Nah lho, nyari ibu khan...
Ibu keluar dengan takut-takut.Â
Si pria seram langsung bersimpuh di kaki ibu, sambil menangis meraung-raung. Waduh, tidak sesuai ekspektasi nih.
"Ini Iyan bu, anak murid ibu, yang bandel tapi ibu tak pernah marah. Ibu juga yang ngasih uang tiap mau cukur rambut. Hu..hu..hu, tangisnya."
Ibu bingung bin linglung. Ya iyalah mengajar SD selama 35 tahun, muridnya ada ribuan.
Namanya Bang Iyan tapi nama kerennya Bang Leo. Orang susah dan sekarang sukses. Sudah kerja di kapal selama 20 tahun dan punya rumah di Surabaya. Sstt, ngaku sebagai preman besar di Surabaya. Percaya? Entahlah.
Bang Iyan masih terisak-isak, dan daku tersenyum. Preman besar, bisa nangis ternyata. Preman juga manusia, jangan dibalik ya.
"Ini siapa yang senyam senyum," tanyanya dengan mata mendelik.Â
"Oh, anak ibu ya, kalau ada yang jahat lapor saja ya, katanya.
Dan begitulah, selama libur dan belum kembali ke Surabaya, tiap hari Bang Iyan membawa apel, anggur, sop, pisang goreng, pokoknya ada saja yang dibawa.
Baru kali ini bertemu preman berhati premium. Muka Rambo tapi hati Es Mambo.Â