Mohon tunggu...
Fasih Radiana
Fasih Radiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Kalimatku sederhana, hanya ingin berbagi cinta lewat sederet kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apa Salahnya Mencintai Kekasih Orang?

11 Agustus 2012   10:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:56 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedari tadi, sudah berulang kali aku meyakinkan diri. Tak ada rasa tersemat diantaranya. Ah, apa lagi ini? Resah yang menyebarkan gelisah membuatku kian gundah. Momdar-mandir tak tentu arah.

Aku rindu, kangen senyummu yang rekah. Kamu mengambilnya diam-diam tanpa seijinku. Lewat tatap semu dari tawa yang renyah. Aku masih ingin merasakan aroma tubuhmu, menikmati lamunan yang makin liar. Kali ini aku benar-benar kehabisan daya. Jadi pilu ingin bertemu. Cukup dengan melihatmu, meski hanya di belakangmu. Jujur saja aku juga masih belum percaya, kamu menggetarkan napasku. Mengubah iramanya jadi lebih syahdu. Kamu membuatku jadi betah, jadi sedikit lebih tabah menahan amarah. Aku ingin kamu tetap di sampingku. Aku hanya ingin merasakan senyummu. Hanya ingin terus duduk menjuntai berbaur bersama tawa yang menderai. Ah, kamu membuatku terbuai. Orang bilang, jadi sedikit lebay. Dalam diam aku masih mencuri-curi pandang. Mataku hilang kendali, tak kuasa melirik di bawah terik. Kamu mengundang rasa yang tak jadi tamu undangan. Kamu melesetkan sasaran, melesapkan perasaan. Aku jadi kecanduan. Ternyata susah, mengusir bayang yang terlanjur melayang-layang dalam lamunan. Jadi setengah gila, memikirkanmu aku kehilangan logika.

Aku ingin memanggilmu, menolehkan kepalamu. Memalingkan pandanganmu hanya ke arahku. Mengubah tujuanmu menjadi bahagiaku. Merapikan denyut jantungku, membuatnya jadi stabil. Pak, Kak, Mas, atau harus seperti apa aku memanggilmu. Aku tak punya cara membuat gendang telingamu hanya berfungsi mendengar suaraku. Aku bahkan tak punya nyali menyebut namamu. Aku tak berani jatuh di pelukanmu. Kecuali kamu mengijinkan aku lebih dulu. Memungutku. Merengkuhku lebih dulu. Tidak mungkin kah? Benar, mustahil? Kalau begitu cukup menyapaku dengan tatapan yang melelehkan senyuman.

110812~Ceritakan padaku tentang hatimu

CHECK THIS! http://fasihhradiana.blogspot.com/

follow me on TWITTER NOW !

Or The Anthology of Love's TWITTER :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun