Aku bernama MATA, sang jendela jiwa
Lihatlah, ada beribu cemas disana
Kadang melintas kesedihan tiba-tiba
Jarang terselip tawa ceria
Aku selalu ingin menyampaikan kebenaran nyata
Tak bisa dikendalikan oleh dusta
Tataplah aku, apa aku sedang terluka
Atau bahagia memenuhi rongga jiwa
Jika aku sudah bicara
Tak ada guna manis sebuah wicara
Atau tarian palsu dari raga
Dari sebuah MATA, kisah kehidupan bercerita
@fatmisunarya, 20 Desember 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H