Mohon tunggu...
MARITA RESTYANI
MARITA RESTYANI Mohon Tunggu... Wiraswasta - mahasiswa s1 Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah IBNU SINA

Marita Restyani, 23 tahun Lahir di Malang tepatnya sebuah desa kecil yang berada di kecamatan Ampelgading pada 08 maret 2000.Menghabiskan masa remajanya di Ponpes Alkhoirot Malang .Lulus MA mendedikasikan dirinya dengan mengabdi sebagai pengajar Madrasah Diniyah Alkhoirot dan Pengajar Madrasah Tsanawiyah Alkhoirot selama kurang lebih 3,5 tahun.Saat ini ia meneruskan S1-nya di STIT IBNU SINA Kepanjen - Malang, mengambil program Study Pendidikan Agama Islam. Di Pondok Pesantren Alkhoirot ia bertemu dengan para masyayikh dan guru yang dengan keikhlasannya mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Alkhoirot juga mengajarkan sebuah mantra sederhana “ Aku hafal aku lupa, aku tulis aku ingat, aku lakukan aku bisa.”. Selain menjadi Mahasiswa ia juga aktif menulis artikel- artikel sederhana di media kompasiana dan blog pribadi juga menjadi salah satu kontributor media Alkhoirot Putri . Tulisan adalah cara saya untuk mengungkapkan diri, memahami dunia, dan berkontribusi pada perbincangan global. Saya berharap bahwa tulisan-tulisan saya dapat membawa inspirasi dan refleksi kepada pembaca, serta mendorong mereka untuk berpikir lebih dalam tentang hal-hal yang penting dalam hidup.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyikapi Epidemik Pembuliyan: Menguak Akar, Dampak, dan Solusi

3 Maret 2024   08:07 Diperbarui: 3 Maret 2024   11:52 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyikapi Epidemik Pembuliyyan " Menguak Akar, Dampak, Dan Solusi "

Oleh : Marita Restyani

Pembuliyyan, atau yang lebih dikenal dengan istilah bullying, merupakan fenomena sosial yang telah menjadi perhatian global dalam beberapa dekade terakhir. Bullying adalah tindakan agresif yang dilakukan secara berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain yang lebih lemah secara fisik, emosional, atau sosial Pembuliyyan atau bullying merupakan masalah serius yang dapat berdampak negatif pada korban Tak hanya sekadar tindakan fisik atau verbal yang merugikan, pembuliyyan telah menjadi sebuah epidemi yang merusak kesehatan mental, emosional, dan bahkan fisik individu yang menjadi korban.

Dalam Seminggu Terakhir jagat raya media kembali dihebohkan dengan kasus perundungan/ pembuliyyan disebuah Pondok Pesantren di Kediri, Jawa Timur .Korban merupakan Santriwan (14 tahun) asal banyuwangi yang tiba --tiba dipulangkan dalam keadaan meninggal dengan keadaan tubuh penuh luka --luka dan lebam-lebam diduga korban mengalami penganiayaan oleh empat santri lainnya salah satunya adalah teman dekat korban.Terlepas dari itu semua semoga Allah mengampuni dosa-dosanya yang menerima amal baiknya. 

Menurut Husein basyaman, salah satu konten creator mengatakan " Pondok pesantren pada hakikatnya darurat kasus Bulliying dan Kekerasan , saya rasa tidak asing kasus-kasus tersebut ditelinga kita, bahwa kasus tersebut banyak terjadi di Pondok Pesantren ."  Beliau juga menambahkan bahwa dipesantren harus diadakan Satgas Anti Buliying dan Kekerasan Seksual untuk meminimalisir kejadian --kejadian tersebut.

 Dengan adanya kasus-kasus tragis seperti ini, penting bagi lembaga terkait dan masyarakat untuk bersama-sama menindaklanjuti dan mencegah kekerasan serta bullying di lingkungan pesantren terlebih Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang seharusnya melindungi dan mengayomi , demi menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung bagi semua santri.

Untuk menyikapi epidemik pembuliyyan dengan efektif, penting untuk memahami akar permasalahan, dampak yang ditimbulkannya, dan mencari solusi yang tepat.

Akar Permasalahan Pembuliyyan

Pembuliyyan dapat berasal dari berbagai faktor, seperti lingkungan keluarga yang tidak mendukung, kurangnya pemahaman akan empati dan toleransi, serta tekanan sosial di lingkungan sekolah atau tempat kerja. Selain itu, adanya ketidaksetaraan kekuasaan dan kurangnya pengawasan dari orang dewasa juga dapat menjadi pemicu terjadinya pembuliyyan.

Dampak Pembuliyyan

Dampak dari pembuliyyan sangatlah merugikan, baik bagi korban maupun bagi pelaku. Bagi korban, pembuliyyan dapat menyebabkan trauma psikologis yang mendalam, menurunkan harga diri, depresi, kecemasan, bahkan dapat berujung pada tindakan bunuh diri. Dampaknya juga bisa terasa jangka panjang, memengaruhi kinerja akademik, hubungan sosial, dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Sementara itu, bagi pelaku, pembuliyyan dapat menghasilkan perilaku antisosial yang berlanjut hingga ke masa dewasa. Mereka mungkin akan kesulitan membangun hubungan yang sehat dan produktif dengan orang lain karena kecenderungan untuk menyelesaikan konflik dengan kekerasan atau intimidasi.

Solusi untuk Mengatasi Pembuliyyan

Menangani epidemik pembuliyyan membutuhkan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat luas. Untuk mengatasi epidemik pembuliyyan, diperlukan langkah-langkah konkret seperti:

1. Pendidikan dan sosialisasi tentang pentingnya menghormati perbedaan dan membangun empati.

2. Meningkatkan peran orang tua dan guru dalam mengawasi serta mendampingi anak-anak.

3. Membangun lingkungan yang aman dan inklusif di sekolah maupun tempat kerja.

4. Memberikan dukungan psikologis bagi korban pembuliyyan.

5. Mengimplementasikan sanksi yang tegas bagi pelaku pembuliyyan.

Dengan kesadaran akan akar permasalahan, pemahaman akan dampak negatifnya, serta upaya nyata dalam mencari solusi yang tepat, diharapkan epidemik pembuliyyan dapat diminimalisir dan masyarakat dapat hidup dalam lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi semua individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun