Mohon tunggu...
Fathan Yuda Febrianda
Fathan Yuda Febrianda Mohon Tunggu... Programmer - Staf IT PT Layanan Data Solusi Indonesia, Lulusan S1 Hubungan Internasional UPN Veteran Jakarta

Saya adalah Staf IT di sebuah perusahaan PT Layanan Data Solusi Indonesia dan lulusan S1 Hubungan Internasional UPN Veteran Jakarta. Saya memiliki minat di bidang hubungan internasional, keamanan dan pertahanan, geopolitik, ekonomi, perdagangan global, sejarah, politik, sosial, budaya, dan olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pembelian Kapal Fregat Kelas PPA Untuk Memperkuat Pertahanan Laut Indonesia dari Potensi Konflik Laut China Selatan

31 Mei 2024   16:23 Diperbarui: 31 Mei 2024   16:48 1282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal kelas PPA AL Italia, ITS Francesco Morosini P431. (Sumber: Suara.com.)

Pendahuluan

Indonesia adalah negara kepulauan maritim dengan ukuran terbesar di dunia baik berdasarkan ukuran daratan dan lautnya. Indonesia sendiri juga memiliki lokasi yang strategis di mana wilayahnya dihimpit oleh Samudera Hindia dan Samudera Pasifik serta berada di Benua Asia dan Oseania. Identitas negara maritim Indonesia dapat dilihat dari kebijakan pertahanan dan politik luar negerinya yang memiliki fokus pada wilayah kelautan dan kekuatan TNI Angkatan Laut yang secara kuantitas terbesar di wilayah Asia Tenggara.

Saat ini Indonesia harus menghadapi potensi ancaman konflik maritim internasional di wilayah perairannya yang berbatasan dengan Laut China Selatan karena wilayah perairan tersebut mengalami ketegangan geopolitik akibat sengketa maritim antara Republik Rakyat China dengan beberapa negara di wilayah tersebut (Johannes, 2023).

Yang menjadi hambatan di dalam menghadapi ancaman tersebut yaitu kelemahan kualitas yang menjangkit sebagian armada kapal perang TNI-AL karena usianya yang sudah uzur dan kemampuan kapal yang tidak maksimal untuk menghadapi ancaman kekuatan besar seperti daya tembak yang masih kecil dan ketidakmampuan kapal untuk melakukan misi jangka panjang di lepas pantai karena keterbatasan teknisnya (Prabowo, 2013).

Untuk menghindari adanya potensi ancaman konflik spillover di wilayah perairan Indonesia seperti potensi konflik Laut China Selatan, maka dibelilah kapal perang berjenis Fregat kelas PPA (Pattugliatore Polivalente d'Altura/Kapal Patroli Lepas Pantai Multiguna) yang dibuat oleh galangan kapal Fincantieri dari Italia.

Fregat kelas PPA sendiri adalah kapal perang yang merupakan kombinasi antara kapal patroli lepas pantai dan fregat yang dirancang untuk kebutuhan keamanan dan pertahanan laut Italia. AL Italia sendiri secara resmi menamakan kelas PPA sebagai kelas Thaon di Revel yang merupakan nama kapal pertama dari enam pesanan fregat Kelas PPA (Vavasseur, 2022).

Rancangan fregat kelas PPA yang memadukan kebutuhan patroli maritim dengan pertempuran laut yang kompelks sangatlah dibutuhkan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pertahanan dan keamanan maritimnya khususnya di wilayah perairan yang berbatasan dengan peraian Laut China Selatan.

Artikel ini bertujuan untuk menganalisa dampak pembelian kapal perang baru Indonesia yaitu fregat kelas PPA bagi kemampuan Indonesia di dalam menghadapi potensi konflik di Laut China Selatan yang merupakan perairan yang berbatasan dengan wilayah perairan Indonesia.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini yaitu metode kualitatif deskriptif di mana artikel ini akan menjelaskan analisa pembelian alutsista ini sehingga terdapat gambaran secara jelas pada topik yang dibahas. Referensi yang digunakan adalah jurnal dan artikel yang berkaitan dengan topik artikel dan diambil dengan cara studi pustaka (Sugiyono, 2013).

Pembahasan

Program Pembelian Kapal Perang Fregat-Patroli Kelas PPA

Kondisi potensi ancaman konflik Laut China Selatan yang berbatasan langsung dengan wilayah perairan Indonesia adalah ancaman konflik yang tidak dapat dipandang sebelah mata karena beberapa negara yang terlibat di dalam ancaman konflik tersebut memiliki kekuatan laut dengan kualitas dan kuantitas yang melebihi kemampuan pertahanan laut yang saat ini dimiliki oleh Indonesia. 

Hal ini memicu pembuat kebijakan pertahanan Indonesia untuk membeli kapal perang dengan teknologi mutakhir dan tangguh sehingga dapat memberikan kemampuan pertahanan laut yang lebih besar bagi Indonesia.

Indonesia sendiri sejak tahun 2019 ketika kepemimpinan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mulai menguatkan niatnya untuk memperkuat pertahanan lautnya. Hal ini dapat dilihat dari adanya pembelian kapal perang fregat kelas Merah Putih, kapal selam kelas Scorpene, dan beberapa penawaran kelas kapal perang seperti fregat kelas Monami dan lain sebagainya (Biro Humas Setjen Kemhan, 2024a; Hidayat, 2024; Indonesia Defense Magazine, 2023b).

Pembelian kapal perang berjenis Fregat-Patroli kelas PPA (Pattugliatore Polivalente d'Altura/Kapal Patroli Lepas Pantai Multiguna) adalah salah satu bentuk modernisasi alutsista laut yang menurut penulis boleh dibilang cukup menarik. Keunikannya dapat dilihat dari jenis kapal perang yang unik di kelasnya karena merupakan perpaduan antara kapal patroli lepas pantai dan fregat karena dimensi dan sensor serta senjatanya yang dapat dimuat seperti kapal fregat termutakhir pada umumnya.

Pembelian kapal kelas PPA pertama kali secara resmi diungkapkan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali yang mengungkapkan keinginan TNI Angkatan Laut untuk memiliki kapal patroli lepas pantai yang mampu diubah menjadi fregat. Pernyataan ini membuat mencuat kepada kelas PPA. Negosiasi kapal tersebut dilakukan secara intensif antara Indonesia dan Galangan Kapal Fincantieri sejak Oktober 2023. 

Yang membedakan pembelian kapal perang TNI-AL sebelumnya yaitu menawarkan kapal kelas PPA pesanan Angkatan Laut Italia yang sedang diselesaikan namun belum diserahkan kepadanya yaitu kapal ITS Marcantonio Colonna (P433) dan ITS Ruggiero di Lauria (P435). 

Konsep pembelian ini membuat kapal pertama dari pesanan tersebut dapat datang paling cepat pada Oktober 2024 dan kapal kedua pada April 2025 sehingga menjadikannya salah satu pembelian kapal perang dengan waktu tercepat oleh Indonesia (Achmad & Rastika, 2023; Biro Humas Setjen Kemhan, 2024b; Perdana, 2024; Rosyid, 2023).

Penandatanganan kontrak pembelian kapal kelas PPA secara resmi dilakukan pada 28 Maret 2024 dengan nilai pembelian sebanyak 1,18 miliar euro atau sekitar Rp 20,4 triliun. Pembelian kapal ini juga termasuk alih teknologi atau offset seperti konsultasi pengembangan galangan kapal, strategi bisnis jangka panjang, peningkatan fisik galangan kapal setempat, penyampaian materi didaktik, pelatihan operasional kapal di Italia selama enam bulan, pelatihan manajemen, pusat pelatihan simulator, pengembangan jalur pelatihan di Universitas Pertahanan (Unhan) RI, serta pembentukan tim ahli lokal untuk pengembangan peluang langsung dan tidak langsung yang berkaitan dengan pembelian dan operasional kapal kelas PPA. 

Tentu alih teknologi tersebut adalah amanat dari UU Industri Pertahanan 2012 terkait impor alutsista agar memberikan dampak positif yang signifikan bagi kemampuan industri dan manajemen pertahanan maritim Indonesia (Abdurrahman, 2024; Arsilan, 2024; Undang-Undang (UU) Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Industri Pertahanan, 2012).

Sebagai fregat dengan kemampuan tempur yang paling mutakhir di dalam armada kapal perangnya hingga saat ini, TNI-AL mengkajinya untuk menempatkan kapal fregat kelas PPA untuk ditugaskan di dalam Koarmada I yang wilayah operasionalnya terletak di dekat Laut Natuna Utara yang berbatasan dengan Laut China Selatan. 

Hal ini disebabkan karena wilayah operasional Koarmada I dinilai oleh TNI-AL sebagai wilayah yang memiliki potensi ancaman paling besar akibat ketegangan geopolitik di wilayah tersebut dan terdapat aktivitas ilegal seperti penyelundupan pengungsi dan pemancingan ilegal oleh kapal asing (Mawangi, 2024).

Tanda Tangan Kontrak PPA. (Sumber: Asian Military Review.)
Tanda Tangan Kontrak PPA. (Sumber: Asian Military Review.)

Kemampuan dan Kekuatan Kapal Perang Fregat-Patroli Kelas PPA

Kapal perang kelas PPA adalah kapal patroli lepas pantai (Offshore Patrol Vessel/OPV) yang memiliki panjang lebih dari 120 meter dan berkemampuan berlayar lepas pantai layaknya kapal perang fregat dan perusak sehingga dapat melakukan patroli di wilayah laut dengan jarak yang jauh dari pesisir pantai dan durasi jelajah (endurance) yang lebih lama dibandingkan kapal patroli pesisir (NVL Group, 2024).

Kapal kelas PPA AL Italia, ITS Francesco Morosini P431. (Sumber: Suara.com.)
Kapal kelas PPA AL Italia, ITS Francesco Morosini P431. (Sumber: Suara.com.)

Berbeda dengan kapal OPV lainnya, kelas PPA memiliki panjang 143 meter dan lebar 16.5 meter sehingga memungkinkan membawa persenjataan yang lengkap layaknya fregat seperti rudal anti kapal, rudal anti pesawat, dan radar yang mampu mencari sasaran dalam jumlah dan lingkungan peperangan yang kompleks layakya fregat dan perusak.

Hal ini membuatnya di Angkatan Laut Italia menjadi kapal perang patroli multiguna sehingga bisa menjadi kapal tempur lapisan kedua setelah kapal fregat dan perusaknya. Kondisi ini membuat kapal ini menjadi hybrid antara kapal patroli dan fregat. Sementara itu TNI AL menganggap kapal perang kelas PPA sebagai fregat karena ukuran dan kemampuan tempurnya layaknya fregat walaupun tetap mengakui kemampuan dan peran patroli lautnya seperti OPV pada umumnya (Perdana, 2024; Peruzzi, 2023b).

Sejatinya fregat kelas PPA dipasarkan dalam tiga varian yaitu varian Light, Light Plus, dan full. Varian Light adalah varian bersenjata teringan yaitu dengan sistem persenjataan anti kapal saja seperti meriam dan rudal anti kapal. Light Plus adalah varian dengan tambahan sistem pertahanan udara yaitu rudal Aster 30. Varian Light dan Light Plus adalah varian yang sangat optimal untuk misi patroli lepas pantai dalam keadaan damai, wilayah rentan kriminalitas laut, hingga konflik intensitas rendah atau asimetris.

Varian Full adalah varian terlengkap di mana kapal dilengkapi dengan kombinasi sistem pertahanan udara, anti kapal selam dengan torpedo dan sonar pencari kapal selam, dan sistem bela diri kapal seperti suar pengecoh rudal dan sistem peperangan elektonika terhadap musuh. Hal ini membuatnya menjadi varian yang digunakan untuk peperangan laut di konflik intensitas tinggi.

Fregat kelas PPA yang merupakan varian Light dan Light+ dapat ditingkatkan menjadi varian Full karena sistem yang tidak dipasang secara teknis berstatus sebagai Fitted For But Not With (FFBNW) sehingga pemasangan sistem dapat dilakukan dengan mudah dan cepat karena penempatannya telah dirancang dan ditentukan sebelumnya.

Hingga saat ini diketahui fregat kelas PPA yang dipesan Indonesia merupakan varian Light Plus yang hanya dilengkapi sistem anti kapal dan pesawat saja. Namun Indonesia sendiri menginginkan kapal tersebut dengan kemampuan menjalankan misi anti kapal selam sehingga diperlukan adanya sistem torpedo dan sonar agar dapat memiliki kemampuan tempur layaknya fregat modern. 

Dengan begitu maka dipastikan di masa mendatang fregat kelas PPA yang dipesan Indonesia dapat dimodifikasi menjadi varian Full. Selain itu kemungkinan besar sistem rudal anti kapal yang akan dipasang untuk fregat kelas PPA milik Indonesia yaitu rudal Exocet MM40 Block 3 karena rudal paling mutakhir di dalam inventoris TNI-AL dan menjamin komonalitas dengan alutsista TNI-AL yang sekelas dengan fregat tersebut.

Kapal ini memiliki kecepatan jelajah sebanyak 32 knot (59.2 km/jam) serta memiliki daya jelajah sejauh 5000 mil laut (9,300 km) bila berlayar dalam 15 knot (28 km/jam) dan waktu berlayar sebanyak 30 hari. Kemampuan jelajah membuat fregat kelas PPA mampu melakukan operasi pertahanan dan keamanan laut lepas pantai dalam jangka waktu yang panjang di wilayah perairan yang luas (Fincantieri, 2024; Seaforces-Online, 2024c).

Selain itu operasional fregat kelas PPA juga didukung dengan helipad yang dilengkapi dengan hangar. Helipad tersebut mampu menampung helikopter sebesar SH90 dan EH101 sementara hanggarnya mampu menampung dua helikopter sebesar SH90 atau satu EH101. Bila menggunakan helikopter milik TNI-AL maka helipad mampu menampung Eurocopter AS565 Panther milik Puspenerbal dan hanggar mampu menampung dua helikopter tersebut. 

Keberadaan helikopter Panther dapat memberikan kemampuan anti kapal selam karena kemampuannya untuk menjalankan misi tersebut apabila fregat kelas PPA yang dipesan Indonesia belum tertanam sistem anti kapal selam. Selain menampung helikopter, fasilitas penerbangan fregat kelas PPA juga dapat memungkinkan peluncuran drone sehingga mampu meningkatkan kemampuan kewaspadaan dan pencarian sasaran terhadap musuh khususnya kapal dan sasaran darat musuh yang berada di daratan pesisir (Peruzzi, 2023a; Wijananto, 2024).

Sistem persenjataan yang dibawa kapal perang kelas PPA yaitu meriam utama Otobreda 127/64 kaliber 127 mm dan Oto Melara 76 mm/62 Strales Sovraponte kaliber 76mm yang dapat digunakan untuk menyasar sasaran permukaan darat, kapal, dan pesawat musuh secara akurat di kelasnya karena mekanismenya yang terdigitalisasi. 

Jarak tembak Otobreda 127/64 yaitu 30 km dengan proyektil biasa dan 70-120 km dengan proyektil jenis Vulcano. Meriam Oto Melara 76 mm/62 Strales Sovraponte merupakan varian dari meriam Oto Melara 76 mm dengan sistem pengisian proyektil diletakkan di atas lantai dek kapal ketimbang sistem konvensional di mana pengisian dilakukan di bawah dek kapal. 

Meriam Sovravonte mampu menembakkan proyektil konvensional sejauh 16 km, 5 km dengan proyektil DART yang digunakan untuk menghancurkan pesawat dan rudal musuh, dan 40 km dengan proyektil Vulcano sehingga dapat memberikan bantuan tembak layaknya meriam howitzer bagi pasukan darat TNI khususnya di dalam misi pendaratan pantai atau peperangan daratan yang letaknya tidak jauh dari pesisir pantai (Army Recognition, 2012; Pamungkas, 2024).

Meriam Otobreda 127/64. (Sumber: Indomiliter.)
Meriam Otobreda 127/64. (Sumber: Indomiliter.)

Oto Melara 76 mm/62 Strales Sovraponte. )Sumber: Weaponsystem.net.)
Oto Melara 76 mm/62 Strales Sovraponte. )Sumber: Weaponsystem.net.)

Rudal anti kapal yang bisa diluncurkan yaitu rudal Otomat atau Exocet 40 Block 3. MBDA Otomat adalah rudal anti kapal yang dikembangkan oleh Italia sejak tahun 1960-an dan sejak saat itu menjadi rudal anti kapal standar AL Italia. Varian rudal otomat terbaru yang dipasang pada kelas PPA yaitu Teseo Mk2 yang memiliki jarak jelajah sejauh 360 km khusus untuk varian AL Italianya dan dapat dipandu dengan GPS sehingga dapat melakukan serangan terhadap sasaran darat.

Opsi rudal anti kapal yang paling memungkinkannya yaitu rudal Exocet 40 Block 3 yang telah dimiliki oleh TNI-AL sendiri. Rudal Exocet 40 Block 3 memiliki daya jelajah sejauh 180 km. Sama halnya dengan rudal Otomat Teseo Mk2/E, rudal Exocet MM40 Block 3 juga dapat diatur menjadi rudal serang terhadap sasaran darat berkat pemandu GPS yang ditanam di dalam rudal(Indonesia Defense Magazine, 2023a; Peruzzi, 2023b).

Exocet MM40 Block 3. (Sumber: Wikimedia.)
Exocet MM40 Block 3. (Sumber: Wikimedia.)

Sistem pertahanan udaranya yaitu dengan rudal anti pesawat Aster 30. Aster 30 adalah rudal anti pesawat yang memiliki kemampuan untuk mencegat berbagai jenis ancaman udara dari drone, pesawat, rudal anti kapal, rudal jelajah, hingga rudal balistik musuh. Aster 30 memiliki jarak jelajah sejauh 120-150 km dan dipandu dengan radar active homming yang tertanam di dalamnya sehingga mampu mencari sasaran secara mandiri setelah diluncurkan. 

Aster 30 di dalam kelas PPA dapat diluncurkan dari sistem peluncur vertikal berjenis DCNS SYLVER A50 VLS yang terdiri dari 16 tabung peluncur. Sistem peluncur ini memiliki kelebihan untuk mempercepat daya tembak karena tidak perlu isi ulang rudal ketika kapal sedang berlayar seperti sistem peluncur generasi sebelumnya.

Sistem anti kapal selamnya yaitu torpedo ringan MU90 Impact yang diluncurkan dari peluncur torpedo Leonardo/WASS B-515/3 324mm. Torpedo MU90 Impact sendiri memiliki daya jelajah sejauh 10-23 km sesuai dengan kecepatan yang telah ditentukan ketika penguncian sasaran. Torpedo MU90 Impact dapat menyelam sedalam 1000 meter sehingga mampu mengincar kapal selam di berbagai kedalamam yang umumnya dilewati kapal selam militer musuh (Seaforces-Online, 2024a; Turdef, 2024).

Sistem pertahanan bela dirinya yaitu dengan meriam Oto-Melara/Oerlikon KBA 25/80 remote guns yang memiliki kaliber 25mm dapat menembakkan sasaran seperti pesawat, kapal kecil, dan sasaran darat dalam jarak 2 km serta dapat dikendalikan dengan sistem remote control. 

Selain itu kapal kelas PPA juga dilengkapi dengan peluncur suar untuk mengecoh rudal dan sistem pengacau elektronika musuh yang digunakan untuk menyerang kapal. Untuk menghadapi ancaman perompakan, fregat kelas PPA memiliki sound system beladiri akustik dari ancaman perompak yang dapat mengeluarkan suara yang mengganggu pendengaran perompak (NavWeaps, 2024; Seaforces-Online, 2024c).

Rudal Aster. (Sumber: MBDA.)
Rudal Aster. (Sumber: MBDA.)

Radar dan sonar yang ditanam pada fregat kelas PPA yaitu radar Leonardo AESA 3D Dual Band dan Leonardo ATAS (Active Towed Array Sonar). Radar Leonardo AESA 3D Dual Band adalah kombinasi radar C dan X-Band yang sama-sama memiliki teknologi AESA. Kemampuan deteksi sistem yaitu dapat menangkap target sejauh 200 km dalam mode dual untuk mencari sasaran kapal dan pesawat dan 300 km dalam mode pencarian sasaran seperti pesawat berawak.

Radar Leonardo AESA 3D Dual Band memiliki cakupan pencarian sasaran yang luas yaitu mampu mencari sasaran dengan putaran sebesar 360 derajat dan kemiringan sebanyak 90 derajat sehingga kapal dapat memiliki kewaspadaan terhadap target permukaan darat, laut, dan udara sekaligus secara menyeluruh. 

Radar tersebut umumnya juga memiliki kemampuan pencarian sasaran yang lebih aktif dan lincah serta ketangguhan di dalam menghadapi pengacauan elektronika dari musuh dibandingkan teknologi radar terdahulu seperti radar PESA (Passive Electronically Scanned Array) yang bersifat pasif dan lebih rentan terhadap serangan elektronika musuh (Leonardo, 2024; RF Wireless World, 2012).

Sonar Leonardo ATAS adalah sonar yang diderek dengan kabel yang digunakan untuk mendukung misi anti kapal selamnya kapal. Kemampuan sonar Leonardo ATAS yaitu dapat mencari sasaran sejauh 40 km dan sedalam 300 meter. Kemampuan tersebut memungkinannya untuk mengincar sasaran seperti kapal selam di dalam kedalaman laut yang umumnya dilewati kapal selam (Army Recognition, 2016).

Radar Leonardo AESA 3D Dual Band. Sumber: Leonardo.
Radar Leonardo AESA 3D Dual Band. Sumber: Leonardo.
Melihat spesifikasi tersebut, fregat kelas PPA bisa dianggap sebagai salah satu kapal perang terbesar dan tercanggih yang dipesan oleh Indonesia hingga saat ini karena daya jelajah, tembak, dan pencarian sasaran yang mampu dijalankan dapat misi pertempuran dan keamanan laut yang kompleks sehingga dapat memberikan peningkatan kekuatan yang sangat signifikan bagi TNI-AL pada peperangan laut modern saat ini yang kompleks dan dinamis.

Analisa Dampak Pembelian Kapal Perang Fregat-Patroli Kelas PPA Terhadap Potensi Ancaman Pertahanan Laut Indonesia di Laut Natuna Utara

Kapal fregat kelas PPA adalah kapal perang yang memiliki sistem persenjataan yang canggih dan besar di kelasnya sehingga akan menjadi kapal yang akan diperhitungkan di wilayah Asia Tenggara. Hal ini bisa saja terjadi karena tidak semua negara di Asia Tenggara khususnya yang berbatasan di wilayah Laut China Selatan belum memiliki kapal dengan konfigurasi tersebut sehingga diyakini dapat memberikan efek gentar yang besar bagi menghadapi ancaman potensial Indonesia di wilayah tersebut.

Efek gentar tersebut dapat digambarkan dari muatan persenjataannya yang beragam jenis mulai dari rudal anti kapal dan pesawat yang memiliki jarak yang jauh di kelasnya dan rudal anti pesawat sendiri mampu mencegah rudal balistik musuh, kemampuan anti kapal selamnya yang canggih, dan sistem sensor radar dan pertempuran elektroniknya yang mampu melakukan pencarian sasaran yang kompleks dan sistematis.

Dengan begitu maka kapal perang kelas PPA dapat menjadi aset alutsista laut TNI-AL yang dapat digunakan untuk menghadapi sebagian besar ancaman dari lawan potensialnya yang paling kuat seperti Angkatan Laut China yang dikenal memiliki armada kapal perang yang canggih dan Penjaga Pantai China yang memiliki armada kapal patroli yang berukuran besar. 

Kapal perang China yang bisa menjadi lawan sepadan kelas PPA yaitu fregat kelas Type 054A yang meruapakan salah satu jenis kapal perang AL China. Fregat kelas Type 054A merupakan fregat dengan jumlah terbesar di armada AL China dan memiliki persenjataan yang menyamai kelas PPA (Seaforces-Online, 2024d).

Selain menghadapi potensi dari China, kelas PPA secara teknis dapat mengungguli kapal perang AL dan Penjaga Pantai Vietnam. Keberadaan Vietnam tidak dapat dipandang sebelah mata karena secara historis Indonesia beberapa kali pernah mengalami kisruh dengan aparat laut Vietnam karena ruang batas laut yang disengketakan antara Indonesia dan Vietnam. Kapal perang Angkatan Laut Vietnam tercanggih dan terbesar yaitu kelas Gepard diyakini hanya memiliki meriam, sistem pertahanan udara jarak dekat, dan sistem radar yang lebih sederhana dibandingkan kelas PPA namun memiliki jumlah cukup banyak yaitu enam unit kapal (Anggoro, 2024).

Fregat kelas Type 045A. Sumber: The Diplomat.
Fregat kelas Type 045A. Sumber: The Diplomat.

Fregat kelas Gepard 3.9. Sumber: Top War.
Fregat kelas Gepard 3.9. Sumber: Top War.

Untuk menggambarkan perbandingan kekuatan kapal fregat kelas PPA lebih detail dengan kapal perang China dan Vietnam maka Penulis membuat tabel perbandingan berikut ini sesuai dengan kategori yang terdiri dari dimensi dan daya jelajah, peperangan anti kapal, anti kapal selam, dan anti pesawat:

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Dari tabel komparasi tersebut Kita bisa melihat bahwa fregat kelas PPA memiliki keunggulan dimensi dan daya jelajah dibandingkan fregat China dan Vietnam. Hal ini sangat penting karena wilayah perairan Laut China Selatan memiliki luas yang besar untuk dijaga sehingga diperlukan kapal perang yang mampu menampung persenjataan dan persediaan tempur dalam jangka waktu lama.

Dengan begitu maka fregat kelas PPA dapat melakukan misi pertempuran laut dalam jangka waktu lama selama 30 hari tanpa perlu berlabuh dengan jarak jelajah yang cukup jauh sebanyak 5000 mil laut (9,300 km) dalam kecepatan 15 knot (28 km/jam) serta kecepatan kapal yang tinggi yaitu sebanyak 32 knot (59.2 km/jam) sehingga kapal memiliki kelebihan di dalam mencari sasaran musuh dengan lebih leluasa. Sementara fregat China dan Vietnam hanya mampu melakuakan pelayaran selama 21 dan 20 hari tanpa perlu berlabuh.

Namun China dan Vietnam menkonpensasinya dengan kuantitas yang lebih tinggi. Fregat kelas 045A milik Angkatan Laut China memiliki kapal yang aktif berdinas sebanyak 35 kapal dan 15 kapal sedang berada dalam proses pengerjaan sehingga diproyeksikan terdapat 50 kapal untuk satu kelas kapal tersebut. Armada Selatan Agkatan Laut China yang bertanggung jawab beroperasi di wilayah Laut China Selatan memiliki 14 fregat Kelas 045A. Vietnam sendiri memiliki enam kapal fregat Kelas Gepard 3.9 (Anggoro, 2024; Seaforces-Online, 2024d).

Hal ini sangatlah kontras dengan jumlah kapal fregat kelas PPA yang hingga saat ini hanya ada dua kapal yang sedang dipesan. Dengan jumlah yang sedikit ini membuat operasional kapal semakin berat karena kondisi medan wilayah operasi seperti Laut China Selatan yang berukuran sangat luas dan memiliki tantangan pertempuran yang kompleks. Dengan begitu perlu adanya tambahan jumlah untuk kapal fregat sekelas PPA atau kapal jenis lain yang lebih canggih dan besar di dalam menjamin kemampuan tempur TNI-AL di wilayah Laut China Selatan dalam mengantisipasi kondisi konflik maritim di wilayah tersebut.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Dalam tabel tersebut kita dapat melihat bahwa kualitas sistem rudal pertahanan udara fregat kelas PPA mengungguli rudal anti pesawat fregat China dan Vietnam berkat daya jelajah dan teknologi rudal yang berkualitas lebih baik dibandingkan kapal tersebut. Hal ini bisa terjadi karena kemampuan jelajahnya dapat melebihi 100 km serta memiliki pemandu active homing radar tertanam di dalam radar sehingga dapat mencari sasaran dengan mandiri dan leluasa. 

Hal ini sangatlah berbeda dengan fregat China dan Vietnam di mana awak kapal harus mengontrol rudal ketika sudah diluncurkan agar menjamin pencegatan oleh rudal. Kualitas rudal Aster 30 tersebut diyakini dapat menjadi kompensasi bagi jumlah fregat kelas PPA yang baru hanya ada dua saja di dalam inventoris TNI-AL sehingga dapat dihandalkan untuk misi pertahanan udara di wilayah perairan Indonesia yang berbatasan dengan Laut China Selatan yang luas (Biro Humas Setjen Kemhan, 2024b; Seaforces-Online, 2024b).

Yang menjadi kelemahan bagi fregat kelas PPA yaitu kuantitas rudal yang dapat diluncurkan dari kapal. kelas PPA hanya dapat meluncurkan 16 rudal anti pesawat Aster 30 dalam misi pertempurannya. Sementara kelas Type 054A milik AL China mampu meluncurkan 32 rudal dalam misi pertempurannya. 

Jumlah rudal yang dapat ditampung dalam satu kapal serta jumlah kapal di dalam armada selatan AL China bisa menjadi kompensasi bagi AL China terhadap kemampuan rudal anti pesawat kelas PPA yang lebih canggih sehingga secara teknis dapat mencakup wilayah-wilayah laut yang dikuasai China.

Rudal Sosna-R yang ada di fregat Vietnam sendiri sudah diunguli oleh rudal anti pesawat Aster 30 karena perbedaan peruntukan rudal dan kualitasnya yang berbeda cukup jauh. Rudal Sosna-R sendiri diyakini hanya optimal untuk perlindungan kapal dan wilayah dalam jarak yang cukup dekat serta tidak dirancang untuk melakukan misi pencegatanb rudal balistik musuh. Sementara rudal Aster dapat mencakup wilayah yang luas dan mencegat rudal balistik (Perdana, 2019).

Untuk menangani kelemahan sistem rudal anti kapal untuk kelas PPA yaitu dengan menambah sistem peluncur rudal dan/atau menambah jumlah kapal seperti fregat atau perusak modern yang mampu melakukan misi pertahanan udara dengan jumlah rudal yang lebih banyak, Opsi penambahan jumlah kapal seperti fregat atau perusak modern merupakan opsi yang baik karena tidak perlu memodifikasi kapal kelas PPA secara intens.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

 Catatan:

Kelas PPA bisa saja hanya menggunakan salah satu sistem antara Teseo Mk2/E atau Exocet MM40 Block 3. Jarak untuk rudal Teseo Mk2/E bila dibeli Indonesia akan disesuaikan kurang dari 300 km dengan kaedah Missile Technology Control Regime yang diikuti oleh Italia. Informasi kecepatan rudal Teseo hanya diinformasikan secara umum sebagai “subsonik tinggi” saja.

Tabel komparasi tersebut menunjukkan bahwa sistem rudal fregat kelas PPA berkat teknologi pemandunya, jarak dan kecepatannya yang paling tinggi di antara fregat milik China dan Vietnam. Kemampuan jelajah rudal Exocet MM40 Block 3 yang jauh ini membuat fregat kelas PPA memiliki cakupan serangan kapal musuh yang paling luas sehingga dapat melawan sasaran kapal musuh dengan lebih leluasa.

Hal yang tak kalah penting yaitu kemampuan pemandunya yang juga dipasang dengan GPS sehingga dapat melakukan misi serangan sasaran darat khususnya di wilayah pesisir pantai atau wilayah darat yang tak jauh dari kapal yang meluncurkan rudal tersebut. Dengan begitu maka fregat kelas PPA bisa dihandalkan untuk misi bantuan tembak pasukan darat.

Untuk memaksimalkan kemampuan anti kapalnya, kelas PPA bisa menggunakan rudal anti kapal yang lebih canggih dan modern di mana rudal tersebut memiliki karakteristik siluman bermanuver tinggi yang berbeda dengan rudal Exocet MM40 Block 3 yang tidak siluman. Kelebihan rudal siluman bermanuver tinggi yaitu kemampuannya untuk menghindari diteksi oleh kapal musuh agar tidak dicegat.

Rudal anti kapal siluman bermanuver tinggi yang dapat menjadi opsi untuk fregat kelas PPA seperti rudal Teseo Mk2/E, Naval Strike Missile (NSM), dan lain sebagainya. Kelebihan rudal tersebut yaitu dapat dipasang dalam bentuk tabung peluncur konvensional yang saat ini merupakan sistem peluncur rudal anti kapal pada kelas PPA (Kongsberg, 2024; MBDA, 2024).

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Sistem meriam utama kapal fregat kelas PPA memiliki keunggulan secara kualitas dan kuantitas dibandingkan fregat China dan Vietnam karena satu kapal Kelas PPA memiliki dua meriam utama dan meriam mampu menembakkan proyektil dalam berbagai peran pertempuran seperti pertahanan udara, anti kapal, dan serangan darat jarak jauh berkat jenis-jenis proyektil sesuai perintukan tersebut yang dapat ditembakinya. Sementara meriam utama fregat China dan Vietnam hanya mampu digunkan untuk misi pertahanan udara, anti kapal, dan serangan darat jarak dekat dengan proyektil konvensional saja.

Sementara itu sistem meriam pertahanan jarak dekat fregat kelas PPA kalah dengan sistem yang dimiliki fregat China dan Vietnam karena kualitasnya yang lebih unggul karena peruntukannya sebagai meriam Close-In Weapons System (CIWS) yang dirancang untuk mencegat rudal anti kapal musuh sebelum mempenetrasi kapal dengan kecepatan tembak yang besar dibandingkan meriam biasa. 

Sementara merian yang dimiliki kelas PPA merupakan meriam jarak dekat yang diutamakan untuk menyerang kapal dan pesawat dalam jarak dekat. Hal ini membuat meriam jarak dekat milik Kelas PPA tidak dapat melakukan pertahanan diri dari serangan rudal dengan optimal sehingga peran tersebut dilakukan oleh meriam Oto Melara 76 mm/62 Strales Sovraponte yang memiliki proyektil DART untuk melakukan hal tersebut (Army Recognition, 2012; Uppal, 2022).

Melihat kondisi tersebut, Penulis menilai bahwa sebaiknya untuk meningkatkan kemampuan bela dirinya dari rudal musuh maka fregat kelas PPA sebaiknya diberikan meriam CIWS karena peruntukkan dan kemampuannya yang lebih optimal untuk menghadapi rudal anti kapal musuh. Kekurangan dari pemberian CIWS yaitu kemungkinan akan melepas meriam Oto Melara 76 mm/62 Strales Sovraponte karena keterbatasan letak akibat rancangan kapal yang tidak mendukung penambahan CIWS sehingga dapat mengurangi daya tembak kelas PPA.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Dalam tabel tersebut kita dapat melihat bahwa kualitas sistem anti kapal selam fregat kelas PPA mampu menyamai kemampuan fregat China dan Vietnam. Hal ini bisa terjadi karena jarak torpedonya yang tidak jauh berbeda.

Namun yang menjadi kelemahan kelas PPA yaitu kemampuan sistem roket anti kapal selam fregat China kelas Type 054A yang mampu melakukan serangan terhadap kapal selam dalam jarak yang lebih jauh sehingga dapat membahayakan kapal selam TNI-AL. Seperti kelemahan kelas PPA yang sebelumnya telah diungkapkan, kuantitas fregat China dan Vietnam yang mengungguli kelas PPA bisa menjadi momok potensial karena dua kapal kelas PPA yang berkualitas lebih tinggi belum tentu dapat menyaingi jumlah fregat China dan Vietnam karena operasionalnya yang semakin berat dan kompleks sehingga perlu adanya penambahan jumlah kapal bagi fregat kelas PPA atau jenis kapal yang lebih canggih.

Dari komparasi tersebut, kapal fregat kelas PPA adalah kapal perang TNI-AL masa depan yang memiliki daya gentar yang sangat besar dan paling diperhitungkan untuk dikerahkan ke wilayah Laut China Selatan. Hal ini bisa terjadi karena dimensi kapal yang besar dan muatan persenjataan dan sistem peperangan yang canggih sehingga mampu melakukan misi pertempuran dan/atau penegakkan keamanan laut yang kompleks namun dipercaya dapat dilakukan secara efektif sehingga lawan potensial Indonesia di palagan Laut China Selatan tidak akan langsung melakukan tindakan penyerangan atau pengerogotan ke dalam perairan Indonesia dengan gegabah karena terdapat penyeimbang kekuatan terhadap lawan Indonesia. 

Namun kelemahan dari kelas PPA yaitu jumlah kapal yang hanya dua kapal sehingga nantinya di masa mendatang perlu adanya penambahan jumlah kapal kelas PPA dan/atau dengan jenis kapal yang lebih berbobot dan canggih untuk mecakup keseluruhan wilayah perairan Indonesia yang berbatasan dengan Laut China Selatan.

Kesimpulan

Simpulan

Indonesia sebagai negara kepulauan besar yang terletak di wilayah perairan internasional yang strategis seperti Laut China Selatan memerlukan adanya armada kapal perang yang berkualitas dan berkuantitas tinggi karena ancaman potensialnya tidak dapat dipandang sebelah mata. Pembelian kapal fregat-patroli kelas PPA adalah sebuah solusi kebutuhan kapal perang yang sangat dibutuhkan bagi Indonesia.

 Kapal kelas PPA adalah kapal perang dengan ukuran dimensi yang besar dan memiliki persenjataan dan radar yang canggih sehingga dapat melakukan misi pertempuran dan/atau penegakkan keamanan laut yang kompleks. Hal ini sangat berguna untuk menghadapi ancaman potensial Laut China Selatan khususnya dari Angkatan Laut dan Penjaga Pantai China yang memiliki armada kapal perang yang berkualitas dan berkuantitas lebih tinggi serta Angkatan Laut Vietnam. Keberadaan kapal kelas PPA sangatlah penting untuk berperan sebagai penyeimbang kekuatan Indonesia terhadap ancaman potensial tersebut.

Saran

Sebagai negara kepulauan yang besar dan terletak di jalur pelayaran internasional yang strategis serta kaya akan sumber daya alam lautnya, Indonesia sebaiknya harus membeli kapal perang kelas PPA atau kelas sejenisnya dalam jumlah yang lebih banyak lagi. Menurut Penulis, kapal perang kelas PPA bisa menjadi batu loncatan untuk kemampuan TNI-AL di dalam menggunakan kapal perusak di masa depan karena dimensi dan kemampuan tempurnya yang hampir menyamai kapal perusak modern sehingga sudah semestinya Indonesia harus membeli kapal perusak modern. Selain itu TNI-AL dan Bakamla sejatinya harus memiliki kapal patroli lepas pantai yang memiliki dimensi dan daya jelajah seperti kelas PPA agar dapat mengoptimalkan kegiatan patroli lautnya.

Daftar Pustaka

Abdurrahman, S. (2024). Kemenhan Teken Kontrak Pengadaan Kapal Perang Fregat dari Italia. Tempo.co. https://nasional.tempo.co/read/1857500/kemenhan-teken-kontrak-pengadaan-kapal-perang-fregat-dari-italia

Achmad, N. M., & Rastika, I. (2023). KSAL Ingin Punya Kapal Patroli yang Bisa Diubah Jadi Fregat. Kompas. https://nasional.kompas.com/read/2023/12/05/19582371/ksal-ingin-punya-kapal-patroli-yang-bisa-diubah-jadi-fregat

Anggoro, B. (2024). HQ-016 Quang Trung: Hadir Di IMDEX 2019, Inilah Frigat Gepard Class Andalan AL Vietnam. Indomiliter. https://www.indomiliter.com/hq-016-quang-trung-hadir-di-imdex-2019-inilah-frigat-gepard-class-andalan-al-vietnam/

Army Recognition. (2012). Oto Melara 76/62mm gun and its ammunition: the story of a success. Army Recognition. https://armyrecognition.com/news/navy-news/2012/oto-melara-7662mm-gun-and-its-ammunition-the-story-of-a-success

Army Recognition. (2016). Euronaval 2016: Leonardo discloses new Active Towed Array Sonar system. Army Recognition. https://armyrecognition.com/news/navy-news/2016/euronaval-2016-leonardo-discloses-new-active-towed-array-sonar-system

Arsilan, R. (2024). Menhan Prabowo Beli 2 Kapal Perang Fregat PPA Buatan Italia Untuk Perkuat Alutsista TNI AL. Viva. https://www.viva.co.id/militer/militer-indonesia/1706078-menhan-prabowo-beli-2-kapal-perang-fregat-ppa-buatan-italia-untuk-perkuat-alutsista-tni-al

Biro Humas Setjen Kemhan. (2024a). No Kemhan RI Tandatangani Kontrak Kerja Sama Pengadaan Kapal Untuk Perkuat TNI AL. Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. https://www.kemhan.go.id/2024/04/04/kemhan-ri-tandatangani-kontrak-kerja-sama-pengadaan-kapal-untuk-perkuat-tni-al.html

Biro Humas Setjen Kemhan. (2024b). Perkuat Pertahanan Maritim Nasional, Kemhan RI Tandatangani Kontrak Pengadaan Kapal Kelas FREMM dengan Italia. Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. https://www.kemhan.go.id/2024/04/17/perkuat-pertahanan-maritim-nasional-kemhan-ri-tandatangani-kontrak-pengadaan-kapal-kelas-fremm-dengan-italia.html

Fincantieri. (2024). Paolo Thaon Di Revel Class. Fincantieri. https://www.fincantieri.com/en/products-and-services/naval-vessels/multipurpose-offshore-patrol-vessel/paolo-thaon-di-revel-class/

Hidayat, M. (2024). Melihat Progres Modernisasi KRI dan Pembangunan Fregat Merah Putih di PT PAL Indonesia. Indonesia Defense Magazine. https://indonesiadefense.com/melihat-progres-modernisasi-kri-dan-pembangunan-fregat-merah-putih-di-pt-pal-indonesia/

Indonesia Defense Magazine. (2023a). Exocet MM40 Block 3, Rudal Penghancur Andalan TNI AL. Indonesia Defense Magazine. https://indonesiadefense.com/exocet-mm40-block-3-rudal-penghancur-andalan-tni-al/

Indonesia Defense Magazine. (2023b). JS Kumano Tiba di Jakarta, Gencar Promosi Fregat Mogami? Indonesia Defense Magazine. https://indonesiadefense.com/js-kumano-tiba-di-jakarta-gencar-promosi-fregat-mogami/

Johannes, R. (2023). Peningkatan Ketegangan Geopolitik Di Laut China Selatan. Jurnal Lemhanas RI, 11(2830–5728).

Kongsberg. (2024). NSMTM Naval Strike Missile (NSM). kongsberg. https://www.kongsberg.com/kda/what-we-do/defence-and-security/missile-systems/nsm-naval-strike-missile-nsm/

Leonardo. (2024). Kronos Dual Band. Leonardo. https://electronics.leonardo.com/en/products/kronos_dual_band

Mawangi, G. T. (2024). RI beli OPV, Pangkoarmada I siapkan kajian untuk usulan penempatan. Antara News. https://www.antaranews.com/berita/4064235/ri-beli-opv-pangkoarmada-i-siapkan-kajian-untuk-usulan-penempatan

MBDA. (2024). TESEO MK2/E. MBDA. https://www.mbda-systems.com/product/teseo-mk2-e/

NavWeaps. (2024). 25 mm/80 (1") KBA. NavWeaps. http://www.navweaps.com/Weapons/WNIT_25mm-80_KBA.php

NVL Group. (2024). OFFSHORE PATROL VESSELS. NVL Group. https://nvl.de/en/naval-vessels/opv

Pamungkas, B. (2024). Leonardo (Otobreda) 127/64 – Bakal Jadi Meriam Dengan Kaliber Terbesar Di Armada Kapal Perang TNI AL. Indomiliter. https://www.indomiliter.com/leonardo-otobreda-127-64-bakal-jadi-meriam-dengan-kaliber-terbesar-di-armada-kapal-perang-tni-al/

Undang-Undang (UU) Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Industri Pertahanan, (2012) (testimony of Pemerintah Indonesia).

Perdana, G. (2019). Palma Naval, Sistem Hanud Hybrid Kombinasi Rudal SHORAD Dan Kanon CIWS. Indomiliter. https://www.indomiliter.com/palma-naval-sistem-hanud-hybrid-kombinasi-rudal-shorad-dan-kanon-ciws/

Perdana, G. (2024). Pesanan OPV/Frigat PPA Paolo Thaon Di Revel Class Untuk Indonesia, Versi Full Atau Light+? Yang Jelas Ada Otobreda 127/64. Indomiliter. https://www.indomiliter.com/pesanan-opv-frigat-ppa-paolo-thaon-di-revel-class-untuk-indonesia-versi-full-atau-light-yang-jelas-ada-otobreda-127-64/

Peruzzi, L. (2023a). Italian Navy Received Its First PPA Light Plus. Naval News. https://www.navalnews.com/naval-news/2023/10/italian-navy-received-its-first-ppa-light-plus/

Peruzzi, L. (2023b). New Details On Fincantieri’s ‘PPA Frigates’ Programme For Indonesia. Naval News. https://www.navalnews.com/naval-news/2024/04/new-details-on-fincantieris-ppa-frigates-programme-for-indonesia/

Prabowo, E. E. (2013). Kebijakan Dan Strategi Pertahanan Indonesia (Studi Kasus Konfl Ik Di Laut Cina Selatan). Jurnal Ketahanan Nasional, XIX (3), 118–129.

RF Wireless World. (2012). Difference Between AESA Radar And PESA Radar | AESA Radar Vs PESA Radar. RF Wireless World. https://www.rfwireless-world.com/Terminology/AESA-radar-vs-PESA-radar.html

Rosyid. (2023). Italia Tawarkan Dua Kapal Patroli untuk Indonesia. Gatra. https://www.gatra.com/news-583895-internasional-italia-tawarkan-dua-kapal-patroli-untuk-indonesia.html

Seaforces-Online. (2024a). EuroTorp MU90 Torpedo. Seaforces.org. https://www.seaforces.org/wpnsys/SURFACE/MU90-torpedo.htm

Seaforces-Online. (2024b). MBDA Aster 15 / Aster 30 SAM. Seaforces.org. https://www.seaforces.org/wpnsys/SURFACE/Aster-SAM.htm

Seaforces-Online. (2024c). Paolo Thaon di Revel class Offshore Patrol Vessel (OPV). Seaforces.org. http://www.seaforces.org/marint/Italian-Navy/Patrol-Vessel/Thaon-di-Revel-class.htm

Seaforces-Online. (2024d). Type 054A Jiangkai II class Guided Missile Frigate. Seaforces.org. https://www.seaforces.org/marint/China-Navy-PLAN/Frigates/Type-054A-Jiangkai-II-class.htm

Sugiyono, P. D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Dalam Penerbit Alfabeta.

Turdef. (2024). Fincantieri Signs Contract with Indonesia for Two PPAs. Turdef. https://turdef.com/article/fincantieri-signs-contract-with-indonesia-for-two-ppas

Uppal, R. (2022). Close-In Weapons System (CIWS) provides last chance Defense for Naval ships. International Defence Security & Technology, Inc. https://idstch.com/military/navy/close-in-weapons-system-ciws-to-provide-last-chance-defence-till-replaced-by-railguns-and-lasers/

Vavasseur, X. (2022). Fincantieri Delivers First PPA ‘Thaon Di Revel’ To Italian Navy. Naval News. https://www.navalnews.com/naval-news/2022/03/fincantieri-delivers-first-ppa-thaon-di-revel-to-italian-navy/

Wijananto, A. (2024). Mengenal Panther, Heli Anti Kapal Selam TNI AL. Radio Republik Indonesia. https://www.rri.co.id/index.php/iptek/530700/mengenal-panther-heli-anti-kapal-selam-tni-al

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun