Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Penulis Puisi adalah Penulis Puber

14 Juni 2022   15:45 Diperbarui: 14 Juni 2022   15:48 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah beberapa bulan ini, kantor saya pindah alamat dan ternyata dibelakang kantor baru ini ada rumah seorang teman satu sekolahan. Satu alumni sekolah dasar. Tahun berapa? Jangan ditanya ya, ketauan ketuaan.

Kadang ibu-ibu alumni SD ini ngumpul sore-sore, mereka mulai video call saya.

"Ayo main ke rumah, kita pada ngumpul nih," ajak mereka.

Mereka ngga tahu apa, saya lagi kerja. Akhirnya saya iyakan juga takut dibilang sombong. Karena saya jarang ikut acara alumni. Ngumpul acara alumni SD mau cerita apa coba? Kenangan main lompat tali, manjat pohon jambu, dikejar guru pakai penggaris panjang ? 

Akhirnya, saya menampakkan diri ke rumah teman saya tersebut, mereka lagi rumpi-rumpi cantik dan bersorak.

"Nah, ini penulis puber!"

Saya shock berat, lho kok dibilang penulis puber. Perasaan, saya puber umur belasan, saat hobi bikin vinyet. Tahukah anda akan vinyet? Itu lho, coretan "random" kadang berwujud bunga kadang berubah wujud muka tetangga, eh.

Atau apakah saya dituduh puber kedua? Pernah sih, karena ada teman lama bilang saya semakin tua semakin genit. Tuduhan lagi nih, padahal saya merasa biasa saja dan memang sering sok akrab saja dengan teman. Halo say? Sehat yur? Karena makan sayur tentu sehat.

Saya langsung konfirmasi kepada mereka, kenapa saya dibilang penulis puber. Oh, menurut mereka, gara-gara saya (dulu) suka share puisi-puisi tentang cinta, patah hati de el el di media sosial. Sekarang sih jarang.

Waduh, masa sih langsung main cap gitu. Penulis puisi bukanlah gambaran dari puisi yang ditulisnya. Kek pemain sinetron, kadang bisa jadi Andini padahal aslinya Amanda Manopo. 

Penulis puisi bisa menjadi orang lain, bisa berimajinasi dan berekspresi bebas. Sungguh sangat menyenangkan menjadi penulis puisi. Puisi adalah fiksi namun bisa juga realitas tapi tidak melulu realitas dari penulis. 

Puisi selain ingin meluapkan perasaan juga bisa jadi tempat menyampaikan pesan. Oke, setop membuat cap penulis puisi adalah penulis puber, karena puber pertama, kedua, ketiga kayaknya sudah lewat.

Penulis puisi atau penulis genre lainnya, sesungguhnya punya kehidupan pribadi sendiri, dan tak perlu diumbar melalui tulisan tho. Kehidupan kami, penulis puisi tidak begitu sedih-sedih amat, si Amat saja ngga sedih.

Penulis puisi tukang kecoh, jangan sampai terkecoh. Mengecoh dalam keindahan kata-kata.

Salam bahagia.

FS, 14 Juni 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun