"Jangan Tertawa, Jika Tidak Lucu"
Tinggal di rumah mertua bagi menantu perempuan, seperti masuk wahana uji nyali.
Banyak ketakutan dan kehaluan. Harus pintar masak, harus sigap, harus segala bisa. Halu, jangan-jangan hasil masakan ngga enak, keasinan atau hambar. Halu diumpat.
Tersebutlah Surti Karmi, yang mesti tinggal bersama mertua karena lagi hamil besar. Kalau tinggal di rumah mertua, semua akan bersiaga jika lahiran.
Menumpang di rumah mertua juga mesti jaim, seperti perkara makan.
"Ayo Nak, nambah. Kok makannya dikit?" Tawar ibu mertua.
"Sudah cukup, sudah kenyang Bu," jawab si menantu dengan suara lemah lembut karena masih lapar.
Jam sembilan malam, cacing di perut Surti Karmi mulai demo.
"Ayo  turunkan semua makanan."
"Kami lapar!"
"Kalau tidak, kami akan bakar-bakaran ban." Eh...
Surti Karmi berbisik pada sang suami.
"Bang, aku lapar banget."
"Ya udah, makan saja toh makanan masih ada," tukas si suami.
"Tapi Bang, ruang makan di sebelah kamar bapak ibu."
"Lho, kan tidak ada larangan untuk makan."
Surti Karmi mengendap ke ruang makan. Mengambil nasi, mengambil lauk dan aman. Mengambil minum, glek...glek... suara air, menjadi tidak aman.
"Siapa itu?" "Kucingkah?" Suara bapak mertua dari balik kamar.
"Iya, meong." Edalah, Surti Karmi kumat latahnya.
Surti Karmi segera ke kamar memutuskan makan di kamar saja.
"Bang, telinga Bapak kok sensitif kali, dengar apa-apa langsung nyahut," Surti Karmi mengomel sambil makan.
"Lha, bapak mantan intel." "Sudah kebiasaan, peka."
Surti Karmi bersendawa keras kekenyangan.
"Ada apa, kok belum tidur," suara bapak di luar kamar.
Surti Karmi membatin, oh intel idola.
Di lain waktu, Surti Karmi saking sigap mesti bangun pagi-pagi. Karena kamar mandi bersama cuma ada satu. Merendam pakaian kotor termasuk baju yang dipakainya. Selesai mandi, Surti tersadar lupa bawa handuk.
Wadudu, pagi yang hening. "Bang!" Surti memanggil pelan. "Bang!!" Nada naik satu oktaf. Tidak ada jawaban.Â
"Bang!!!!!!!" Surti Karmi mulai berteriak.
"Siap, ada apa Nak?" Sahut bapak mertua.
"Anu Pak, minta tolong abang mengambil handuk," suara Surti Karmi seperti tikus tercekik.
A few moment later, si abang dengan mata mengantuk plus melotot mengulurkan handuk.
Surti Karmi kembali membatin, untung ada bapak mertua mantan intel...
FS, 19 April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H