Mohon tunggu...
Fatah Saiful Anwar
Fatah Saiful Anwar Mohon Tunggu... Guru - Guru terbaik adalah pengalaman

Merdeka adalah bebas dari segala duka dan damba

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apa Itu Peristiwa Kenaikan Isa Almasih?

26 Mei 2022   10:41 Diperbarui: 26 Mei 2022   11:18 1298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenaikan Isa As adalah kisah yang termaktub dalam Alkitab Injil versi Markus, Lukas, Kisah para Rosul, Matius, maupun Yohanes yang mengisyaratkan selesainya risalah Nabi Isa As atas umatnya, sehingga Isa As diangkat kembali oleh Tuhannya ke Surga. Kematian Isa As sendiri pun didalam memahaminya umat Kristen pun bermacam- macam versi. Pada umumnya kematian Isa almasih dianggap sebagai kurban untuk menebuskan dosa- dosa manusia (pengiikutnya). Bagaimana dengan Islam sebagai penyempurna agama- agama sebelumnya memandang?.

Prespektif Islam memandang bahwa, awal mula kenapa kaum Yahudi pada saat itu membunuh Nabi Isa dikarenakan hadirnya Nabi Isa yang bisa menyembuhkan orang sakit, meniupkan ruh pada patung burung serta menghidupkan orang yang sudah meninggal, membuat para Rahib (Pendeta Yahudi) saat itu merasa direndahkan. Sedangkan pada saat itu pendeta dianggap sebagai penyambung antara hamba dan sang khalik,. Sehingga mereka menganggap Isa sebagai musuh bagi misi mereka.

Kemudian para Rahib berkumpul dan melakukan makar terhadap Isa dengan membuat rencana jahat melakukan sabotase terhadap Isa, Isa difitnah sebagai anak haram yang menyesatkan umat di Baitul Maqdis dan merongrong kekuasaan Raja. Hal tersebut diadukan pada Raja Pilatus (Gubernur daerah Yudaea, 26-36 M) pada saat itu, hingga akhirnya Raja pun terhasut untuk mengutus wakil Raja Gubernur yang ada di Baitul Maqdis untuk membunuh Isa dengan cara di Salib.(Tafsir Ibnu Katsir).

Pertanyaan pertama, apakah Isa As mati karena tersalib? Pertanyaan ini dikonformasi dalam QS. An- Nisa', Ayat 154:

"padahal mereka tidaklah membunuhnya dan tidaklah menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh adalah orang yang diserupakan dengan Isa As bagi mereka" 

Salah satu peristiwa mukjizat Allah bagi Isa As adalah peristiwa tersebut, di mana Isa tidak terbunuh oleh pembesar Yahudi kala itu dengan cara disalib. Namun telah digantikan oleh orang lain yang diserupakan Isa As, seperti halnya ketika penggantian nabi Ismail dengan kambing qurban.

Kemudian bagaimana seputar kematian Isa As ini termaktub dalam Al- Qur'an? Pertanyaan ini terjawab dalam  QS. Ali Imran (3) ayat 55:

"ingatlah, ketika Allah SWT berfirman, wahai Isa! Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepadaku, serta mensucikanmu dari orang-orang kafir dan menjadikan orang- orang yang mengikutimu di atas orang- orang yang ingkar hingga hari akhir, kemudian kepadaku engkau kembalilalu aku beri enngkau keputusan tentang apa yang kamu perselisihkan" 

Kesalahpahaman terjadi ketika memahami bagian kata "mengangkatmu kepadaku" dipahami naik ke atas langit seperti juga yang diceritakan dalam Injil atau Bible. Syeikh Shalthout Rektor Universitas Al- Azhar Mesir mengenai  Isa Al-Masih mengkonfirmasi bahwasanya Isa As wafat secara wajar, artinya dalam keadaan normal seperti manusia pada umumnya . dan tidak sedramatis bahwa Isa diangkat kelangit seperti yang dipahami selama ini. Itu adalah khayyali yang berlebihan.

Seperti halnya sebagian umat Muslim sendiri ada yang memahami bahwasanya Nabi Isa AS masih hidup di langit ke tujuh bersama Allah SWT. Perlu dipahami bahwa Kata "mengangkat" yang dalam bahasa Arab "Raf'u" di dalam Al- Quran dipakai kebanyakan  tidak pada hal yang bersifat fisik tetapi untuk hal metafisik. Maka kesimpulannya yang naik adalah Ruh dari Nabi Isa As.

Selanjutnya, perlu dipahami juga bahwasanya di sini terdapat pemahaman yang bercampur antara Teologi Islam dan Kristen sehingga perlu sekali untuk diklarifikasi lebih lanjut karena selama ini beberapa tafsir dan pemahaman seputar ayat  yang mengisahkan kenaikan  Isa Al-masih yang beredar di masyarakat mempertegaskannya dua sudut pandang yang bercampur aduk antar satu Pandang Teologis Islam dan sudut pandang penafsiran Bible yang berkembang dimasyarakat.

Sebelumnya, kita bahas terlebih  dahulu dari sisi teologi dalam Islam sendiri memiliki bermacam- macam aliran, namun ada dua teologi yang sangat bersebrangan dimana masing-masing memiliki konsekuensi terhadap lurus tidaknya tauhid seorang Musllim. Dua teologi tersebut adalah paham Asy'ariyyah dan paham Mujassimah.

Dalam paham asy'ariyyah memahami bahwa Allah SWT dalam Surat Al- A'raf 54: "sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di Arsy" (Al- A'raf: 54). Kata "bersemayam di atas Arsy" bukanlah dipahami secara khissiyah (panca indera) tetapi dipahami sebagai kata yang bermakna esoteris atau kinayah (kiasan). Hal tersebut dimaknai sebagai  sifat agung, tinggi dan kesucian Allah melebihi segalanya.

Adapun dari konsekuensi logis dari pernyataan tersebut adalah memberikan pemahaman yang mapan dalam benak seseorang karena memang secara logika Alloh SWT tidak akan bisa dibayangkan secara abstraksi. Demikian juga yang telah dipahami bahwa salah satu sifat yang dimiliki Allah SWT adalah "Mukhalafatu lil hawadisi"  berbeda dengan semua hal baru (makhluk ciptaanNya). Dengan dalil QS. Asy- Syura: 11 yang berbunyi : "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan dia".

Sedangkan dalam paham mujassimah yang banyak dianut oleh kelompok besar Muhammad Bin Abdul wahab atau akrab dikenal dimasyarakat dengan  sebutan Salafi- Wahabi, memahami Allah SWT bertempat di Arsyi atau langit tertinggi secara Jismiyyah sehingga hal ini memiliki konsekuensi logis terhadap pemahaman bahwa Allah SWT memiliki fisik. Sehingga menafsirkan kata "Arsyi" sebagai tempat bersemayam tentu sangat mirip dengan pemahaman umat Yahudi yang mengatakan Tuhan Bapa mengangkat anaknya Isa As dari bumi ke langit.

Konklusi  mengenai dua paham yang berseberangan ini, mana yang bisa dijadikan pedoman? konsensus Ulama' atau  kesepakatan ulama memutuskan bahwa ayat tersebut wajib di takwil atau di pahami tidak hanya dari segi literal tapi juga secara maknawiyyah (makna yang terkandung) jika dalam ilmu hermeunitika Schleiermacher tidak cukup mengetahui tetapi juga harus memahami sedalam- dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun