Pintu pada Umoh Laheik ini agak kecil dari ukuran orang dewasa, jadi ketika orang ingin masuk mesti merunduk. Hal ini mengandung filosofi bahwa tamu yang akan masuk mesti menunduk sebagai penghormatan kepada tuan rumah. Pintu terbuat dari papan tebal dan juga terdapat ukiran khas Kerinci.
Di antara rumah larik nan berderet ini, antara satu rumah dengan rumah yang lain/bersebelahan dinding ini terdapat pintu, sehingga jika ada acara adat atau acara lainnya pintu penghubung bisa dibuka.Â
Dan bisa dibayangkan, bak kereta api yang antara gerbong satu dengan yang lainnya terbuka aksesnya. Menarik bukan? Kekerabatan dan keakraban terjalin dengan adanya pintu penghubung ini.Â
Begitu juga dengan jendela yang disebut "pintu suhai", ukurannya tidak terlalu lebar dibatasi jeruji berukir sebagai ventilasi udara.Â
Biasanya jendela terletak pada dua tempat, di bagian depan rumah dan di bagian belakang rumah.Â
Atap Rumah
Atap rumah berbentuk segi tiga lurus, kalau dahulu atap berbahan ijuk namun dengan perkembangan zaman saat ini telah tergantikan dengan atap seng.Â
Rumah Dihiasi Ukiran
Umoh Laheik ini terdapat banyak ukiran khas Kerinci dengan warna mencolok, seperti pada tiang, dinding, pintu. Motif ukiran lebih banyak motif flora dan sangat jarang terdapat motif fauna ataupun manusia.Â