Kemudian pada tahun 1923 seorang zoologiest bernama Van Heerwarden yang menuliskan jika bertemu dengan makhluk yang memiliki bulu di badannya dan berwajah agak lebih tua dengan ukuran tubuh kecil. Menurutnya, mereka bukan siamang dan bukan jenis primata lainnya. Mereka dengan cepat menghindar dan ketika dilakukan penelitian lebih lanjut tidak menemukan hasil.Â
Ada juga yang berpendapat bahwa uhang pandak ini merupakan sisa-sisa Homo Floresiensis yang masih bertahan hidup. Homo Floresiensis berdasarkan fosil spesies manusia kerdil yang ditemukan di Flores beberapa tahun laluyang  ciri-cirinya mirip dengan uhang pandak ini.
Debbie dengan project orang pendeknya juga tidak berhasil, walau sudah mengumpulkan data-data lokasi keberadaan uhang pandak sering ditemukan. Bahkan dengan memasang camera trap (kamera jebakan yang dipasang di hutan). Boleh dikatakan uhang pandak sangat sulit dilacak dengan kemampuan manusia, teknologi maupun secara ilmiah.
Benar atau tidak, kisah misteri uhang pandak ini seperti juga kisah misteri dibelahan dunia seperti Yeti (manusia salju) di Himalaya dan Loch Ness di Inggris Raya. Misteri uhang pandak yang gaib ini masih tetap menjadi misteri selama 800 tahun ini dimulai dari kurun saat Marco Polo tahun 1292 ke Sumatera.Â
Sampai saat ini uhang pandak atau orang pendek ini tetap menjadi legenda bagi orang Kerinci. Â Apakah keberadaannya ada atau tidak tetap menjadi misteri.
Sumber 1
Fatmi Sunarya, 01 November 2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI