Kerinci, pada bagian barat dan timur membujur dari utara ke selatan memiliki pola kontur yang rapat dan meruncing yang mencerminkan daerah perbukitan dengan lereng yang terjal.Â
Sementara pada bagian tengah membujur dari utara ke selatan merupakan daerah dengan kontur merenggang dengan kelerengan landai. Â
Oleh sebab itu Kerinci memiliki kawasan lembah raksasa yang landai di bagian tengah yang merupakan celah luas yang diapit wilayah pegunungan.Â
Tak salah menurut legenda masyarakat Kerinci, kondisi geografis Kerinci yang dikelilingi perbukitan terjal dan hutan lebat menjadikan wilayah ini sulit dimasuki oleh orang luar, seolah-olah "terkunci". Sehingga dinamakan "Kerinci" dari kata "terkunci".
Keadaan topografi yang merupakan dataran tinggi berbukit-bukit dan dikelilingi gunung-gunung dan hutan lebat menyebabkan Kabupaten Kerinci memiliki iklim yang sejuk.Â
Dengan kondisi topografi perbukitan dan pegunungan juga mempengaruhi beberapa hal seperti suhu, curah hujan, dan angin.
Suhu udara akan lebih dingin jika dataran semakin tinggi. Udara yang dingin memiliki kemampuan yang rendah menahan uap air sehingga uap air di pegunungan sangat padat dan mudah terjadi hujan.Â
Daerah pegunungan memiliki intensitas curah hujan yang tinggi. Begitu juga dengan angin, topografi pegunungan memiliki kepadatan tinggi. Faktor ini mempersulit evakuasi dari udara.
Sakti Alam Kerinci, julukan ini tentulah ada karena Kerinci tidak bisa terlepas dari daya magisnya.Â
Lokasi pendaratan darurat helikopter di Tamiai ini merupakan wilayah adat Kedepatian Muara Langkap.Â