Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Menikmati Belut Kering Khas Kerinci yang Lezat dan Gurih

3 Januari 2021   13:11 Diperbarui: 3 Januari 2021   23:30 1763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang anda lakukan di hari pertama, kedua, ketiga tahun 2021? Yang jelas tiga hari ini saya telat bangun dan mulai bermalas-malasan. Layaknya anak sekolahan yang libur dan tidak bakalan dimarahi guru jika tidak sekolah. 

Dari dahulu kala, rasa-rasanya tidak ada resolusi tahun baru saya yang sukses. Makanya saya tidak pernah membuat target apa-apa, takut kecewa. Yang ada adalah niat saya selalu baik dan lurus di tahun 2021, segala niat baik dan lurus lambat atau cepat pasti dikabulkan Tuhan. Aamiin.

Sawah di pinggir Danau Kerinci/Foto Fatmi Sunarya
Sawah di pinggir Danau Kerinci/Foto Fatmi Sunarya

Selanjutnya saya mulai menjenguk kulkas yang sering merana jarang ditengok. Membersihkan kulkas sambil mencari apa yang bisa dimasak untuk siang ini. Baru awal tahun, ditandai saya malas ke pasar, padahal baru hitungan hari sudah mulai malas ya. Saya menemukan dua ikat belut kering khas Kerinci, dan saya tertarik menuangkannya ke artikel ini.

Belut Kering/Foto Fatmi Sunarya
Belut Kering/Foto Fatmi Sunarya

Kerinci sebagai penghasil beras terbesar di Provinsi Jambi mempunyai areal persawahan yang masih luas. Petani-petani Kerinci sambil mengerjakan sawah biasanya menangkap belut menggunakan lukah. Belut dalam bahasa Kerinci adalah "Kamanjang", berasal dari kata Ikan Panjang. Tanahnya subur tentu saja berdiam banyak belut di sana. 

Setiap daerah di Kerinci juga mempunyai cita rasa belut yang berbeda, belut dari daerah Hiang, Pondok Tinggi terkenal enak dan gurih. Kenapa berbeda cita rasa? Sama halnya dengan madu, tergantung lebahnya hidup dimana dan makannya apa. Begitu juga belut, tergantung tanah dan makanan ditempat dia berdiam.

Penjual belut kering di Balai Hiang/Foto Fatmi Sunarya
Penjual belut kering di Balai Hiang/Foto Fatmi Sunarya

Belut-belut ini ditangkap menggunakan lukah. Lukah terbuat dari bambu dan diletakan di sawah-sawah. Belut-belut akan terperangkap dilukah yang dipasang disawah-sawah. 

Belut-belut ini murni belut sawah, bukan belut hasil budidaya atau diternakkan. Ukuran belut sawah juga berbeda dengan belut hasil budidaya. Belut sawah biasanya berukuran kecil berbeda dengan belut budidaya yang berukuran besar dan (maaf) mirip ular. Belut-belut sawah berukuran kecil ini dipastikan tidak geli memakannya.

Sumber foto kompasiana.com/nursinirais
Sumber foto kompasiana.com/nursinirais

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun