Salah satu kegiatan yang bisa menumbuhkan rasa cinta tanah air dan jiwa nasionalisme adalah melalui upacara bendera. Upacara bendera adalah sebutan untuk pengibaran bendera yang dilaksanakan di Indonesia.Â
Iya, itulah esensi dari upacara bendera, disamping menumbuhkan jiwa nasionalisme juga menumbuhkan semangat juang seperti pernah diperjuangkan dengan segenap jiwa raga oleh para pahlawan kita.Â
Upacara bendera tentu saja kita semua pernah mengikutinya, mulai dari masa menjalani pendidikan juga dalam dunia kerja. Setiap Senin biasanya diadakan upacara bendera.Â
Upacara bendera menjadi lebih istimewa ketika peringatan "Hari Kemerdekaan Republik Indonesia"Â setiap tanggal 17 Agustus. Dalam rangka memperingati kemerdekaan ini upacara bendera dirangkai dengan acara yang menarik, seperti pawai, lomba tujuh belasan dan lain sebagainya.
Tentu kita sangat excited menunggu peringatan kemerdekaan tiap tahunnya. Nah, bagaimana jika kita memperingati hari kemerdekaan dengan melakukan upacara bendera di laut atau di gunung?Â
Penulis lebih menyukai istilah mengibarkan bendera untuk di laut atau di gunung daripada upacara bendera, karena di laut atau di gunung tentu saja kondisinya berbeda. Di laut atau di gunung upacara bendera bukan merupakan upacara bendera yang birokratis.
Bagi pecinta alam, momen peringatan hari kemerdekaan selalu ditunggu-tunggu. Mereka memilih melakukan prosesi pengibaran "Bendera Merah Putih" di dasar laut dan di puncak gunung.Â
Momen peringatan hari kemerdekaan bagi pecinta alam sangat ditunggu dan bagi mereka yang menyenangi aktivitas mendaki gunung jauh-jauh hari mereka sudah mempunyai tujuan pendakian dan mempersiapkan diri.
Salah satu gunung yang menjadi favorit tujuan memperingati hari kemerdekaan  adalah Gunung Kerinci. Gunung Kerinci menjadi gunung yang prestisius karena merupakan gunung tertinggi di Sumatera dan juga sebagai gunung berapi tertinggi di Indonesia.Â
Gunung Kerinci terletak di daerah Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi dengan ketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Tentu saja ada kebanggaan jika sudah menginjakkan kaki di puncak tertinggi dan bisa mengibarkan bendera merah putih di puncak Gunung Kerinci.Â
Setiap tahun, ribuan pendaki dari berbagai daerah di Indonesia memperingati hari kemerdekaan di Gunung Kerinci.Â
Seperti pada tahun 2017 ada lebih kurang 1.200 orang melakukan pendakian ke Gunung Kerinci. Namun pada saat pandemi di tahun 2020, Gunung Kerinci sempat ditutup untuk pendakian, demikian juga pada saat Gunung Kerinci sempat erupsi beberapa kali.
Tahukah anda? Mendaki gunung dan khidmat memperingati hari kemerdekaan dengan pengibaran bendera yang sederhana di puncak gunung rasanya sangat luar biasa.Â
Bendera berkibar di puncak tertinggi, perjuangan pendakian mengingatkan akan perjuangan para pahlawan yang telah membebaskan bangsa dari penjajah dan tentu saja lebih sulit dari upacara bendera biasa.
Penulis pernah melaksanakan pendakian ke Gunung Kerinci pada momen 17 Agustus. Rombongan kami melakukan perjalanan pada malam tanggal 17 Agustus melalui rute pendakian Kersik Tuo.Â
Dari R10 yang merupakan pos penjagaan Gunung Kerinci bergerak menuju pintu rimba, dengan peserta yang banyak tentu saja pendakian dilakukan dengan santai, banyak istirahat dan lebih mementingkan keselamatan bersama.Â
Dari Pintu Rimba bergerak melalui jalur yang memang sudah tersedia dengan keadaan jalan yang landai menuju pos 1 di ketinggian 1.890 mdpl untuk beristirahat sejenak. Dari pos 1 menuju pos 2, jalan semakin menanjak dan sempit membuat kami lebih berhati-hati.Â
Perjalanan dari pos 2 menuju pos 3 di ketinggian 2.225 mdpl perjalanan kami dibantu dengan adanya akar-akar pohon.Â
Namun di pos 3 tidak dianjurkan untuk beristirahat karena masih jalur lintas Harimau Sumatra. Baru dari pos 3 menuju selter 1 kami bisa beristirahat dan di sini bisa mendirikan tenda dan ada sumber air.Â
Dari selter 1 menuju selter 2, para pendaki membutuhkan tenaga yang maksimal karena merupakan trek terpanjang. Dan para pendaki juga akan menghadapi perjalanan dari selter 2 menuju selter 3 yang sangat membahayakan. Dengan tanjakan curam menuju shelter 3.Â
Di shelter 3 inilah para pendaki Gunung Kerinci membuat tenda untuk bersiap menuju puncak Gunung Kerinci dengan terjangan angin yang kencang.Â
Di Puncak Gunung Kerinci, kita hanya bisa menikmatinya sebentar saja, mengibarkan bendera dan langsung turun kembali menuju ke selter 3. Hal ini dikarenakan angin yang kencang serta Gunung Kerinci yang menyemburkan bau belerang dari kawah yang aktif.Â
Mengibarkan bendera di Puncak Gunung Kerinci di saat itu sayangnya tidak terdokumentasi dengan baik karena kondisi tidak seperti zaman sekarang, dulu belum adanya gadget dengan hanya mengandalkan kamera dari rekan.
Mendaki gunung dengan mampu mengibarkan bendera merah putih di puncaknya menghilangkan rasa lelah dan beratnya perjalanan, menumbuhkan rasa bangga dan semakin cinta tanah air.Â
Bisa menginjakkan kaki di tempat yang lebih tinggi seakan menyatakan bahwa merah putih harus selalu berada di tiang tertinggi.
Namun, harus diingat bahwa mendaki gunung juga harus memperhatikan keselamatan diri. Pada peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus 2023 lalu di Gunung Kerinci sempat terjadi insiden, seorang pendaki asal Jakarta terjatuh di selter 3 dan dapat diselamatkan.
Mendaki bukan sekedar gaya dan terlihat hebat, tapi pendaki gunung juga mesti mempunyai kemampuan teknis bagaimana cara mendaki yang aman baginya dan bagi rekan-rekannya.Â
Kemampuan fisik juga harus diperhatikan, memahami trek dan medan pendakian. Harus memahami tentang pengenalan alat, navigasi darat, teknik evakuasi, survival dan lain sebagainya. Biasanya, bagi pencinta alam dari MAPALA selalu diberikan Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar).
Tidak kalah penting adalah kemampuan mental. Karena di atas gunung semua sifat aslimu akan diperlihatkan. Apakah engkau seorang yang egois ataukah mudah diajak bekerja sama. Dari hal ini jika dihubungkan dengan jiwa nasionalisme, di puncak gunung bisa dilihat apakah engkau pengkhianat atau engkau pejuang sejati.
Salam dari Gunung
Fatmi Sunarya,
Penulis berdomisili di Kerinci. Mencintai alam seperti juga mencintai menulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H