Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Beras Payo, Beras Endemik Kerinci yang Tetap Dipertahankan

21 Februari 2022   20:36 Diperbarui: 23 Februari 2022   15:31 3173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto https://kerinciinspirasi.blogspot.com/

Rumah makan beras payo baik di Kerinci maupun di luar Kerinci menjamur karena kepopuleran beras payo. Karena harganya mahal, hanya sebagian saja yang menjadikan beras payo menjadi konsumsi keluarga.

Petani tetap mempertahankan padi payo dengan alasan rasanya yang enak, harga tinggi, dan permintaan pasar juga selalu meningkat. Dan yang lebih penting lagi adalah nilai historisnya, padi payo sudah ditanam secara turun temurun dari nenek moyang berabad yang lalu. Padi payo sudah menjadi beras unggulan Kerinci dari zaman dahulu. 

Foto Mhd Zacky Zaid
Foto Mhd Zacky Zaid

Jadi, petani tidak hanya mempertahankan menanam padi payo tetapi juga mempertahankan tradisi dan ritual. 

Sebab adanya ritual menanam dan memanen yakni adat ritual penghormatan terhadap tangkai padi pertama yang dituai, tangkai padi yang disebut induk padi digendong dan diselimuti seperti bayi dengan melibatkan Depati atau pimpinan adat.

Padi payo yang menghasilkan beras payo pada rawa/lahan basah merupakan hal yang unik dan khas, kita berharap kelestariannya tetap dipertahankan dan tidak punah. 

Ini salah satu kearifan lokal yang wajib dijaga dan diwariskan ke generasi berikutnya. Terkandung nilai budaya lokal dan bukan sekadar tentang padi lokal.

Fatmi Sunarya, 21 Februari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun