Mohon tunggu...
MOH ARIEF FATCHIUDIN
MOH ARIEF FATCHIUDIN Mohon Tunggu... Pegawai BUMN -

Semangat menuju Tujuan Hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemandirian Ibu Murti, Penjual Nasi di Palmerah

22 April 2016   14:26 Diperbarui: 22 April 2016   14:43 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="doc/fatchiudin"][/caption]Jalan diantara Stasiun Kereta Api Palmerah menuju Pasar Palmerah yang panjangnya sekitar 100 meter telah dipenuhi pedagang. Ramainya lalu lalang orang dan sepeda motor di jalan tersebut menjadi daya tarik orang berjualan. Bermacam-macam barang dagangan yang dijual diantaranya penjual makanan, minuman, kelontong, buah-buahan, pulsa elektrik, plastik dan sol sepatu.

[caption caption="doc1/fatchiudin"]

[/caption]Sekitar tiga puluh meter disisi kanan jalan dari Stasiun Palmerah menuju ke arah Pasar Palmerah terdapat warung nasi. Tidak ada papan nama di warung nasinya. Karena tidak sebesar seperti warung nasi masakan padang atau warung nasi tegal.

Ibu Murti nama pemilik warung nasi tersebut, umurnya sudah memasuki 64 tahun. Lebih dikenal dengan panggilan “Ce Mur”, berasal dari Rangkasbitung. Sudah lebih dari lima belas tahun dia berjualan nasi. Suaminya telah meninggal tiga tahun yang lalu. Dia tinggal dengan anak perempuan bungsunya yang sudah berumur 23 tahun dan bekerja di restoran.

[caption caption="doc2/fatchiudin"]

[/caption]Ibu Murti tinggal di rumah kontrakan yang yang tidak terlalu luas sekitar dua belas meter persegi termasuk terasnya sebagai tempat warung nasinya.

Rumahnya tidak tertata rapi, karena seluruh kegiatan seperti memasak, menonton TV, istirahat dan berkumpul dengan keluarga dalam satu ruangan. Termasuk tempat menyimpan bahan mentah yang mau dimasak, perlengkapan masak, tempat pakaiannya.

[caption caption="doc3/fatchiudin"]

[/caption]Setiap hari, pukul dua pagi Ibu Murti sudah bangun dari tidurnya. Semua masakan yang akan dijajakan diolahnya sendiri. Masakan yang disajikan tidak banyak jenisnya seperti sayur, ikan goreng, ikan balado, gorengan bakwan, tempe dan tahu. Masakan siap disajikan dan dijajakan setelah shalat shubuh dan ditutup sampai pukul delapan malam.  

Sekitar pukul delapan pagi, anak perempuannya yang tinggal tidak jauh dari warungnya datang membantu Ibu Murti menjajakan dagangannya. Membantu dalam melayani pembeli, baik pembeli yang makan di lokasi maupun yang dibungkus.

[caption caption="doc4/fatchiudin"]

[/caption]Ibu Murti adalah sosok ibu yang tidak bergantung kepada anaknya. Selama masih mampu bekerja dan berpenghasilan, dia tetap melakukan akivitasnya sebagai penjual nasi. Umur tidak menjadi hambatan untuk terus bekerja dan hidup mandiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun