Hanya menggunakan 1 kg pewarna tekstil bisa untuk adonan kerupuk sebanyak 1 ton, nah beda dengan pewarna makanan harga perkilonya mahal dan dibutuhkan pewarna makanan dalam jumlah yang banyak jika ingin warna kerupuk lebih menarik.Â
Dengan warna warni yang menarik tentu saja kerupuk laris manis dijual sehingga banyak pelaku industri rumah tangga menambahkan pewarna sintetis Rhodamin B untuk warna merah, Methanil Yellow untuk warna kuning dan Malachite Green untuk warna hijau.Â
Bagaimana membedakan antara kerupuk yang memakai pewarna alami dan pewarna sintetis? Pertama dari segi warna, warna kerupuk sangat terang dan cerah jika menggunakan pewarna sintetis. Beda dengan yang menggunakan pewarna alami, warnanya agak pudar tidak begitu terang mencolok. Â Kedua, kerupuk yang menggunakan pewarna sintetis warnanya tidak begitu merata dan ada gumpalan warna dan ketiga dari segi rasa agak pahit.
Jadi, dalam memilih makanan kita mesti hati-hati ya. Padahal soto, lontong, pical, gado-gado akan menjadi hampa tanpa kerupuk. Ternyata di balik warna warni kerupuk dan harganya yang murah meriah mengandung bahaya yang mengancam kesehatan kita.Â
Harapan kita pelaku industri rumah tangga yang memproduksi kerupuk tidak menggunakan pewarna sintetis, ini juga berbahaya untuk mereka juga karena terkontaminasi atau bersentuhan langsung dengan pewarna sintetis.Â
Tetap waspada dalam memilih makanan, jika makanan kemasan hendaknya selain mengecek tanggal kedaluwarsa juga perlu mengecek apakah lolos uji BPOM atau tidak. Untuk bahan makanan yang dijual di pasar tradisional seperti kerupuk, perlu waspada akan penggunaan pewarna sintetis.
Fatmi Sunarya, 05 Mei 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H