Sama persis seperti apa yang ingin ku sampaikan. Buka telinga kita untuk memperbanyak dengar. Bukan mengumbar aib atas kisah orang lain. Tapi, hikmah apa yang kita bisa bagikan.
Pembicara yang baik adalah yang mendengarkan dengan baik. Sedangkan penulis itu berbicara lewat narasinya. Dengarkan apa yang ingin kalian dengar, tuliskan dengan rasa dan titian hikmah ketika membaginya. Jangan lepaskan hikmah setiap kalian membagi rasa lewat kata dan cerita.
Cari saja kisah-kisah inspiratif bukan hanya lewat baca. Buka telinga lewat berbagai media yang ada, Kajian, curhatan atau channel youtube misalnya. Bangunkan pendengaran kita untuk terus mengumpulkan energi lewat telinga kita.
Mengapa hanya mengumpulkan energi, bukan mencuri ide di sana. Karena kita  sudah terlalu banyak ide di dalam kepala. Namun, terkadang nihil aksi nyata untuk mewujudkan dalam tulisan. Kita tahu apa yang hendak kita bagikan, tapi tidak segera memulai menjabarkan.
Menunggu esok, lusa, jika sudah ideal, jika sudah keren, jika ide kita menjadi yang terbaik, atau ketika tulisan kita sudah sangat sempurna. Nyatanya, tidak ada aksi nyata memulai.
Tajamkan pendengaran kita, bangkitkan semangat kita lewat kata yang mereka bagikan. Tuliskan apa yang kalian dengar tanpa tapi, tanpa nanti. Pastikan tidak melanggar norma, lebih pada titian hikmah apa yang akan kita bagi lewat cerita kita.
Muara Karya adalah Jiwa
Inilah puncak apa yang mesti kalian tuliskan. Sebuah titik yang tidak seorangpun tahu apa yang kita rasakan. Sebuah misteri yang tak seorangpun tahu sebesar apa tumbuh subur di dalam dada kita.
Orang lain boleh pernah merasakan jatuh cinta. Tapi cinta kita dan mereka pada pasangan masing-masing tetap akan berbeda. Ceritakan lewat titian huruf dan kata, semai cinta kita tanpa perlu mencuri dengar bagaimana mereka.
Orang lain boleh menuliskan tentang rindu. Tapi hujan di kala itu mengingatkan semua tentang masa lalu. Rasa itu tak pernah sama dalam setiap jiwa kita. Tidak pernah memiliki ketetapan, berdiri dalam ketidak pastian pikiran kita. Lepaskan, tuiskan, terjemahkan lewat jemari kita.
Bagaimana dengan cemburu, bagaimana dengan sejuta rasa tentang ibu, bagaimana tentang cinta ayah yang membuncah tapi tak terdengar kita, bagaimana dengan kisah remaja kita yang unyu-unyu, bagaimana dengan kisah masa kecil kita, bagaimana kita pernah mengalami hal paling memalukan, mengembirakan, atau apa saja yang pernah kita lalui. Pernahkah kalian ingat itu semua?
Tuliskan lewat rasa yang melekat pada jiwa kita. Sampaikan dengan cara kita saja. Jika benar kalian sudah memastikan tekad menjadi penulis, tidak ada kompromi atas tapi. Tidak ada kompromi atas nanti.