Menul sedikit kecewa dan berpikir apa sebab orang kaya tidak berkurban. Menul beranjak pergi dan menyusuri rumah kumuh di pelataran rel kereta api.
Dan Menul bertemu mbok Siti, penjual kue keliling yang sering memberinya kue.
"Nul, ayo mampir di rumah," sapa mbok Siti.
"Tahun ini, mbok Siti ikut berkurban. Nah, ini kupon buatmu dan ibu," mbok Siti menyodorkan dua kupon.
Menul melompat riang dan berlari pulang. Setelah mengucapkan terima kasih berkali-kali.
Takbir berkumandang, Menul selesai salat Iduladha dan sabar menunggu hewan kurban disembelih, dan nanti dibagikan.
Menul menyodorkan dua buah kupon dengan wajah sumringah dan mendapatkan dua onggok kecil daging. Menul segera berlari pulang.
"Bu, ini daging kurban buat ibu," katanya terengah.
Menul membantu sang ibu memasak rendang dan tak sabar menunggu matang.
Menul menyantap dengan nikmat, rasa rendang masih sama seperti dua tahun yang lalu. Menul teringat mbok Siti. Mbok Siti pasti bekerja keras mengumpulkan uang untuk ikut berkurban. Sementara, orang kaya malah tidak "berkurban".
Menul, harus bersabar menunggu menyantap masakan daging selanjutnya. Mungkinkah tahun depan ada yang berkurban?
FS, 19 Juli 2021