Salah satu yang disinyalir membuat populasi maleo semakin sedikit di alam karena telurnya dimakan hewan predator atau diambil oleh tangan jahil manusia. Perburuan telur burung maleo oleh manusia dilatarbelakangi oleh adanya mitos bahwa telur burung maleo bisa menjadi obat kuat dan lainnya.Â
Belum selesai disitu. Jika telur maleo aman sampai menetas, si anak harus berdikari sendiri untuk hidup atau mencari induknya. Apakah anak burung maleo akan bertemu dengan induknya setelah menetas? Belum ada yang dapat memastikan hal itu.Â
Selama masa anakan ini, hidup burung maleo juga rentan dari hewan predator. Menurut Marahalim Siagian, aktivis lingkungan konservasi di Birdlife Indonesia, 'feeding area' atau daerah mencari makan burung maleo dengan 'nesting area' daerah bertelurnya terpisah.Â
Dalam pengamatannya di  Cagar Alam Panua, disebutkan, ancaman burung maleo selain perburuan telur oleh manusia serta hewan predator (ular, biawak, elang).Â
Segera setelah menetas, anakan burung maleo harus berjuang untuk hidup mulai dari tepi pantai, melewati hutan bakau yang banyak hewan predatornya, hingga menyeberangi jalan trans Sulawesi yang padat kendaraan agar dapat menjangkau hutan tempatnya hidup dan mencari makan serta berkembang biak kelak, jika selamat. Â
Saat ini, jumlah burung maleo di alam diperkirakan hanya 8.000-1.400 ekor di seluruh dunia dan dengan ancaman yang terus berlanjut, bisa jadi, anak cucu kita tidak pernah melihat salah satu penghuni bumi ciptaan Tuhan ini.Â
Harapan untuk Burung Maleo
Dengan peringatan hari burung Maleo sedunia hari ini, diharapkan kepedulian masyarakat luas meningkat. Dengan meningkatkan kepedulian manusia atas keselamatan burung super langka ini, Â akan mencegahnya dari jurang kepunahan.Â