Ternyata demi mendapatkan vote banyak, ada oknum kompasianer membuat akun-akun fake atau palsu di Kompasiana.Â
Dengan akun-akun fake yang memberi vote pada artikelnya dan mendapat posisi "Nilai Tertinggi" dalam sekejap. Akun-akun fake tanpa nyawa tersebut bertebaran di Kompasiana yang dibuat oleh sang oknum. Jika ada akun fake sebanyak 30 biji saja milik sang oknum, 5 menit dia akan berada di posisi nilai tertinggi.
Apakah dengan bermain curang, kita merasa puas? Apa sih esensi berada di Kompasiana ini? Mendapat pengakuan, mendapat tepuk tangan? Jika dilakukan dengan jalan yang benar, saya ikut tepuk tangan.
Btw, bukankah mbak Fatmi Sunarya juga sering nangkring di "Nilai Tertinggi"? Benar, dengan cara yang benar. Saya tidak punya akun fake yang ikutan vote di artikel saya.Â
Saya tidak punya satu kompi pasukan, pasukan orang-orangan sawah tanpa nyawa. Saya blogwalking ke artikel-artikel sahabat kompasianer.
Semakin lama di Kompasiana, saya semakin banyak belajar termasuk mendapat banyak kritikan. Dan baru-baru ini juga ada yang bertanya, kok jarang menulis puisi? Tidak menulis puisi demi centang biru ya? Setiap hari adalah pelajaran menulis bagi saya. Saya perlu mengembangkan diri dan belajar menulis kategori selain fiksi (puisi). Â
Saya mempunyai hobby dan minat yang saya sukai, seperti hobby traveling, berminat pada lingkungan dan budaya, dan saya ingin menuliskannya. Inilah saya apa adanya, bukan ada apanya.Â
Saya berharap, admin Kompasiana menertibkan akun-akun yang tidak mempunyai identitas yang jelas, belum tervalidasi. Â Jika bermain curang, berarti menuju jurang. Sayang jika anda yang bermain curang tapi mempunyai kemampuan menulis yang bagus menjadi sia-sia dalam rumah bersama, Kompasiana.Â
Demikian, terima kasih.
FS, 03 Agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H