Penyair itu sudah mati
Tak ada pagi menyeruput kopi
Menyendiri membingkai puisi
Bertelanjang kaki berlari di bumi
Penyair itu sudah mati
Aksara menangisi
Tak ada yang memunguti
Merangkum menjadi kata indah bertali-tali
Penyair itu sudah mati
Tak ada yang peduli
Hanya terdengar puisi dibacakan sekali-kali
Menggema di lorong sepi
Penyair itu sudah mati
Tak setitikpun air mata menangisi
Hanya tertinggal nama tertulis di pojok kiri
Pada berserakan ribuan puisi
FS, April 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H