Ini artinya, status yang disematkan Tedros atas COVID-19 jelas mengada-ada alias lebay.
Apakah Tedros sebagai peniup pluit nggak punya agenda terselubung dibalik upayanya membuat situasi dunia panik? Tentu sebaliknya, Rudolfo.
Inilah yang akan saya ulas pada tulisan kedua ini.Â
19-25 September 2019. Bertempat di New York sebuah aliansi yang bernama ID2020 yang disponsori oleh World Economic Forum, mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi tentang Dampak Pembanguan Berkelanjutan dengan tema: "Rising to the Good ID Challenge".
Nah hasil pertemuan tersebut kembali dimatangkan di Davos, Swiss pada Januari 2020 yang lalu.
Apa isi kesepakatan tersebut?
Mereka akan mengeluarkan platform identitas digital di seluruh dunia. Dan Bangladesh telah ditunjuk sebagai negara perintis yang akan menerapkan program tersebut pada tahun 2020 ini.
Saat WHO mengeluarkan status darurat pandemi global, apa kira-kira yang mungkin dilakukan sebagai antisipasinya? Tak lain adalah upaya vaksinasi global.
(Makanya, dalam analisa saya terdahulu, vaksin COVID-19 memang sejatinya sudah ada, tinggal dikeluarkan saja pada waktunya nanti.)
Vaksinasi global ini akan bersifat memaksa kepada semua orang karena status gawat daruratnya tadi. Kalo perlu pakai bantuan pihak berwajib atau kalo perlu militer, sekalian. Yang nggak mau divaksinasi, maka harus siap dijebloskan ke penjara atau didenda, karena telah melanggar UU darurat.
Dan kalo sudah bicara vaksinasi global, siapa yang diuntungkan secara ekonomis dengan proyek dunia tersebut? Tak lain adalah Big Pharma dan GAVI (Global Alliance for Vaccines and Immunisation). Siapa mereka, saya pernah mengulasnya. (baca disini)
Mungkin kalo kita yakin bila yang disuntikkan nanti hanya vaksin COVID-19 doang, kita bisa mahfum. Tapi kalo ada material yang lain?