"ARETA"
Oleh :Nurul Hidayati*
Pintu syurga menunggumu Firdaus merindukanmu
Pria areta kekasih Dzat yang Amerta
Hinaan angkara oleh Si adikara Hantaman durjana menggelemprakkan gagahmu
Semesta mencaci makhluk dursila Jibril semerta berdentum
Ingin menumpahkan isi dua gunung yang menjulang di Thoif
Mau membumi hanguskan Abrosfer Mekkah kala itu Makhluk langit ikut murka
Sebab bandul kedzoliman mengayun melampau batasnya
Geletar harap
Gerisik do'a
Pita suaramu jelas mengucap
"Ampunilah kaumku, karena mereka kaum yang tidak tau"
Padahal cairan merah mengental telah
Sempurnamelumuri terompah mulyamu
Geraham indahmu retak tersebab batu keras yang lancang menya
Hingga hari itu
Madinah Hening
Karena purnamanya tak lagi keluar dari singgahsana la sudah terdapat beranjak
Kening seorang rupawan dialiri keringat dingin Pepeohonan... Dedaunan...Rerumputan...Bebatuan...
Semua pada merinai tangisan
Dzunnurain tak dapat bicara
Abu Thurob tak mampu berdiri
Si singa Allah Umar
Mau menebas leher siapapun yang
Menyatakan kepergianmu dari planet ini Hingga realita memaksa kami mesti percaya
Kau meninggalkan tak hanya sedepa
Bersama sepatah kata "Ummati...Ummati...Ummati"
Pelipur laraku,
Kami semua rindu!
(Penulis merupakan mahasiswi s1 UNISMA Malang)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI