Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengetuk Rumah Tak Berpintu

20 Mei 2022   09:36 Diperbarui: 20 Mei 2022   14:36 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketukan tertegun diam
Terlepas tangan menggenggam beradu bisikan angin
Aku ingin kembali bernaung di sini
Walau tinggal kerangka setidaknya tiang masih menyangga

Rumah kita tak lagi berpintu
Ilalang merayap liar berdiam bersama
Dindingnya telah runtuh helai demi helai
Rubuh, rubuhlah. Berdesau di telinga

Rumah tetaplah rumah
Walau raga melapuk dimakan usia
Wujud raib tinggallah nama
Jiwaku melepuh kala ilusi suara memanggil pulang

Seperti saat ini, aku termangu di antara tatapan jendela
Menahan kenang tetap tegak
Masih terngiang ketukan-ketukan indah
Pada pintu yang memilih pergi kali pertama

Tuk!
Tuk!
Tuk!
Tak ada lagi tangan mengetuk

FS, 20 Mei 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun