Mohon tunggu...
Fathan Azfa Nafira
Fathan Azfa Nafira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2022

Mahasiswa PMM 4 di Universitas Lambung Mangkurat.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Eksplorasi Komunikasi Lingkungan Dalam Pemanfaatan Kerbau Rawa Sebagai Daya Tarik Wisata di Pulau Sambujur

19 Mei 2024   21:07 Diperbarui: 20 Mei 2024   09:51 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah pesatnya laju modernisasi, terdapat pulau kecil yang masih menyimpan kearifan lokal unik dan menarik untuk didatangi para wisatawan. Kalimantan Selatan yang terkenal dengan sungainya yang banyak, menawarkan destinasi alam yang indah dan tentunya jarang dijumpai didaerah lain. Pulau ini dinamakan "Pulau Sambujur" tepatnya di Desa Tampakang, Kecamatan Paminggir, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU). Pulau yang tidak terlalu besar ini dikelilingi air rawa yang luas ditambah dengan pepohonan rindang yang menjulang tinggi disekitarnya sehingga menyuguhkan pemandangan yang sangat eksotis. 

Dibalik keindahan tersebut, Pulau Sambujur merupakan salah satu destinasi wisata alam yang masih terjaga ekosistemnya. Keberadaan kerbau rawa, hewan endemik yang hidup di ekosistem rawa menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan untuk datang kemari. Keharmonisan yang masih kental antara alam dan masyarakat sekitar menjadi salah satu kunci utama untuk terus melestarikan lingkungan agar dapat terus terjaga dengan baik. Selain itu, kehadiran kerbau rawa tidak hanya menambah pesona alam yang unik, tetapi juga menawarkan peluang ekonomi baru bagi masyarakat setempat.

MENYATUKAN TRADISI, KEARIFAN LOKAL, DAN KONSERVASI ALAM

Desa Tampakang, yang terletak di Danau Panggang tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya tetapi juga karena daya tarik wisata unik yang ditawarkan oleh kerbau rawa. Fenomena ini mengundang perhatian wisatawan dari berbagai penjuru untuk menyaksikan dan merasakan pengalaman yang berbeda dari destinasi wisata pada umumnya. Kerbau rawa atau yang disebut warga lokal “Hadangan” merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat di sekitar desa Tampakang. Keberadaan kerbau rawa dalam keseharian warga menjadi simbol keunikan dan keaslian budaya lokal yang sulit ditemukan di tempat lain. Penggunaan kerbau rawa sebagai daya tarik wisata memungkinkan wisatawan untuk menyaksikan secara langsung aktivitas tradisional masyarakat, seperti cara penggembalaan, mandi kerbau di rawa.

Wisata kerbau rawa tidak hanya menawarkan pengalaman unik, tapi juga dapat sebagai sarana edukasi budaya lokal. Sebelum menjadi objek wisata, dahulunya masyarakat setempat sangat akrab dengan kerbau rawa. Hal ini dibuktikan oleh pernyataan dari Arbainah selaku pemilik dan pengelola ternak kerbau rawa di Desa Tampakang. “Sebelum menjadi objek pariwisata, para warga desa sering bermain bersama kerbau dengan cara menungganginya, karena dulu ada yang namanya kampung kerbau bararawa,” jelasnya saat di wawancarai langsung, Sabtu (11/5). Hal tersebut menjadi tradisi turun-temurun yang tak hanya menyenangkan, namun juga mengajarkan tanggung jawab serta cara merawat kerbau.

Keunikan interaksi warga Desa Tampakang dengan kerbau rawa inilah yang kemudian menarik minat wisatawan. Pengunjung kini tak hanya bisa melihat, namun juga ikut merasakan pengalaman langsung berinteraksi dengan kerbau rawa. Memanfaatkan kerbau rawa sebagai daya tarik wisata juga sejalan dengan konsep ekowisata berkelanjutan. Pendekatan ini memungkinkan masyarakat setempat untuk mendapatkan keuntungan ekonomi tanpa merusak lingkungan. Kerbau rawa, yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari ekosistem dan budaya lokal, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya konservasi alam. Melalui ekowisata, wisatawan diajak untuk berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan sambil menikmati pengalaman wisata yang autentik.

EKOWISATA KERBAU RAWA MENJADI MATA PENCAHARIAN

Kerbau rawa yang sudah lama hidup berdampingan dengan warga Desa Tampakang menjadikan mereka saling bergantungan satu sama lain. Kehidupan di  Desa Tampakang dapat dikatakan masih sangat tradisional, terlihat dari masyarakatnya yang dominan berprofesi sebagai peternak kerbau, peternak walet dan nelayan. Usaha ternak kerbau rawa menjadi salah satu sumber keuntungan yang dapat diandalkan bagi masyarakat sekitar. Hal ini dipaparkan oleh Syairin selaku pemilik ternak kerbau rawa di Desa Tampakang. Bahwa kerbau disini digunakan untuk pembibitan ternak yang selanjutnya akan dijual belikan pada momen tertentu, seperti saat hari raya kurban, isra miraj, ataupun acara pernikahan. "Kerbau dijual dengan kisaran harga Rp15.000.000 bagi kerbau dewasa dan Rp3.000.000 bagi kerbau yang masih kecil, apa lagi jika penjualannya di masa hari raya kurban," jelas Syairin saat di wawancarai langsung, Sabtu (11/5).

Seiring berjalannya waktu, para peternak kerbau rawa mengembangkan ternak mereka sebagai objek ekowisata di daerahnya, hal ini tentunya membuka semangat baru dan peluang mata pencaharian baru bagi masyarakat setempat. Kerbau rawa bukan hanya menjadi bagian kehidupan mereka, tetapi juga sumber penghidupan sehari-hari. Dengan menjadikan kerbau rawa sebagai daya tarik wisata, para pemilik kerbau mendapatkan penghasilan tambahan dari wisatawan yang datang untuk melihat langsung kerbau-kerbau disini. Selain itu, ekowisata ini juga membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. "Misalnya, wisatawan yang ingin melihat kerbau rawa harus menyewa perahu klotok untuk berkeliling pulau Sambujur. Hal ini menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi warga setempat yang menyediakan jasa penyewaan perahu. Dengan demikian, tidak hanya pemilik kerbau yang diuntungkan, tetapi juga masyarakat di sekitar Pulau Sambujur," tambah Syairin saat di wawancarai langsung, Sabtu (11/5).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun