Tarian Kerinci yang berasal dari tarian purba dan masih bertahan hingga kini diantaranya tari marcok, tari tauh, tari iyo-iyo, tari ngagah harimau, tari tolak bala, dan tari asyek.
Dalam tari tauh yang dilakukan dalam upacara adat Kenduri Sko di desa Lolo Hilir, para penari yang berasal dari penonton dan merupakan tarian masal, penari akan kesurupan roh nenek moyang dan untuk menyadarkannya orang pandai membakar kemenyan dan diberi minum serta dipercikan dengan aik talaseh (air yang diberi bunga).
Begitu juga dalam upacara adat Kenduri Sko yakni menurunkan benda-benda pusaka, membersihkan benda-benda pusaka dan kemudian memperlihatkannya kepada masyakarat yang hadir.
 Dalam upacara adat Kenduri Sko yang memperlihatkan benda-benda pusaka ini umumnya banyak yang kesurupan dan kemenyan yang dibakar diyakini bisa mengembalikan kesadaran orang yang kesurupan. Tentu saja dengan peran orang pandai. Seperti pada video berikut ini.Â
Di Kerinci, pohon kemenyan hidup di hutan adat yang masih dijaga oleh masyarakat adat. Seperti di kawasan hutan adat Tigo Luhah Permenti Yang Berenam di Pungut Mudik. Dalam hutan adat ini tumbuh pohon kemenyan, meranti, medang hijau, medang kuning dan kayu sigi. Pohon kemenyan juga tumbuh di hutan-hutan adat lainnya di setiap wilayah Kerinci.
Namun dalam beberapa penelitian ditemukan bahaya menghirup asap kemenyan, disebutkan hal ini lebih bahaya dari asap rokok karena ada bahan beracun yang berbahaya pada asap kemenyan, seperti benzene, carbonyl, dan polyaromatic hydrocarbon . Juga berdampak pada kesehatan pernafasan dan paru-paru.
Kemenyan dan kesenian tradisional Kerinci yang bersifat mistis tidak bisa dipisahkan. Kesenian tradisional Kerinci secara turun temurun merupakan warisan budaya masa lampau harus dipertahankan. Walaupun ada beberapa tarian pemujaan yang bertentangan dengan ajaran Islam, namun tetap dilestarikan sebagai tradisi dan warisan budaya dalam upacara adat maupun pertunjukan.
Fatmi Sunarya, 29 Desember 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H