Beberapa wilayah di Indonesia mengalami puncak musim hujan di bulan Januari-Februari 2022 ini. Potensi hujan dengan intensitas tinggi disertai dengan frekuensi tinggi perlu diwaspadai akan terjadi banjir. Walaupun daerah tempat kita berdiam bukan di bantaran sungai namun tetap waspada akan curah hujan yang tinggi tersebut. Cuaca yang ekstrim tidak bisa kita prediksi akibatnya.
Hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk mencegah genangan air ataupun banjir di lingkungan kita adalah dengan cara pembuatan lubang biopori. Lubang biopori yang dikenal sebagai LRB (Lubang Resapan Biopori) dan juga ada yang menyebutkan sebagai LCO (Lubang Cerdas Organik) adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal dalam tanah dengan diameter 10-12 cm dan kedalaman 100-200 cm. Dinamakan biopori karena memanfaatkan aktivitas fauna tanah atau akar tanaman (bio) yang membentuk lubang-lubang terowongan kecil (pori) di dalam tanah.
Lubang biopori sebagai resapan air juga bisa dimanfaatkan untuk solusi sampah organik yakni untuk tempat pembuangan sampah organik seperti sampah makanan, potongan sayuran, kulit buah-buahan dan lain sebagainya. Sampah organik yang dimasukan ke dalam biopori akan menjadi kompos dan bisa menjadi media tanam.
Pembuatan lubang biopori tidak membutuhkan banyak biaya, dengan peralatan bor tanah atau linggis dan paralon. Caranya membuat lubang biopori yang bisa kita lakukan di rumah adalah sebagai berikut:
1. Gali tanah dengan menggunakan bor tanah atau linggis dengan kedalaman sekitar 80-100 cm.
2. Jika ingin membuat beberapa lubang biopori, beri jarak antara biopori sekitar 50 cm
3. Siapkan paralon untuk wadah sampah organic dengan paralon berdiameter 4 inci. Paralon dilubangi dengan bor untuk menyerap air dan juga tempat cacing masuk. Bagian bawah paralon ditutup supaya jika ingin mengambil pupuk organik yang sudah jadi, paralon tinggal ditarik. Bagian atas paralon juga ditutup tapi tutupnya dilubangi agar air bisa masuk
4. Paralon yang sudah jadi dimasukkan ke dalam lubang tanah yang sudah kita buat
5. Sampah-sampah organik seperti sisa makanan dimasukkan ke dalam paralon dan tutup paralon
6. Sampah-sampah organik sekitar 3-6 bulan sudah bisa bisa digunakan menjadi pupuk organik
Teknologi Lubang Resapan Biopori (LRB) ini dicetuskan oleh Dr. Kamir Raziudin Brata dari IPB tahun 2007. Berkat teknologi LRB ini, beliau mendapat penghargaan sebagai Inovator Teknologi Lubang Resapan Biopori tahun 2007 dari Walikota Bogor, penghargaan sebagai Motivator Penerapan Teknik Lubang Resapan Biopori di Provinsi DKI Jakarta dari Gubernur DKI Jakarta tahun 2008, penghargaan Satyalancana Karya Satya 30 Tahun dari Presiden RI tahun 2009, penghargaan Inspirasi Indonesia dari Direktur Utama SCTV tahun 2010 serta memperoleh penghargaan Kalpataru tahun 2015. Wah, dari teknologi sederhana ini menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat untuk lingkungan hidup.
Lubang biopori ini bisa kita buat di sekitar rumah kita, dengan empat manfaat pokok yakni :
1. Mencegah banjir, semakin banyak lubang biopori maka air meresap cepat ke dalam tanah dan bisa mencegah genangan air maupun banjir. Karena semakin hari daerah resapan air semakin berkurang karena bangunan beton
2. Mengurangi sampah organik yang menjadi masalah bagi lingkungan
3. Sampah organik 3-6 bulan akan diurai oleh cacing yang masuk ke dalam biopori, sampah organik menjadi pupuk organik
4. Cacing bisa membuat ruang lebih besar di sekitar biopori, sehingga tanah yang mempunyai biopori bisa menyimpan cadangan air
Lubang biopori ini juga aman untuk lingkungan karena ditutup dengan baik dan juga bisa ditempatkan di mana saja di sekitar lingkungan kita. Manfaat lubang biopori ini sangat terasa jika musim hujan karena mempercepat resapan air dan menyimpan cadangan air dalam tanah.
Dengan cara yang sederhana ini kita telah bertanggung jawab terhadap lingkungan, mencegah banjir juga mengurangi sampah organik. Mari kita coba mengaplikasikannya di lingkungan masing-masing.Â
Little things mean a lot, salam lestari.
Sumber 1
Fatmi Sunarya, 05 Februari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H