Benarkah saya hanya gemar menulis tapi malas membaca? Wah, saya dari kecil tidur dengan buku. Buku-buku yang ada diperpustakaan sekolah dasar, saya sendiri yang suka baca. Daripada menonton televisi saya lebih suka membaca.
Saya bukan penggemar sinetron bawang bombay, walaupun saya "cengeng berat". Kalau nonton acara televisi, lebih suka nonton National Geographic Channel. Hidup ini harus realistis, tidak semua indah seperti sinetron.
Minggu kemarin, kebetulan saya mengambil cuti dua hari untuk keperluan berobat di Kota Jambi. Saya menginap dirumah sahabat yang mempunyai rumah kost untuk mahasiswa. Dia menyediakan satu ruang yang luas untuk perpustakaan bagi mahasiswa.
Buku-buku merupakan sumbangan dari anggota Mapala Siginjai Unja (Universitas Jambi) dan beberapa donatur. Saya sangat respect pada beliau yang peduli dengan literasi.
Saya tiap ke sini, pagi-pagi belum mandi saya sudah duduk diperpustakaan. Membaca buku yang menarik seperti menyantap makanan sedap. Jadi jika tulisan yang tidak sedap kita paksa memakannya, gimana rasanya? Saya selalu lebih mementingkan "soul", Â saya selalu melakukan apa yang saya sukai.
Setiap kali kesini, saya membaca beberapa buku. Buku catatan seorang demonstran Soe Hok Gie tamat saya baca. Kali ini saya hanya punya waktu membaca sebuah buku tentang Suku Anak Dalam, namun belum selesai.
Jadi soal membaca buku, saya sebenarnya punya banyak list buku yang ingin saya beli dan baca. Sayang saya masih terkendala waktu. Saya, orang yang "parah" soal mood. Menulis mesti moodnya bagus, membacapun begitu.
Di Kompasiana saya juga menyimpan link-link tulisan sahabat kompasianer yang menarik, bermanfaat tapi belum sempat atau sudah saya baca. Jadi jika ada yang "nge-judge" kalau saya tidak pernah baca artikel sahabat Kompasianer, tidak selalu benar.
Jika ada yang menarik, tetap saya baca. Kalau tidak menarik tetap saya vote. Ini cara saya mengapresiasi karya sahabat kompasianer. Perlu juga sebagai catatan, tanpa mengharap vote kembali.
Mungkin sebagian orang menertawakan, cerita saya ini bullshits semua. Boleh saja berkomentar begitu, karena anda tidak mengenal saya. Memberi tidak harus menerima "nyata" kembali. Saya sangat percaya tangan Tuhan selalu bekerja untuk kita yang ikhlas dan tulus.
Jadi, apa anda masih tidak percaya kalau saya juga gemar membaca? Tidak? That's okay, semua berhak menilai, berpikiran yang buruk tentang orang lain.
FS, 15 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H