Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pendaki Gunung Rentan akan Penurunan Fungsi Jantung

20 Juni 2021   19:37 Diperbarui: 20 Juni 2021   19:50 2031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Naik, naik ke puncak gunung
Tinggi, tinggi sekali
Kiri, kanan, kulihat saja
Banyak pohon cemara

Siapa yang hobby mendaki gunung atau hiking? Mendaki gunung jika sudah hobby sangatlah menyenangkan. Walaupun banyak yang bilang, bikin capek badan saja. 

Perjuangan mendaki dan mencapai puncak itu rasanya sangat luar biasa. Kala sampai ke puncak rasa lelah terbayar dan langsung hilang. Mendaki gunung atau hiking juga termasuk olahraga lho.

Foto dokpri
Foto dokpri
Saya pertama kali mendaki gunung ketika masih muda belia penuh pesona. Saat itu belum pernah sekalipun mendaki dan langsung menjajal Gunung Kerinci dengan ketinggian 3.805 mdpl. Apa bisa?

Foto dokpri
Foto dokpri
Bermula rencana tahun baru di Gunung Kerinci. Satu kantor dibujuk-bujuk supaya semua ikut mendaki. Pokoknya yang perempuan ditunggui, dipandu kalau perlu digendong, harus bisa sampai puncak. 

Begitulah, dengan dipandu para senior diantaranya mas Handiman Rico, mas Khusnul Zaini berangkatlah satu rombongan kantor. Pertama kali mendaki gunung dan capeknya tidak ketulungan. Untunglah perjalanan lancar dan tanpa kendala.

Foto dokpri
Foto dokpri


Selanjutnya, saya beberapa kali mendaki Danau Gunung Tujuh dengan ketinggian puncak 2.000 mdpl. Pendakian terakhir tahun 2017, saya mulai merasa agak kurang fit dalam mendaki. Mulai mudah menggigil jika udara dingin di puncak, dan tentu saja gampang sesak nafas. 

Beberapa masalah kesehatan yang muncul ketika mendaki gunung adalah hipotermia dan juga acute mountain sickness (AMS) yang disebabkan olah penurunan kadar oksigen dan tekanan udara saat mendaki ke tempat yang lebih tinggi.

Saya jadi tidak berani hiking lagi. Karena beberapa literasi yang saya baca, risiko mendaki gunung juga berbahaya. Pada ketinggian akan mengurangi jumlah darah yang dipompa jantung ke seluruh tubuh setiap detak. 

Pendaki gunung rentan akan penurunan fungsi jantung. Pada saat kita mendaki akan terasa kekurangan oksigen dan mengalami peningkatan tekanan udara di paru-paru. Sistem aliran darah menjadi tidak lancar menyebabkan fungsi jantung terhambat. 

Pada ketinggian lebih dari 3.000 mdpl jumlah oksigen yang lebih rendah di udara dan menyebabkan penurunan volume darah yang beredar di sekitar tubuh. 

Setiap olahraga berat mempunyai manfaat dan juga risiko. Tak terkecuali olahraga hiking ini. Perlu persiapan fisik dan stamina yang fit untuk mendaki. Jika sudah terbiasa dan terlatih dalam mendaki, malah sangat bagus untuk kesehatan jantung. Kerja jantung meningkat karena aktivitas berat yakni mendaki yang kita lakukan. 

Namun tetap berhati-hati, olahraga berat selalu ada risiko. Semakin sering berlatih dan rajin berolahraga ringan seperti jogging maka jantung akan terbiasa. Kenali tubuh kita sendiri, apakah stamina kita cukup fit untuk melakukan olahraga berat. Jangan dipaksa jika kita kurang fit dan lebih baik beristirahat untuk mengembalikan stamina tubuh. Semoga bermanfaat, salam lestari. 

FS, 20 Juni 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun