Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menjelajahi Daerah Pesisir Selatan Menuju Pantai Muko-muko

18 Maret 2022   11:17 Diperbarui: 19 Maret 2022   03:30 3931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantai Pandan Wangi/Foto Fatmi Sunarya 

Asam di gunung, garam di laut bertemu dalam satu belanga 

Begitulah, si Asam itu adalah saya yang tinggal di daerah pegunungan dan jika mencari si Garam mesti ke laut terdekat. Di mana laut itu berada? 

Terdekat dari Sungai Penuh/Kerinci bisa ke daerah Pesisir Selatan, Sumatera Barat atau ke daerah Muko-muko, Bengkulu. Ini jalur terdekat, Pesisir Selatan dan Muko-muko satu jalur dari arah barat Sungai Penuh/Kerinci. 

Untuk menikmati laut di Kota Padang, Sumatera Barat terlalu jauh bisa memakan waktu 7 jam atau 14 jam pulang pergi.

Perjalanan saat musim durian di Muaro Sako, Pesisir Selatan, Sumatera Barat pernah saya tulis dalam artikel "Ada Cinta Segita dalam Lamang Golek dan Menikmati Durian di Sako", dan dari Sako inilah dengan menggunakan kendaraan sepeda motor saya melanjutkan penjelajahan. 

Kondisi cuaca sangat cerah serta jalan lintas provinsi yang bagus, saya melanjutkan perjalanan melewati daerah-daerah yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan (Sumatera Barat) sampai ke Muko-muko (Bengkulu). Peta perjalanan bisa dilihat di bawah ini.

Screenshoot DARI id.toponavi.com
Screenshoot DARI id.toponavi.com

Dari kota tempat saya tinggal, Kota Sungai Penuh sampai ke Muko-muko, Bengkulu berjarak lebih kurang 138 km dengan waktu 3,5 jam. 

Dalam ingatan, saya hapal nama-nama daerah yang dilalui ini karena saya tujuh tahun bekerja di bagian pemetaan dan pembuatan peta digital (Geographic Information System/GIS). Dan juga daerah tetangga ini mempunyai ikatan historis di masa lalu dengan Kerinci. 

Pemandangan desa-desa tua, kebun durian, sawah dan sungai bisa dinikmati sepanjang jalan. Dengan adanya potensi sungai di daerah Sako ini terdapat PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro) Sako yang bisa mengaliri listrik untuk 12 ribu rumah dengan daya terpasang 450 watt. 

Keberadaan PLTM Sako ini sangat bermanfaat karena ketersediaan listrik bagi wilayah Pesisir Selatan dan sekitarnya bisa tercukupi. 

Sungai di daerah Sako/Foto Fatmi Sunarya
Sungai di daerah Sako/Foto Fatmi Sunarya

PLTM Sako/Foto Fatmi Sunarya
PLTM Sako/Foto Fatmi Sunarya

Masih di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, dari Sako melewati wilayah Lunang. Kecamatan Lunang terdiri dari 10 Nagari yaitu Nagari Lunang, Nagari Lunang utara, Nagari Lunang Barat, Nagari Lunang Selatan, Nagari Sindang Lunang, Nagari Pondok Parian Lunang, Nagari Lunang Tengah, Nagari Lunang Satu, Nagari Lunang Dua dan Nagari Lunang Tiga.

Lunang terkenal dengan situs peninggalan Rumah Gadang Mande Rubiah yang merupakan jejak Kerajaan Pagaruyung. 

Mande Rubiah merupakan seorang Putri Bundo Kanduang bernama Putri Salasiah Pinang Masak yang melarikan diri dan kemudian membangun istana di hilir Batang Lunang. 

Saya berencana pulang dari Muko-muko singgah di situs ini, tapi batal karena sudah sore dan takut kemalaman mengingat jarak yang ditempuh untuk pulang.

Nagari Lunang/Foto Fatmi Sunarya 
Nagari Lunang/Foto Fatmi Sunarya 

Sawah di Lunang/Foto Fatmi Sunarya 
Sawah di Lunang/Foto Fatmi Sunarya 

Lunang juga terhampar sawah nan luas, Pemerintah Pesisir Selatan berusaha meningkatkan produksi beras asli Pesisir Selatan bernama "Rajo Pasisia". 

Beras varietas ini diharap bisa memenuhi kebutuhan Kabupaten Pesisir Selatan dan diharapkan juga bisa dijual ke provinsi tetangga, Bengkulu.

Setelah melewati Kecamatan Lunang, berlanjut ke Kecamatan Silaut yang masih dalam wilayah Kabupaten Pesisir Selatan. 

Ada yang berbeda dari Lunang, wilayah Silaut banyak ditanami pohon kelapa sawit. Memang di Silaut terdapat perkebunan kelapa sawit, berhektar-hektar perkebunan kelapa sawit yang dimiliki kelompok tani dan juga ada di daerah transmigrasi di Silaut.

Kecamatan Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Muko-muko, Bengkulu. 

Setelah makan siang di Silaut, saya sampai di gerbang perbatasan yakni gerbang Provinsi Bengkulu. Rasanya senang sekali karena dari perjalanan yang jauh ini sudah sampai di tujuan. 

Gerbang Provinsi Bengkulu/Foto Fatmi Sunarya 
Gerbang Provinsi Bengkulu/Foto Fatmi Sunarya 

Melewati gerbang Provinsi Bengkulu ini, pantai terdekat adalah Pantai Pandan Wangi. Objek wisata Pantai Pandan Wangi terletak di Kota Muko-muko dan ramai dikunjungi wisatawan. 

Kita hanya membayar parkir Rp 5.000,- dan bisa menikmati pemandangan laut lepas Samudera Hindia. Duduk menikmati debur ombak dengan pasir putih dan bebatuan di pinggir laut. 

Pengunjung bisa menggelar tikar untuk makan siang, menikmati angin semilir yang berhembus dalam cuaca yang panas di pinggir laut.

Pantai Pandan Wangi/Foto Fatmi Sunarya 
Pantai Pandan Wangi/Foto Fatmi Sunarya 

Pantai Pandan Wangi/Foto Fatmi Sunarya 
Pantai Pandan Wangi/Foto Fatmi Sunarya 

Pantai Pandan Wangi/Foto Fatmi Sunarya 
Pantai Pandan Wangi/Foto Fatmi Sunarya 

Pantai Pandan Wangi/Foto Fatmi Sunarya 
Pantai Pandan Wangi/Foto Fatmi Sunarya 

Di Pantai Pandan Wangi ini saya berada di 0 mdpl, nol meter di atas permukaan laut, maklumlah sebagai anak gunung yang tinggal di daerah pegunungan hal ini cukup excited bagi saya. Cuaca panas bisa terlindungi oleh banyaknya pohon-pohon yang berdiri di pinggir pantai. 

Pantai Pandan Wangi/Foto Fatmi Sunarya 
Pantai Pandan Wangi/Foto Fatmi Sunarya 

Satu jam saya berada di Pantai Pandan Wangi ini, menikmati suasana pantai serta melepas lelah. Saya harus segera pulang mengingat 3,5 jam perjalanan yang akan di tempuh untuk kembali ke Kota Sungai Penuh. 

Untunglah, cuaca bersahabat dan tidak hujan. Jam 14.00 WIB bergerak dari Pantai Pandan Wangi, saya sampai di rumah jam 18.00 WIB. 

Pantai Pandan Wangi/Foto Fatmi Sunarya 
Pantai Pandan Wangi/Foto Fatmi Sunarya 

Secara pribadi, saya lebih suka jalan-jalan berkendaraan sepeda motor, lebih fleksibel, bisa berhenti di mana saja dan bisa melewati medan yang sulit dilewati mobil. Kendalanya hanya jika hujan badai di jalan. Tujuh jam pulang pergi, apa tidak capek? Kalau tidak mau capek, lebih baik rebahan di rumah saja. 

Perjalanan yang jauh banyak bisa dinikmati, suasana desa-desa apalagi desa-desa tua dengan rumah kayu yang khas, menikmati kuliner khas daerah yang dilewati, yang lebih penting dalam perjalanan ada kisah yang tak mungkin bisa terulang kembali. Kalaupun diulang, tak akan sama persis. 

Jalan-jalan bukan sekedar liburan, dan tidak perlu juga menghamburkan uang, kita bisa jalan-jalan dengan hemat biaya. 

Dengan mengunjungi wisata alam atau wisata di daerah sendiri atau daerah tetangga untuk memajukan wisata daerah. 

Waktu adalah perjalanan satu arah yang tidak bisa diulang, manfaatkan waktu yang tidak bisa diulang itu dengan yang bermanfaat. 

Selamat berakhir pekan, salam wisata.

Fatmi Sunarya, 18 Maret 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun