Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Ada Cinta Segitiga dalam Lamang Golek dan Menikmati Durian di Sako

3 Februari 2022   20:22 Diperbarui: 6 Februari 2022   14:57 2167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika musim durian di kabupaten tetangga tiba, dari segala arah baunya berhembus kencang sampai ke hidung dan menarik-narik kaki segera berburu durian. Begitulah, saya segera berkunjung ke Sako (Pesisir Selatan). 

Bagian barat Kabupaten Kerinci (Provinsi Jambi) memang berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan (Provinsi Sumatera Barat) dan daerah Sako (Pesisir Selatan) ini persis berada di perbatasan. Sako terkenal dengan durian dan penganan yang khas yakni lamang golek. 

Daerah Perbatasan Kerinci dengan Muara Sako/Foto Fatmi Sunarya
Daerah Perbatasan Kerinci dengan Muara Sako/Foto Fatmi Sunarya

Walaupun jaraknya lumayan jauh sekitar 40 km dari Kota Sungai Penuh, dengan waktu tempuh kira-kira 1 jam 15 menit berkendaraan sepeda motor. Akses jalan cukup bagus karena jalan antar provinsi, hanya di daerah puncak sering terjadi longsor bila hujan lebat berhari-hari. 

Daerah Perbatasan Kerinci dengan Muara Sako/Foto Fatmi Sunarya
Daerah Perbatasan Kerinci dengan Muara Sako/Foto Fatmi Sunarya

Di sepanjang jalan Sako sampai ke Tapan, terdapat sungai yang dijadikan obyek wisata pemandian dan tentu saja kebun durian. Jika musim durian, durian dijajakan sepanjang jalan oleh pemilik kebun durian maupun pedagang pengumpul durian. 

Harganya bervariasi tergantung ukuran durian, ukuran durian yang besar biasanya antara Rp. 25.000-Rp. 30.000. Untuk ukuran yang kecil berkisar antara Rp. 10.000 - Rp. 20.000. Cita rasanya, tidak bisa lupa tiga hari tiga malam, lezat dan maknyus.

Durian Sako| Foto Fatmi Sunarya
Durian Sako| Foto Fatmi Sunarya

Dari dulu, durian menjadi komoditi andalan daerah Sako, Tapan khususnya dan Pesisir Selatan pada umumnya. Jika musim panen, durian biasanya banyak dijual keluar dari Pesisir Selatan dan salah satunya dijual ke Kerinci. 

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya

Selain durian yang menjadi primadona, ada penganan dan menjadi ciri khas daerah Sako yakni lamang golek. Penganan khas ini juga menjadi buruan jika berkunjung ke Sako sebagai oleh-oleh. 

Lamang golek ini terbuat dari ketan, gula dan kelapa. Lamang Golek ini ibarat cinta segita antara ketan, gula, dan kelapa. Dalam balutan ketan ada gula kelapa di dalamnya.

Bagaimana cara membuat lamang golek? 

Caranya mudah dan sangat sederhana, bahan-bahannya adalah beras ketan merah/putih, santan kental, garam dan daun pandan. Sedangkan bahan untuk luwo/unti adalah gula merah, kelapa parut, air, garam, dan daun pandan. 

Cara membuatnya cuci beras ketan dan rendam selama 2 jam dan tiriskan. Setelah itu masak santan kental, garam dan daun pandan sampai mendidih dan masukan beras ketan tadi sampai santan meresap. 

Baru pindahkan ketan dalam kukusan, kukus sampai ketan matang. Kemudian membuat untuk isian atau luwo/unti yakni masak gula merah, kelapa parut, air, garam, dan daun pandan hingga kering.

Setelah semua siap baru bungkus dengan menggunakan daun pisang yang diolesi dengan minyak goreng. Ambil sedikit ketan beri isian luwo/unti, gulung, dan padatkan serta sematkan lidi di ujung kiri dan kanan. 

Nah jadilah lamang golek. Terakhir, lamang golek di bakar di atas teflon atau bisa juga di kuali dengan diolesi minyak goreng dengan dibolak balik. Lamang golek ini agak mirip dengan lemper, hanya lemper isiannya daging ayam yang dicincang beserta bumbu. 

Sumber foto susilosaputra.com
Sumber foto susilosaputra.com

Berapa harga lamang goleng di Sako ini? Harganya cukup terjangkau, Rp. 2.000,- saja. Di sepanjang jalan sako, lamang golek banyak dijual di warung makan atau ada yang khusus hanya menjual lamang golek.

Nama lamang golek agak unik ya, lamang memang penganan dari ketan. Sedangkan golek dalam bahasa minang adalah berbaring. Boleh dikatakan lamang golek, lamang yang dihidangkan dalam bentuk berbaring. 

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya

Benar kata orang tua dulu, banyak berjalan maka banyak yang dilihat dan banyak pula pengalaman. Semakin banyak tempat yang kita kunjungi semakin banyak hal baru yang kita dapatkan.

Berwisata bukan sekadar berfoto selfie, tapi manfaat dari perjalanan yang kita tempuh itu bisa dibagi pada banyak orang lain. Paling tidak berguna buat diri sendiri untuk mengisi diri dengan pengalaman. Siapa tahu bisa meningkatkan kemampuan, keterampilan dan menambah pengetahuan. 

Mari berwisata di pelosok negeri dan menikmati kuliner tradisionalnya.

Salam wisata dan selamat berburu kuliner tradisional.

Fatmi Sunarya, 03 Februari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun