Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Air Kehidupan

18 September 2020   07:59 Diperbarui: 18 September 2020   08:01 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air, ke mana air
Tak setitik mengalir
Menjilat embun pagi hinggap di daun
Menganga menunggu hujan turun

Kemarau, kemarau
Suara makin parau
Aku ingin setitik air! Teriak risau
Basahi sedikit saja kerongkongan ini, aku mulai menggigau

Dan menyesali, membuang air dalam limpahan
Memarahi runtuhnya hujan
Oh, aku menyia-nyiakan air sang kehidupan
Ampuni kami ya Tuhan

Membiarkan kegersangan
Tanah berpijak retak kekeringan
Hijau, mari menghijaukan dengan menanami
Agar air tetap mengaliri kehidupan yang ada di bumi

Fatmi Sunarya, 18 September 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun