Ketukan tertegun diam
Terlepas tangan menggenggam beradu bisikan angin
Aku ingin kembali bernaung di sini
Walau tinggal kerangka setidaknya tiang masih menyangga
Rumah kita tak lagi berpintu
Ilalang merayap liar berdiam bersama
Dindingnya telah runtuh helai demi helai
Rubuh, rubuhlah. Berdesau di telinga
Rumah tetaplah rumah
Walau raga melapuk dimakan usia
Wujud raib tinggallah nama
Jiwaku melepuh kala ilusi suara memanggil pulang
Seperti saat ini, aku termangu di antara tatapan jendela
Menahan kenang tetap tegak
Masih terngiang ketukan-ketukan indah
Pada pintu yang memilih pergi kali pertama
Tuk!
Tuk!
Tuk!
Tak ada lagi tangan mengetuk
FS, 20 Mei 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H