Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Koper Ketujuh

5 November 2022   06:34 Diperbarui: 5 November 2022   13:30 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koper ketujuh
Ibu tua mendorong pelan
Benarkah ini koper ketujuh
Air matanya jatuh
Koper terakhir dari anak bontot
Alangkah sulit menjadi seorang ibu
Mengantar koper-koper ini pergi
Mencari rumahnya sendiri

Sebanyak apa pun anak
Rumah tua tetap ditinggalkan
Telah tertinggal tawa-tawa masa kecil riang memenuhi ruang
Terngiang tangis berebut mainan
Kini, ruang-ruang itu telah kosong berdebu
Lengang, meninggalkan kenang
Hanya perempuan tua menatap sepi bayang masa silam

Keluarga baru menanti
Menunggu koper-koper berlabuh
Puas telah mengantar sukses
Sempurna memberi kasih sayang
Bukankah, malaikat tanpa sayap adalah seorang ibu
Mencintai tanpa syarat
Baiklah, kuhantarkan koper terakhir ini
Menjadi ibu terbaik, walau meranggas sunyi di ujung jalan

SungePnoh, 5 November 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun