Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Di Balik Warna-warni Kerupuk, Waspada Mengandung Pewarna Sintetis

5 Mei 2022   14:29 Diperbarui: 7 Mei 2022   06:04 4557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerupuk merah mentah/Foto Fatmi Sunarya

Setiap lebaran, saya biasanya menyediakan hidangan lontong pical dan empek-empek, walaupun bukan berasal dari Palembang tetapi hidangan empek-empek biasanya digemari anak-anak muda. Sementara lontong pical digemari di hari lebaran karena ada sayurnya, dengan berbagai macam hidangan lebaran yang berlemak tentu sangat perlu mengkonsumsi sayur. 

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya
Lontong pical adalah hidangan lontong dengan campuran sayur seperti toge, kol, pucuk ubi, labu siam, kangkung, pokoknya sayur bisa disesuaikan dengan selera, ditambah mie kuning dan disiram dengan kuah pical/kuah kacang. Dan tak lupa bawang goreng dan kerupuk merah sebagai topping.

Nah, ketika saya menggoreng kerupuk merah, saya teringat perbincangan dengan seorang sahabat saya berasal dari Sunda tapi istrinya berasal dari Payakumbuh/Sumatera Barat. Waktu itu kami menyantap lontong sayur dan sahabat saya yang penggemar kerupuk malah menolak lontong sayurnya ditambahkan kerupuk merah. Lho, kenapa? Alasannya, kerupuk merah sekarang banyak yang memakai pewarna tekstil. Benarkah?

Kerupuk merah mentah/Foto Fatmi Sunarya
Kerupuk merah mentah/Foto Fatmi Sunarya

Kerupuk merah yang sudah digoreng/Foto Fatmi Sunarya
Kerupuk merah yang sudah digoreng/Foto Fatmi Sunarya

Kerupuk merah atau dikenal dengan kerupuk padang, sering disajikan bersama masakan khas Minang, seperti lontong sayur, soto, pical dan beberapa rumah makan Padang menambahkan kerupuk merah pada nasi bungkus/nasi rames. Kerupuk merah terbuat dari tepung tapioka dan diberi pewarna alami/pewarna makanan, diproduksi oleh industri rumah tangga yang tersebar di daerah-daerah Sumatera Barat dan daerah-daerah di Indonesia.

Namun, kini banyak ditemukan kerupuk merah menggunakan pewarna tekstil, dan ini tentu saja berbahaya untuk kesehatan. Tahun 2017 BPOM (Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan) Kota Padang, Sumatera Barat menemukan kerupuk merah menggunakan pewarna tekstil Rhodamin.  

Rhodamin merupakan pewarna sintetis berwarna merah keunguan sebagai pewarna kertas, tekstil, kayu, sabun tetapi malah disalahgunakan sebagai pewarna makanan. Saat ini dikuatirkan banyak makanan yang dijual dicampur dengan pewarna tekstil dan juga boraks. Malah cendol delima juga dicampur dengan pewarna sintetis, tahu dan bakso menggunakan boraks.

Rhodamin jika dicampurkan pada makanan, warna merahnya sangat mencolok dan apabila makanan yang mengandung pewarna sintetis ini dikonsumsi dalam jangka panjang sangat berbahaya bagi kesehatan yang bisa menyebabkan radang kulit, alergi, dan gangguan fungsi hati atau kanker hati.

Lalu, kenapa pewarna tekstil ini digunakan dalam pembuatan makanan khususnya kerupuk? Konon, harga pewarna tekstil lebih murah daripada pewarna makanan, tampilan dengan ditambahkan pewarna tekstil menjadikan warna kerupuk lebih ngejreng, lebih terang bersinar. Duh...

Hanya menggunakan 1 kg pewarna tekstil bisa untuk adonan kerupuk sebanyak 1 ton, nah beda dengan pewarna makanan harga perkilonya mahal dan dibutuhkan pewarna makanan dalam jumlah yang banyak jika ingin warna kerupuk lebih menarik. 

Dengan warna warni yang menarik tentu saja kerupuk laris manis dijual sehingga banyak pelaku industri rumah tangga menambahkan pewarna sintetis Rhodamin B untuk warna merah, Methanil Yellow untuk warna kuning dan Malachite Green untuk warna hijau. 

Bagaimana membedakan antara kerupuk yang memakai pewarna alami dan pewarna sintetis? Pertama dari segi warna, warna kerupuk sangat terang dan cerah jika menggunakan pewarna sintetis. Beda dengan yang menggunakan pewarna alami, warnanya agak pudar tidak begitu terang mencolok.  Kedua, kerupuk yang menggunakan pewarna sintetis warnanya tidak begitu merata dan ada gumpalan warna dan ketiga dari segi rasa agak pahit.

Jadi, dalam memilih makanan kita mesti hati-hati ya. Padahal soto, lontong, pical, gado-gado akan menjadi hampa tanpa kerupuk. Ternyata di balik warna warni kerupuk dan harganya yang murah meriah mengandung bahaya yang mengancam kesehatan kita. 

Harapan kita pelaku industri rumah tangga yang memproduksi kerupuk tidak menggunakan pewarna sintetis, ini juga berbahaya untuk mereka juga karena terkontaminasi atau bersentuhan langsung dengan pewarna sintetis. 

Tetap waspada dalam memilih makanan, jika makanan kemasan hendaknya selain mengecek tanggal kedaluwarsa juga perlu mengecek apakah lolos uji BPOM atau tidak. Untuk bahan makanan yang dijual di pasar tradisional seperti kerupuk, perlu waspada akan penggunaan pewarna sintetis.

Fatmi Sunarya, 05 Mei 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun