Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenderaan Langit Joko Avianto yang Mendarat di Bandara Internasional Lombok

15 Desember 2023   19:26 Diperbarui: 15 Desember 2023   19:31 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karya Joko Avianto di Yokohama Triennale 2017, Sumber foto https://destinasian.co.id/17-festival-bursa-seni-di-2023/

"Seni adalah bahasa universal yang tidak membatasi diri oleh kata-kata" 

Perjalanan udara yang melelahkan dari Jambi ke Jakarta selama 1 jam 20 menit, lalu berlanjut Jakarta ke Lombok selama 2 jam, karena Bandara Sultah Thaha Jambi belum menjadi bandara Internasional sehingga masih transit di Jakarta. 

Perjalanan melelahkan ini melegakan hati ketika menginjakkan kaki di Bandara Internasional Lombok dan takjub dengan sesuatu yang unik di Bandara Internasional Lombok.

Foto Dokpri
Foto Dokpri

Apa sih yang unik di Bandara Internasional Lombok? Ada karya seni dari bambu karya Joko Avianto yang dinamakan "Kenderaan Langit". 

Seperti kita ketahui Getah-Getih di Bundaran HI Jakarta karya Joko Avianto yang juga dari bambu diresmikan bertepatan dengan event Asian Games 2018 dulu sempat viral.

Dalam keterangan yang tertera pada Kenderaan Langit, dituliskan bahwa Kenderaan Langit terinspirasi dari Kereta Kencana Paksi Naga Liman yakni sebuah kereta kencana milik Keraton Kanoman di Cirebon yang digunakan para raja dalam menghadiri upacara kebesaran.

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya

Kenderaan Langit menggambarkan awan sebagai lambang dunia atas dan gambaran dunia yang lebih luas, bebas dan mempunyai makna transendental. 

Sementara itu, desain kereta dilebur dengan bentuk awan yang diwakili oleh bentuk Megamendung yang berasal dari Cirebon.

Garis melengkung yang mengalir secara teratur dari yang paling dalam dengan ukuran kecil lalu melebar ke luar dengan lengkung membesar, mengandung pesan moral bahwa kehidupan manusia yang selalu dinamis.

Kenderaan Langit yang menggunakan bahan eco faux berukuran 6 meter x 2 meter x 3 meter yang bisa menampung 4 orang dewasa atau 8 orang anak-anak, dengan total beban 250 kilogram.

Sumber foto https://hot.detik.com/art/d-4791843/joko-avianto-kembali-lagi-dengan-karya-instalasi-kendaraan-langit
Sumber foto https://hot.detik.com/art/d-4791843/joko-avianto-kembali-lagi-dengan-karya-instalasi-kendaraan-langit

Eco faux adalah serat kombinasi yang terbuat dari bahan non-natural high-density polyethylene (HDPE) dengan bahan natural dan mineral alami. Material ini lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan untuk jangka waktu yang cukup lama hingga 20 tahun serta tahan api

Joko Avianto yang bernama lengkap Joko Dwi Avianto, pria kelahiran Cimahi, Jawa Barat 47 tahun yang lalu, menempuh pendidikan seni di Institut Teknologi Bandung (ITB) 1996-2001, melanjutkan studi di program pasca-sarjana Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB tahun 2003-2005. 

Karya-karya Joko Avianto sering diikutkan ke pameran-pameran baik di Indonesia maupun luar negeri. Fetishism karyanya yang pertama dipamerkan tahun 1999 di Scuplture Studio ITB, Bandung. Karya instalasi bambu juga dipamerkan di Frankfurt Book Fair 2015 Jerman yang terdiri dari instalasi 1500 batang bambu.

Karya Joko Avianto sangat sering menggunakan media dari bambu. Media bambu tersebut sesuai dengan gagasan Joko Avianto dalam mengkritisi eksploitasi alam. 

Semula Joko Avianto memulai sebagai seniman patung namun mulai tahun 2000 melebur ke seni instalasi. Alasan lain Joko Avianto memilih bambu sebagai media berkarya adalah tidak ada seniman yang menggunakan bambu sebagai material karya.

Karya Joko Avianto di Yokohama Triennale 2017, Sumber foto https://destinasian.co.id/17-festival-bursa-seni-di-2023/
Karya Joko Avianto di Yokohama Triennale 2017, Sumber foto https://destinasian.co.id/17-festival-bursa-seni-di-2023/

Mari kita apresiasi untuk karya Joko Avianto yang tidak hanya sukses di dalam negeri tapi juga karyanya berdampingan dengan seniman-seniman dunia, seperti dalam ekhsibisi di Yokohama Triennale 2017.

Seni bukan untuk menjadi kontroversi, tapi seni untuk dinikmati.

Sumber 1, 2

FS, Desember 2023

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun