Hingga saat ini diketahui fregat kelas PPA yang dipesan Indonesia merupakan varian Light Plus yang hanya dilengkapi sistem anti kapal dan pesawat saja. Namun Indonesia sendiri menginginkan kapal tersebut dengan kemampuan menjalankan misi anti kapal selam sehingga diperlukan adanya sistem torpedo dan sonar agar dapat memiliki kemampuan tempur layaknya fregat modern.Â
Dengan begitu maka dipastikan di masa mendatang fregat kelas PPA yang dipesan Indonesia dapat dimodifikasi menjadi varian Full. Selain itu kemungkinan besar sistem rudal anti kapal yang akan dipasang untuk fregat kelas PPA milik Indonesia yaitu rudal Exocet MM40 Block 3 karena rudal paling mutakhir di dalam inventoris TNI-AL dan menjamin komonalitas dengan alutsista TNI-AL yang sekelas dengan fregat tersebut.
Kapal ini memiliki kecepatan jelajah sebanyak 32 knot (59.2 km/jam) serta memiliki daya jelajah sejauh 5000 mil laut (9,300 km) bila berlayar dalam 15 knot (28 km/jam) dan waktu berlayar sebanyak 30 hari. Kemampuan jelajah membuat fregat kelas PPA mampu melakukan operasi pertahanan dan keamanan laut lepas pantai dalam jangka waktu yang panjang di wilayah perairan yang luas (Fincantieri, 2024; Seaforces-Online, 2024c).
Selain itu operasional fregat kelas PPA juga didukung dengan helipad yang dilengkapi dengan hangar. Helipad tersebut mampu menampung helikopter sebesar SH90 dan EH101 sementara hanggarnya mampu menampung dua helikopter sebesar SH90 atau satu EH101. Bila menggunakan helikopter milik TNI-AL maka helipad mampu menampung Eurocopter AS565 Panther milik Puspenerbal dan hanggar mampu menampung dua helikopter tersebut.Â
Keberadaan helikopter Panther dapat memberikan kemampuan anti kapal selam karena kemampuannya untuk menjalankan misi tersebut apabila fregat kelas PPA yang dipesan Indonesia belum tertanam sistem anti kapal selam. Selain menampung helikopter, fasilitas penerbangan fregat kelas PPA juga dapat memungkinkan peluncuran drone sehingga mampu meningkatkan kemampuan kewaspadaan dan pencarian sasaran terhadap musuh khususnya kapal dan sasaran darat musuh yang berada di daratan pesisir (Peruzzi, 2023a; Wijananto, 2024).
Sistem persenjataan yang dibawa kapal perang kelas PPA yaitu meriam utama Otobreda 127/64 kaliber 127 mm dan Oto Melara 76 mm/62 Strales Sovraponte kaliber 76mm yang dapat digunakan untuk menyasar sasaran permukaan darat, kapal, dan pesawat musuh secara akurat di kelasnya karena mekanismenya yang terdigitalisasi.Â
Jarak tembak Otobreda 127/64 yaitu 30 km dengan proyektil biasa dan 70-120 km dengan proyektil jenis Vulcano. Meriam Oto Melara 76 mm/62 Strales Sovraponte merupakan varian dari meriam Oto Melara 76 mm dengan sistem pengisian proyektil diletakkan di atas lantai dek kapal ketimbang sistem konvensional di mana pengisian dilakukan di bawah dek kapal.Â
Meriam Sovravonte mampu menembakkan proyektil konvensional sejauh 16 km, 5 km dengan proyektil DART yang digunakan untuk menghancurkan pesawat dan rudal musuh, dan 40 km dengan proyektil Vulcano sehingga dapat memberikan bantuan tembak layaknya meriam howitzer bagi pasukan darat TNI khususnya di dalam misi pendaratan pantai atau peperangan daratan yang letaknya tidak jauh dari pesisir pantai (Army Recognition, 2012; Pamungkas, 2024).
Rudal anti kapal yang bisa diluncurkan yaitu rudal Otomat atau Exocet 40 Block 3. MBDA Otomat adalah rudal anti kapal yang dikembangkan oleh Italia sejak tahun 1960-an dan sejak saat itu menjadi rudal anti kapal standar AL Italia. Varian rudal otomat terbaru yang dipasang pada kelas PPA yaitu Teseo Mk2 yang memiliki jarak jelajah sejauh 360 km khusus untuk varian AL Italianya dan dapat dipandu dengan GPS sehingga dapat melakukan serangan terhadap sasaran darat.