Saya bergabung menulis di Kompasiana pada Agustus 2019, benar-benar tidak ada yang mengajak, juga tidak punya teman yang sudah lebih dulu menulis di Kompasiana. Saya benar-benar sendiri, bingung sendiri.
Waktu itu, pokoknya sudah post tulisan, senangnya bukan main. Karena terpampang nyata. Entah ada yang baca entah engga, tidak peduli. Tentang artikel yang diberi label pilihan dan artikel utama juga saya tidak mengerti. Beberapa bulan kemudian baru tahu.
Komentar pertama saya dapatkan dari Pak Tjiptadinata pada puisi  Pulang, puisi tersebut bisa dibaca disini. Wah senangnya bukan main, sampai saya post di Facebook, seperti pada tangkapan layar di bawah ini. Karena saya tahu, Pak Tjipta senior di Kompasiana dari data statistik Pak Tjipta.
Sampai saat ini, Pak Tjipta tetap rajin berkomentar di artikel saya. Padahal saya sangat jarang berkomentar di artikel Pak Tjipta, maafkan saya ya pak. Disamping itu, pada zaman dulu Pak Tjipta juga pernah ke kota Sungai Penuh tempat kelahiran saya, saat Pak Tjipta masih tinggal dan berbisnis di kota Padang (Sumatera Barat). Sepertinya ada ikatan emosional orang Sumatra.
Sebelum Pak Tjipta punya rencana pembuatan buku "150 Kompasianer Menulis" ini, saya sudah memberikan puisi untuk Pak Tjipta dan ibu Roselina berjudul Berdua. Saat itu Ibu Roselina berulang tahun di tanggal 18 Juli. Puisinya bisa dibaca disini. Kenapa saya tiba-tiba ingin menulis puisi 'Berdua" karena saya selalu baca dari tulisan Pak Tjipta maupun Ibu Roselina, bahwa mereka berdua sudah senyawa, saling mengasihi, mencintai. So sweet bukan?
Hari ini, Senin 01 Maret 2021, saya menerima kiriman buku "150 Kompasianer Menulis Tjiiptadinata Effendi". Sebelumnya sahabat kompasianer yang bertempat tinggal di Pulau Jawa sudah lebih dulu menerima buku ini. Dan mereka menggoda saya he he.
Bisa dimaklumi karena saya bertempat tinggal di Sumatera, berada di kota paling ujung barat dari propinsi Jambi. Transportasi udara dimasa pandemi baru dibuka rutenya dan tidak tiap hari.
Dalam buku ini, berisi apresiasi dari Kompasianer kepada Pak Tjipta dan Ibu Roselina, atas dedikasinya dalam menulis di Kompasiana. Juga berisi kecintaan, kekaguman serta kebaikan yang telah diberikan. Budi baik selalu dikenang.
Pasangan Pak Tjipta dan Ibu Roselina sangat menginpirasi di Kompasiana. Alangkah bahagia jika kita mempunyai pasangan dengan hobby yang sama yaitu menulis. Manusia tidak ada yang sempurna, tapi pak Tjipta dan Ibu Roselina berusaha menebar kebaikan kepada sesama. Ketika kita pergi untuk selama-lamanya, yang kita tinggalkan hanya kebaikan yang diingat sepanjang masa. Seperti pak Tjipta dan Ibu Roselina.....