Mohon tunggu...
Fathimah Iffatul A
Fathimah Iffatul A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Kebidanan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Stunting: Tantangan Kesehatan yang Mengancam Masa Depan Generasi Muda

5 Januari 2025   08:43 Diperbarui: 5 Januari 2025   08:43 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menurut Trihono (dalam Yuana, 2021) Stunting atau pendek merupakan musibah yang tersembunyi, yang diakibatkan dari kekurangan gizi kronis sepanjang 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), dimana pertumbuhan anak tidak bisa diubah. Stunting adalah  masalah  kurang  gizi  kronis  yang  disebabkan  oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan  kebutuhan  gizi.

Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Pada tahun 2017 sebesar 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting (Hawi, 2020).

Kementerian Kesehatan mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, menyatakan bahwa prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022 (sehatnegeriku.kemkes.go.id, 25/01/2023).

Meski menunjukkan penurunan, namun prevalensi stunting merupakan masalah besar karena menjadi ancaman terhadap kesejahteraan dan ketahanan nasional jangka panjang. Masalah stunting penting untuk diselesaikan, karena berpotensi mengganggu potensi sumber daya manusia dan berhubungan dengan tingkat kesehatan, bahkan kematian anak.

Faktor Penyebab Stunting

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan stunting pada anak. Pertama, faktor utama bayi stunting adalah asupan gizi yang tidak memadai. Kurangnya asupan gizi tersebut dapat disebabkan karena rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan serta sumber protein hewani. Pemberian ASI yang tidak tepat juga dapat menimbulkan gangguan gizi. Selain itu, tidak terpenuhinya nutrisi optimal pada 1000 HPK anak dapat berdampak buruk terhadap pertumbuhan otak yang tidak optimal pula. 

Kedua, adanya faktor ibu, yaitu status gizi ibu yang buruk pada saat kehamilan, perawakan ibu yang juga pendek, dan pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak (Sukirno, 2019).

Kurangnya status gizi pada ibu selama hamil berkontribusi dalam pertumbuhan yang buruk pada anak. Anak dari ibu hamil dengan status gizi yang kurang, akan berisiko lebih tinggi mengalami stunting dibandingkan dengan ibu yang status gizinya baik. 

Ketiga, ketersediaan fasilitas sanitasi dan kebersihan yang dapat berpengaruh terhadap kondisi stunting. Lingkungan yang kumuh akan meningkatkan peluang kekerdilan pada anak-anak karena banyak paparan yang akan menghambat penyerapan nutrisi. Sanitasi yang buruk juga dapat menimbulkan penyakit pencernaan, sehingga dapat mengganggu proses penyerapan nutrisi dan dalam jangka waktu lama menyebabkan stunting. 

Anak-anak yang tinggal di daerah  dengan keterbatasan fasilitas kesehatan berpeluang lebih tinggi mengalami stunting dibandingkan dengan anak yang mendapat fasilitas kesehatan memadai. Hal ini karena terbatasnya fasilitas kesehatan dapat menyulitkan ibu dan bayi untuk mendapatkan layanan perawatan.

Keempat, rendahnya pengetahuan orang tua tentang stunting juga dapat berpengaruh terhadap pola makan dan kesehatan anak. Stunting dapat terjadi saat orang tua tidak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk pencegahan stunting pada masa kehamilan hingga masa kelahiran. Hal ini dapat terjadi akibat keterbatasan tingkat pendidikan dan kurangnya keterampilan ibu. Sehingga hal ini mempengaruhi kesadaran ibu dari manfaat pemeliharaan kesehatan, khususnya dalam pemberian nutrisi pada bayinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun