Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

[Esai Foto] Saat Terpapar Covid 19 dan Menjalani Isolasi

21 Juli 2021   15:08 Diperbarui: 21 Juli 2021   19:50 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sesungguhnya jiwa kepedulian lahir, jika seseorang memiliki kepekaan atas penderitaan orang lain."

Badai belum berlalu, masa pandemi masih bercokol di negeri kita ini. Setiap hari banyak yang terpapar Covid 19, ada yang sembuh dan sehat kembali. Namun yang mempunyai penyakit bawaan sering berujung pada kematian. Kebiasaan buruk kita adalah sering mengabaikan atau meremehkan hal-hal yang belum pernah dialami.

Contohnya ketika kita belum terpapar Covid 19, kita merasa sangat sehat dan cenderung mengabaikan protokol kesehatan. Pada orang yang terpapar Covid 19 kita mungkin kurang peduli. Empat hari atau tujuh hari juga sembuh, begitu dugaan kita. Sehingga kita tidak begitu peduli, mengabaikan, meremehkan dan cenderung jauh dari kehati-hatian.

Karena kita tidak mengalami, yang terpapar Covid 19 juga silih berganti. Sepertinya sudah biasa saja. Sesungguhnya, orang  terpapar Covid 19 menyimpan rasa cemas, ketakutan, pesimis, apakah sembuh atau tidak. Bahaya atau dampak Covid-19 bagi yang terpapar sungguh menakutkan, taruhannya kematian. 

Semua orang bisa terpapar Covid 19, seperti ibu hamil berikut, yang mengkuatirkan bayi dalam kandungannya, berharap cepat sembuh dan keluar dari isolasi/perawatan. 

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya

Dalam artikel ini, saya yang pernah terpapar Covid 19 pada Januari 2021 lalu, bukan bermaksud mengeksploitasi penderitaan tapi berharap kepedulian kita pada mereka yang terpapar Covid 19. Bahwa begitu kecemasan, ketakutan dalam hari-hari yang mereka jalani, termasuk saya saat itu. Kita harus memberi semangat dan mendoakan jika ada orangtua, saudara, kerabat, sahabat kita yang sedang menjalani perawatan ataupun isolasi.


Dalam masa isolasi selama sembilan hari yang saya jalani, kalau biasanya kita sakit dan dirawat di rumah sakit ada keluarga yang menemani. Tapi di rumah sakit khusus untuk yang terpapar Covid 19 dengan gejala ringan ini, kita benar-benar sendiri. Kami ditempatkan sendiri dalam satu kamar, tapi ada juga yang berdua, bertiga, berempat dalam satu kamar. Tergantung kesediaan kamar. Kebetulan saya dapat kamar sendiri.

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya

Petugas memberikan makanan dan obat dalam satu paket, tiga kali sehari dan meletakkannya di luar kamar dan kita masing-masing mengambilnya. Rumah sakit melayani sangat baik, disamping makanan sehat dan obat-obatan juga cuci pakaian tidak diperbolehkan di luar rumah sakit, disediakan laundry di rumah sakit.

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya

Kegiatan pagi adalah setelah sarapan pagi, olahraga pagi dengan mengikuti senam pagi, pemeriksaan kesehatan, ini dimulai dari jam 07.30 wib-09.30 wib. Selanjutnya kembali ke kamar masing-masing. Sore jam 16.00-17.30 wib kembali olahraga dan pemeriksaan kesehatan, kemudian kembali ke kamar. Begitulah rutinitas yang kami ikuti. 

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya

Ketika keluar kamar untuk berolahraga dan pemeriksaan kesehatan, saya suka memotret objek di sekitar rumah sakit. Seperti memotret bunga-bunga liar dan pemandangan sekitarnya. Dan juga melihat anak-anak bermain layang-layang di lapangan depan rumah sakit.

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya


Kecemasan dan ketakutan bukan hanya dirasakan oleh para pasien, tapi juga perawat, tenaga kebersihan, semua yang bekerja di rumah sakit. Menurut direktur rumah sakit, beberapa tenaga kebersihan menyerah dan memilih mengundurkan diri. Kenapa? Karena takut terpapar Covid 19 dan tidak tahan memakai baju hazmat tiap hari. 

Tenaga Kesehatan/Foto Fatmi Sunarya
Tenaga Kesehatan/Foto Fatmi Sunarya

Petugas Kebersihan/Foto Fatmi Sunarya
Petugas Kebersihan/Foto Fatmi Sunarya

Walaupun dalam masa isolasi ini, kegembiraan dan semangat sangat mempengaruhi kesembuhan. Seperti gadis-gadis yang hobby tik tok ini. Mereka hanya seminggu dirawat dan dibolehkan pulang setelah hasil swab negatif. Faktor kegembiraan juga penting lho. Kami yang dirawat dan dalam masa isolasi, berusaha bergembira tiap hari serta saling memberi semangat. Setiap usai olahraga pagi, kami selalu degdegan menunggu pengumuman siapa yang akan mendapat jadwal swab ulang dan jika hasil swab ulang negatif maka diperbolehkan pulang.

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya
Sepatu-sepatu ini lelah, seperti kita juga lelah. Namun kita jangan menyerah. Semoga pandemi ini cepat berlalu dan kehidupan kita kembali normal seperti dulu. Tetap peduli pada mereka yang sedang menjalani perawatan maupun isolasi. Tetap semangat bagi yang masih dalam masa perawatan dan isolasi. Untuk kita semua, tetap mematuhi protokol kesehatan dan tetap jaga kesehatan.

FS, Juli 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun