Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tari Ngagah Harimau, Kearifan Budaya Lokal Menghormati Harimau

16 Agustus 2021   11:31 Diperbarui: 16 Agustus 2021   11:36 2170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto https://www.jambiupdate.co/

Tari Ngagah Harimau diciptakan dan dibuat koreografi oleh Bapak Harun Pasir. Bapak Harun Pasir yang lahir di Pulau Tengah dan saat ini berusia 80 tahun merupakan seniman alam. Gerakan tarian Ngagah Harimau merupakan tiruan dari gerak harimau yakni gerak menyerang, gerak menyeru, gerak jatuh, gerak selamat datang dan gerak sumpah.  

Bapak Harun Pasir berusaha mempertahankan, mengangkat, serta mengembangkan seni dan budaya Kerinci yang lama hilang. Usaha yang tak pernah menyerah, hingga dirinya menyebut sebagai suara parau manusia kerdil dari pinggiran danau kerinci.

Usahanya tidak sia-sia dan tari Ngagah Harimau ini mulai bergaung setelah menyabet juara 2 pada Anugerah Pesona Indonesia dalam aktraksi budaya terpopuler pada tahun 2017. Agar budaya ini tetap berkelanjutan beliau mendirikan Sanggar Seni Telaga Biru dengan tujuan anak-anak muda melanjutkan tradisi budaya ini.

Tari Ngagah Harimau saat ini jika dipertunjukkan sifatnya melestarikan tarian dan budaya, dengan menggunakan simbol harimau. Dengan kata lain, jika dahulu dilakukan karena menghormati harimau yang mati maka kini jika dipertunjukkan hanya untuk pelestarian budaya. 

Tari Ngagah Harimau ini merupakan kearifan budaya lokal masyarakat khususnya desa Pulau Tengah menghormati harimau sebagai makhluk perwujudan dari nenek moyang. Tentu saja ini semata-mata merupakan warisan tradisi dari nenek moyang kita yang pada zaman itu menganut kepercayaan animisme, dinamisme, totemisme. 

Seperti juga harapan dari Bapak Harun Pasir, selayaknya kita tetap melestarikan budaya asli Indonesia karena budaya adalah identitas bangsa.  Salah satu cara melestarikan dan menghargai budaya kita adalah dengan mempelajarinya, memperkenalkannya dan mempertahankannya. Semoga budaya Indonesia tetap lestari di tengah era globalisasi ini. Salam budaya, salam lestari.

Sumber video dari National Geographic Magazine Indonesia

FS, 16 Agustus 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun