Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Uniknya Tradisi Wisuda Adat Bagi Sarjana di Lempur, Kerinci

16 Juli 2021   08:24 Diperbarui: 16 Juli 2021   13:04 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto Goentoer Meydan/dokpri

"Pendidikan adalah bekal terbaik untuk perjalanan hidup." Aristoteles

Pendidikan sangat penting  dalam kehidupan, dengan adanya pendidikan membantu seseorang memiliki kecerdasan, dapat mengembangkan potensi, membentuk watak/kepribadian yang baik untuk menjadi seseorang yang bermartabat. Selain itu, pendidikan juga dapat menciptakan generasi bangsa yang lebih unggul.

Di daerah Lempur, Kec. Gunung Raya, Kab. Kerinci mempunyai tradisi untuk memotivasi anak negeri menggapai pendidikan yang lebih tinggi. Ada yang unik di daerah Lempur ini yaitu setiap 2 Syawal diadakan wisuda adat bagi sarjana yang merupakan anak negeri. Tradisi wisuda secara adat ini sudah dimulai sejak tahun 1960.  Karena zaman dulu sangat jarang anak negeri yang berpendidikan tinggi, dengan kata lain sangat langka mendapati gelar sarjana. Kalaupun ada hanya satu atau dua orang. 

Tradisi ini oleh masyarakat Lempur dirayakan dengan memberi gelar dan mengukuhkan secara adat putra-putri Lempur yang sudah menjadi sarjana. Untuk tahun 2021 ini juga telah diadakan pengukuhan gelar adat untuk para sarjana anak negeri Lempur yang ke-61, berjumlah 49 orang. Acara ini digelar di Gedung Gelora Masa, Lempur Tengah. 


Sampai saat ini sudah ada sekitar 1.500 sarjana yang sudah dikukuhkan dengan gelar adat. Acara yang bernama Hari Pelajar Pemuda dan Sarjana Lempur (HPPSL) ini digagas oleh Alm. Ir.H. Rifai Sa'ad, M.Sc  yang merupakan sarjana pertama di Kerinci. Lempur sendiri menyimpan dua putera terbaik yakni Ir.H.Rifa'i Saad,M.Sc, lulusan Pertanian Universitas Indonesia pada tahun 1958 dan pernah menjabat Atase Indonesia di Thailand. Putera terbaik kedua adalah H.Ramli Thaha,SH,MH, lulusan Universitas Indonesia pada tahun 1960, pernah menjabat sebagai Sekjen Kementerian Sosial. Ramli Thaha merupakan penggagas Program Seribu Masjid. 

Bagaimana prosesi acara wisuda adat untuk sarjana di Lempur ini? Prosesinya mirip dengan acara wisuda umumnya. Dimulai dengan para pemangku adat,  peserta wisuda dan orang tua mengikuti pawai berkeliling desa, kemudian berkumpul di gedung Gelora Masa. Acara selanjutnya pembacaan nama-nama wisudawan serta memberikan gelar secara adat oleh Depati Nan Sepuluh. 

Uniknya gelar adat ini sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditempuh wisudawan. Untuk Sarjana Strata Satu diberi gelar Cendikionegaro, lalu Magister Strata Dua diberi gelar Cendikionegaro Pertamo dan untuk Strata Tiga diberi gelar Cendikionegaro Utama. 

Pemberian gelar oleh adat, Sumber foto Ardi Lempow/dokpri
Pemberian gelar oleh adat, Sumber foto Ardi Lempow/dokpri

Setelah pemberian gelar adat tersebut kemudian masing-masing wisudawan menyerahan ijazah kepada orang tua sebagai wujud rasa terima kasih kepada orang tua yang telah berjasa mendukung mereka sampai menjadi sarjana. Wisudawan dalam acara ini juga mengenakan pakaian toga dari perguruan tinggi masing-masing. Tak lupa para wisudawan mendapat piagam penghargaan yang ditandatangan oleh Depati Nan Sepuluh sebagai pemangku adat daerah Lempur. 

Selesainya prosesi wisuda adat ini dilanjutkan dengan syukuran para wisudawan dirumah masing-masing dengan mengundang Depati Nan Sepuluh dan masyarakat sekitarnya. Acara syukuran ini dengan waktu yang berbeda, ada acaranya siang, malam, atau esok harinya.

Acara wisuda adat ini semata-mata perwujudan kebanggaan negeri terhadap anak negeri yang telah berhasil meraih gelar di perguruan tinggi dan menjadi kebanggaan bagi diri, keluarga. Juga merupakan motivasi bagi anak negeri untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Orang tua mana yang tidak bangga jika anaknya diwisuda berkali-kali oleh adat.

Penyelenggaraan wisuda adat tahun 2021 ini yang ke-61 menjadi bukti bahwa apresiasi negeri pada anak negeri tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk karena hujan, tahun demi tahun terus memproduksi sarjana. Tentu saja negeri juga berharap ada kontribusi pemikiran dari anak negeri yang telah menempuh pendidikan tinggi ini, untuk membangun negeri lebih maju lagi. 

Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah. Semoga kita bisa bermanfaat bagi orang lain. Salam pendidikan untuk Indonesia yang lebih maju.

Fatmi Sunarya, 16 Juli 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun