"Ketenangan yang terlatih berhasil membungkus rasa gelisah, cemas, dan takut dengan baik. Teramat baik".
Rasa cemas adalah hal yang manusiawi dan kita pasti mengalaminya. Cemas akan hal-hal yang akan terjadi, mungkin terjadi dan tentu saja cemas akan masa yang telah lalu. Saya termasuk yang sering bersentuhan dengan hal-hal "menyentuh" bahaya.Â
Saya suka menjelajah alam. Untuk menuju ke suatu tempat yang ingin saya kunjungi kadang sangatlah tidak mudah, Â ada risiko-risiko yang harus dihadapi. Ibu saya sering mengeluh, "nganta nyawo" begitu yang sering ibu saya katakan. Dalam bahasa Kerinci "nganta nyawo" artinya mengantar nyawa dengan kata lain cari mati saja dengan menjelajah alam kesana kemari he he he.
Apakah saya memiliki rasa cemas? Tentu saja iya. Sesungguhnya rasa takut dan cemas beda tipis. Cemas akan bahaya, tiba-tiba cedera di jalan atau sakit. Terakhir ketika mendaki gunung saya mengalami  Hipotermia, tubuh saya menggigil. Saya mengalami rasa cemas yang luar biasa. Efeknya tentu saja detak jantung juga menjadi tidak teratur.Â
Saya mengkonsumsi obat demam, minum air hangat dan berdiang di api unggun. Â Menenangkan diri hingga menunggu badan agak mendingan dan segera turun. Sejak itu saya memutuskan istirahat tidak mendaki gunung lagi. Apakah karena cemas? Bukan, kondisi kesehatan tentu menjadi pertimbangan.
Begitu juga dalam beberapa perjalanan, beberapa kali tersesat, digempur hujan hingga menghadapi medan yang sulit. Seperti menuju sebuah air terjun, medannya sangat sulit.Â
Hanya berpegangan di akar-akar pohon berjalan di pinggir jurang dan jalannya licin. Kalau pegangan lepas bisa meluncur bebas ke jurang. Tentu saja rasa cemas dan ketakutan muncul tiap menghadapi medan yang berat.
Bagaimana saya mengatasi rasa cemas dan ketakutan ketika nyerempet bahaya? Â Menurut saya yang pertama adalah ikhlas dan tawakal atau berserah diri pada Tuhan. Jika kita ikhlas dan tawakal semua akan terasa ringan.Â
Karena kita tidak tahu kapan, dimana kita akan dipanggil Tuhan dan juga tidak dapat menolak jika panggilan itu datang. Saya selalu berkata, saya ikhlas jika Tuhan memanggil saya hari ini. Â Dengan berserah diri pada Tuhan, perasaan dan pikiran ringan melangkah.
Kedua adalah berpikir positif. Â Berpikir dan berusaha keras bahwa kita akan baik-baik saja. Â Salah satu cara bertahan hidup di alam adalah berusaha bertahan dan berjuang .Â
Alam tidak untuk dilawan, tapi alam hendaknya dirangkul. Tetap berpikiran positif, tenang dan tentu saja berhati-hati dalam kondisi apapun bisa menghilangkan cemas dan ketakutan.
Kemudian ketiga bisa dengan menarik nafas perlahan, seperti meditasi. Meditasi bisa merelaksasi pikiran dan menjaga konsentrasi. Dengan meditasi kita bisa mengatur nafas teratur dan detak jantung juga normal dan tentu saja bisa menghilangkan rasa cemas.
Kecemasan dan ketakutan sesungguhnya seperti bayangan, selalu ada di dekat kita. Tergantung kita dalam menghadapinya. Â Apakah kecemasan dan ketakutan akan menelan kita atau kita yang akan "menelan" atau memusnahkan kecemasan dan ketakutan. Semua itu tergantung pada pikiran dan perasaan, jika kita berpikir positif dan melapangkan hati niscaya kecemasan dan ketakutan akan jauh dari kita.
Tetap berjuang dalam kondisi apapun, walau kadang cemas selalu menghampiri. Hadapi, tenangkan diri dan lawan. Â Tetap semangat sahabat semuanya, Â ketenangan yang terlatih akan membungkus semua rasa cemas, gelisah dan takut, seperti quote awal artikel ini. Stay safe stay healthy!
FS, 13 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H