Mohon tunggu...
Fathan Muslimin Alhaq
Fathan Muslimin Alhaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Writer

Anak pesisir pantai selatan yang memiliki hobi berkelana di kota orang. Berkeinginan untuk berbagi informasi tentang Indonesia sebagai bentuk kontribusi saya sebagi anak muda kepada Indonesia dalam hal penyebaran informasi yang nyata tanpa asumsi semata.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kenaikan PPN 12% di Indonesia: Kaum Menengah Jadi Korban?

2 Januari 2025   00:20 Diperbarui: 2 Januari 2025   02:32 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Ilustrasi Pajak || Pexels/Nataliya Vaitkevich

Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Indonesia menjadi topik hangat di kalangan masyarakat, terutama anak muda yang mulai memahami pentingnya literasi ekonomi. Pemerintah telah menaikkan tarif PPN menjadi 12% untuk barang dan jasa tertentu, yang termasuk kategori mewah di awal tahun 2025.

Meski kebijakan ini tampaknya ditargetkan untuk kalangan atas, dampaknya bisa lebih luas daripada yang terlihat di permukaan. Kaum menengah—yang sering disebut sebagai tulang punggung ekonomi negara—bisa saja menjadi korban tidak langsung dari kebijakan ini.  

Namun, sebelum membahas lebih jauh, mari kita lihat posisi Indonesia dalam urutan tarif PPN di negara-negara ASEAN.  

PPN di ASEAN: Dimana Posisi Indonesia?

 Kibaran bendera ASEAN saat ASEAN Summit 2011 || Pexels/Gunawan Kartapranata
 Kibaran bendera ASEAN saat ASEAN Summit 2011 || Pexels/Gunawan Kartapranata


Negara-negara dengan Tarif PPN Tertinggi di ASEAN:
1. Filipina: 12%
2. Indonesia: 12% untuk barang dan jasa tertentu.  
3. Kamboja: 10%
4. Vietnam: 10%, tetapi mereka menawarkan pengurangan tarif PPN menjadi 8% untuk sektor tertentu pasca-pandemi.  
5. Laos: 10%
6. Singapura: 9% (GST)
7. Malaysia: Pajak Penjualan 10%, Pajak Layanan 8%
8. Thailand: 7%

Tarif PPN Indonesia yang sudah mencapai 12% menempatkan kita sebagai salah satu yang tertinggi di kawasan ASEAN. Kebijakan ini diambil untuk meningkatkan pendapatan negara di tengah berbagai tantangan ekonomi global. Namun, pertanyaan besar yang harus kita ajukan adalah: siapa yang sebenarnya akan menanggung beban ini?  

Dampak pada Kaum Menengah

Pemudi Kelas Menengah Indonesia || Pexels/Rahman Kresna
Pemudi Kelas Menengah Indonesia || Pexels/Rahman Kresna

Kaum menengah sering kali dianggap sebagai kelas yang tangguh dan mampu beradaptasi dengan perubahan ekonomi. Namun, kenyataannya, kelas menengah sangat rentan terhadap guncangan ekonomi, termasuk kenaikan harga barang dan jasa akibat PPN.  

Misalnya, barang yang dikategorikan "mewah" dalam konteks ini bisa mencakup produk elektronik, kendaraan, atau layanan premium. Padahal, bagi sebagian besar kelas menengah, barang-barang tersebut bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan. Sebagai contoh:  

- Elektronik, seperti laptop dan ponsel adalah alat utama untuk bekerja dan belajar.  

- Kendaraan pribadi, terutama di kota dengan transportasi umum yang belum optimal, adalah kebutuhan esensial.  
Kenaikan tarif PPN bisa membuat barang-barang ini semakin tidak terjangkau. Dalam jangka panjang, ini bisa menurunkan daya beli kelas menengah dan memperbesar kesenjangan ekonomi.  

Dampak Jangka Panjang: Ancaman Strata Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun