentuk kerjasama yang baik. Semakin baik Kerjasama yang terbentuk maka semakin baik pula hasil yang dapat diperoleh organisasi tersebut. Selain itu jangan lupa bahwa kita sebagai manusia memiliki kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat, jangan sampai perasaan tersebut menghilangkan kewajiban kita untuk saling menghargai antar sesama.

Dalam suatu organisasi juga jangan sampai ada yang menjadikan kepentingan pribadi menjadi kepentingan umum atau organisasi. Jika kita memiliki tujuan tersendiri untuk bergabung dalam suatu organisasi , maka tidak ada larangan untuk mewujudkan tujuan tersebut karena biar bagaimanapun juga itu merupakan hak pribadi seseorang. Namun, jangan sampai usaha kita untuk mewujudkan tujuan pribadi itu mengurangi kesadaran kita bahwa ada tujuan umum organisasi yang dimana merupakan kewajiban kita sebagai anggota organisasi tersebut untuk mewujudkan tujuan itu bersama dengan anggota lainnya. Ada baiknya kita tidak hanya mengambil manfaat dari suatu organisasi meskipun hal tersebut tidak dilarang, kita juga harus memberi kontribusi untuk organisasi tersebut. Karena yang dipandang orang dari kita adalah seberapa banyak kita memberi bukan seberapa banyak yang kita terima. Jangan pernah ragu untuk memberikan kontribusinya, bahkan jika kita merasa bahwa kontribusi terbut tidaklah besar atau tidak akan membantu banyak. Karena pada hakikatnya semua kontribusi yang dimaksudkan secara positif pasti akan memberi bantuan.

Apabila kita meminta bantuan kepada anggota atau pengurus lainnya namun pengurus tersebut tidak dapat memberikan bantuan. Maka jangan langsung menyalahkan pengurus tersebut tanpa bertanya apa kendalannya terlebih dahulu. Karena bisa jadi pengurus tersebut sebenarnya sangat ingin membantu, namun sayangnya memiliki kendala lain yang lebih mendesak. Maka dari itu, dalam organisasi juga diperlukan kemampuan untuk dapat memahami keadaan orang lain. Jangan hanya keadaan diri sendiri yang ingin dipahami. Jadi jangan menyalahkan seseorang tanpa memahami keadaanya terlebih dahulu. Adapun mengenai bantuan kita perlukan, kita dapat memintanya dari anggota atau pengurus lainnya. Karena yang berorganisasi bukan hanya kita dan pengurus yang memiliki kendala tersebut ada juga pengurus-pengurs lainnya.

Dalam suatu organisasi tentu saja ada struktur dari organisasi tersebut. Ada orang yang menduduki posisi sebagai ketua organisasi yang membawahi semua pengurus organisasi secara umum dan setiap divisi pasti juga memiliki koordinator yang membawahi anggota divisinya. Disini biasanya sifat egois seseorang timbul dimana ia tidak mau mendengarkan orang yang berdasarkan garis komando memiliki posisi yang lebih tinggidari dirinya. Padahal orang tersebut tentu saja dipilih karena ia dianggap mampu untuk menjalankan tanggung jawabnya dalam mengotrol organisasi ataupun divisinya. Dan ini juga merupakan salah satu kewajiban kita untuk mematuhi arahan dari ketua atau koordinator selama arahan tersebut benar dan merupakan arahan yang akan berguna untuk organisasi kedepannya. Jangan pernah menjadi orang yang sulit untuk mengikuti arahan dari ketua atau koordinator.

Adapun ketua dan koordinator juga dapat memenuhi tanggung jawab yang dilimpahkan padanya. Jangan sampai karena memiliki posisi komando yang lebih tinggi, maka merasa dapat menjalankan organisasi atau divisi sesuai dengan kehendak pribadi. Jadilah ketua atau koordinator yang baik dan terbuka untuk setiap saran dan pendapat  yang ada, sekecil apapun saran tersebut.

Sebagai ketua dan koordinator juga diperlukan sikap tegas. Karena jika ketua dan koordinator ini tidak bersikap tegas maka anggota atau pengurus lainnya akan berbuat seenaknya. Yang dimana jika kondisi tersebut terus diabiarkan berlarut-larut maka keadaan akan menjadi semakin tidak terkendali dan bisa saja ketua dan koordinator ini akan kehilangan wibawanya di depan pengurus lainnya yang mebuat arahannya tidak akan lagi didengar oleh pengurus atau anggota lainnya. Jika hal tersebut terjadi maka ketua dan koordinator ini tidak dapat menunaikan kewajibannya untuk mengarahkan dan memimpin organisasi dengan baik.

Namun sebagai seorang pemimpin ketua dan koordinator sebaiknya memiliki pengendalian emosi yang baik. Jangan sampai karena adanya kesalahan pengurus/anggota dalam melaksanakan intruksi, maka ia memahari dan membentak anggota tersebut. Marah dan kesal itu wajar, namun jangan sampai dilampiaskan secara berlebihan. Alangkah baiknya jika sebagai seorang pemimpin ketua dan koordinator ini memiliki kemampuan public speaking yang baik yang dapat memengaruhi anggotanya, sehingga anggotanya dapat mengikuti instruksi tersebut dengan baik. Adapun jika ada kesalahan maka sebaiknya dibicarakan dengan baik secara kekeluargaan jangan ditegur dalam bentuk kemarahan.

Egois itu merupakan sifat manusiawi yang tidak dapat dihindari apalagi dihilangkan karena pada dasarnya sudah melekat pada diri kita sejak lahir. Egois atau mementingkan diri sendiri ini tidaklah salah, namun jika kita melakukannya secara berlebihan dan tidak pada tempat dan keadaan yang sesuai maka sifat ini menjadi salah. Sifat egois ini dapat menimbulkan kerugian baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain disekitat kita. Sama halnya dalam suatu organisasi, sikap egois ini akan menghambat dan menghalangi jalanya suatu organisasi atau pada kemungkinan terburuk dapat menghancurkan organisasi tersebut. Maka dari itu, marilah kita meningkatkan kesadaran diri dan mengontrol sikap egois dalam diri kita agar jangan sampai memberikan dampak negatif terhadap orang lain. 

Adapun untuk melawan sikap egois ini kita dapat melakukannya dengan belajar untu sabar dan menahan diri, selalu mencoba untuk berpikiran positif tentang orang lain, memingkatkan kepekaaan sosial, rasa toleransi, dan kepedulian, jangan pernah membandingkan diri dengan orang lain yang akan mendorong timbulnya rasa iri dan rendah diri yang akan mendorong timbulnya sikap egois, selalu posisikan diri sebagai orang lain sebelum melakukan sesuatu, belajarlah untuk meminta dan menolong sesama, selalu renungkan tindakan baik yang telah kita lakukan maupun yang akan kita lakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun