Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Reyn dan Edelweiss Terakhirnya

29 September 2020   07:06 Diperbarui: 29 September 2020   07:27 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi satutenda.com

Dingin, sangat dingin membuat kau menggigil hebat
Ini musim kemarau, suhu hanya lima derajat
Tubuhmu dingin beku walau kupeluk erat
Reyn, parasmu begitu pucat

Hipotermia, itu yang kukira
Kuselimuti sang bidadari tak berdaya
Hanya gemeletuk terdengar, diam tak bicara
Bertahanlah, kugendong turun dirimu dengan kecamuk rasa

Denyut nadimu makin lemah
Kita sudah menaklukkan Puncak Gunung tertinggi nan gagah
Baru tadi, kau kupotret tersenyum renyah
Reyn, Reyn...aku mulai menangis dengan rasa bersalah

Reyn, gadis yang takjub memandang edelweiss
Telah tertidur panjang dengan senyum termanis
Suara tlah parau dalam raung
Segenap kesedihan sulit dilarung

Reyn, terakhir dirimu melihat edelweiss kali ini

Edelweiss, bunga abadi yang mengantarmu ke alam abadi

Fatmi Sunarya, 29 September 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun