"Alam selalu mengajari kita tentang kesederhanaan, kejujuran dan tanggung jawab."
Kehidupan manusia sangat tergantung pada alam. Tanpa air, udara, tanah dan energi, kehidupan manusia akan seperti apa? Sumber energi ada yang bisa terbarukan dan ada juga yang habis terpakai. Hanya manusia yang dapat berperan aktif menjaga, merawat, melestarikan alam untuk keberlangsungan generasi berikutnya.
Apa yang dapat kita lakukan untuk menjaga kelestarian alam?
Dimulai dari komunitas terkecil yakni keluarga. Dari hal sederhana namun dampaknya sangat besar untuk kelestarian alam. Dengan menerapkan gaya hidup minimalis dan frugal living, kita bisa turut dalam melestarikan alam.Â
Gaya hidup minimalis adalah gaya hidup yang mempraktikkan hanya membeli apa yang dibutuhkan, kebutuhan menjadi prioritas daripada keinginan serta menjaganya dengan baik. Sementara frugal living adalah gaya hidup yang mencari solusi biaya terendah, tanpa pemborosan.
Dari keluarga, kita mulai membiasakan menghemat air dan penggunaan air seperlunya, hemat penggunaan listrik dengan mematikan peralatan listrik yang tidak digunakan.Â
Membuang sampah dan mengelola sampah dengan baik, menanam dan merawat pohon, kesemua ini berguna untuk ketersediaan udara dan air yang sehat untuk kita. Tak lupa menghemat penggunaan kenderaan dan memilih kenderaan yang hemat energi.
Beberapa sahabat saya sudah memulai dengan gaya hidup minimalis dan frugal living. Dunia terancam mengalami krisis energi dan pangan, dan beberapa sahabat saya sudah memulai mandiri pangan, walaupun hanya menanam sayur, buah, bumbu dapur dan membuat kolam dengan skala kecil untuk keluarga, serta berternak ayam dan lain-lain.Â
Salah satu sahabat yang menjadi panutan bagi saya dan rekan-rekan adalah pasutri Bang Budi dan Uni Leli. Bang Budi kelahiran Medan menikah dengan Uni Leli kelahiran Payakumbuh, mempunyai seorang putra bernama "Alam".
Pasutri ini menerapkan gaya hidup minimalis dan memilih pensiun dari pekerjaan di bidang konservasi namun tetap menerapkan prinsip konservasi dalam kehidupannya.
Pasutri ini memiliki lahan yang cukup luas di dekat Lembah Harau, Jorong Padang Laweh, Nagari Solok Bio-Bio yang berada di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.Â
Di lahan yang luas ini hanya dibangun rumah kecil yang sederhana, rumah kayu yang kayunya dari pohon kelapa. Dari segi rumah, mereka sudah menerapkan rumah yang minimalis yang sesuai dengan kebutuhan keluarga kecil mereka.Â
Dengan lahan yang luas bisa saja mereka membangun rumah yang besar dan luas, tapi mereka tidak melakukannya.
Sumber air mereka kelola dengan baik sehingga ketersediaan air melimpah dan dapat dipergunakan untuk kolam. Sementara kebutuhan listrik memakai solar cell atau solar panel, alat yang bisa mengkonversi sinar matahari menjadi arus listrik.
Kolam yang menghasilkan ikan, selain untuk keperluan sehari-hari, ikannya juga dijual dan disediakan juga sebagai kolam pemancingan.Â
Dengan berprinsip "circle of life", untuk pakan ikan mereka membuat tepung ikan sendiri. Jadi disamping pelet sebagai makanan ternak, ada ampas tahu, dedak dan tepung ikan produksi sendiri.Â
Mereka juga beternak itik dan telurnya selain untuk konsumsi sendiri dan dijual. Dengan ketersediaan telur itik, Uni Leli membuat sendiri telur asin.
Menanam berbagai macam pohon buah-buahan, menanam sayur yang bisa mencukupi keperluan sehari-hari bahkan bisa dijual. Wah sangat mandiri pangan ya.Â
Di lahan ini juga disediakan camping ground jika ada yang ingin camping sambil ekowisata.Â
Yang menarik adalah untuk kebutuhan madu, mereka memelihara lebah sendiri. Madu yang dinamakan madu kelulut berasal dari lebah tanpa sengat.Â
Menilik dari harganya, madu kelulut lebih mahal dari madu lebah biasa karena lebah kelulut tidak menghasilkan madu berlimpah. Rasa madu kelulut juga unik, manis bercampur asam.
Bang Budi belajar dari Suku Anak Dalam, untuk penyembuhan luka menggunakan madu kelulut. Memang, sejak dulu masyarakat di Indonesia menggunakan madu kelulut sebagai pengobatan alami.Â
Disamping madu kelulut bermanfaat meningkatkan imunitas tubuh, juga banyak manfaat bagi kesehatan antara lain mempercepat regenerasi sel tubuh, mempercepat penyembuhan luka akibat penyakit diabetes dan menekan kandungan gula dalam darah.
Setelah menyelami kehidupan bergaya minimalis yang dijalani oleh pasutri Bang Budi dan Uni Leli, kita belajar bahwa alam memberikan manfaat yang maha luas kepada kita, tergantung kita bagaimana mengelola, merawat dan melestarikan alam.
Pengalaman pasutri ini yang cukup lama di dunia konservasi diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Alam mengajarkan akan kesederhanaan, alam sangat berbaik hati dengan segala pemberiannya, dan kita harus sadar diri untuk memanfaatkan seminimal mungkin demi kelestariannya. Ya, dengan gaya hidup minimalis.
Dengan gaya hidup minimalis, kita dapat merasakan bahwa gaya minimalis menjadikan kita fokus pada tujuan untuk mencapai ketenangan batin dengan menghilangkan keterikatan pada benda di sekitar.Â
Mandiri bersama alam, hidup sehat dan hidup bahagia bersama alam.
Salam Lestari.
Fatmi Sunarya, 13 Juli 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H