Bukankah menyakitkan jika kita menemui seorang anak tumbuh besar dengan kepandaian membaca, menulis dan menghafal buku tetapi gagal menanggapi kompleksitas lingkungan sosialnya sebagai bagian yang nyata-nyata mengembangkan dirinya ? . bagaimana seandainya kita menemukan seorang perempuan yang pandai mengaji tetapi juga fasih menyebarkan berita bohong dan menelanjangi orang lain ?
Dalam realitasnya, seorang remaja di sekolah menengah tentu lebih tertarik menyanyikan lagu – lagu berbahasa inggris sembari menyelami maknanya daripada membaca text berjudul “ Indinesia Archipelago”. Maka konsep yang telah diterapkan kepela sekolah Tomoe adalah mengahdirkan dunia realitas, masuk dalam kelas.
Saya sendiri pernah mendengar sekilas – sekilas disela – sela bincang ringan di ruang guru sekolah sayatentang konsep sekolah. “ Kenapa sekolah tidak dibangun seperti taman hiburan ? dimana banyak bangku-bangku , gazebo – gazebo, ruang terbuka hijau dan penataan interior kelas yang nyaman, menyenangkan namun juga konsisten sebagai tempat belajar.
Entah, apakah kelak terwujud atau mungkin sudah ada konsep – konsep sekolah alam, sekolah yang menyenangkan ini akan bertambah jumlahnya. Bahwa ada jutaan Totto-chan di luar sana yang mungkin adalah anak didik kita yang merindukan sekolah yang benar – benar mengajarinya arti kehidupan sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H