Apakah Anda penonton setia televisi? Jika iya. Lalu acara tv apa yang sering Anda tonton? Berita? Sinetron? Infotaiment? Atau Reality Show? Setiap hari orang-orang pasti meluangkan waktunya hanya untuk sekedar menyalakan tv lalu menonton acara tv yang mereka sukai. Dan salah satu acara tv yang paling sering ditonton adalah sinetron. Yap! dari dulu hingga sekarang eksistensi dari kehadiran sinetron di layar televisi tidak kehilangan pamornya. Dari tahun ke tahun, sinetron pun telah dimodifikasi sedemikian rupa dengan cerita yang lebih modern serta ditambah pemain-pemain muda yang baru dan lebih fresh. Bahkan demi menaikkan jumlah penonton, saat ini beberapa stasiun tv swasta mulai berlomba-lomba menayangkan serial tv luar negeri seperti Korea, Turki, dan India.
Siapa sih yang tidak tahu drama korea seperti Boys Before Flowers, Naughty Kiss, dan The Heirs? Atau Cinta Di Musim Cherry, Elif, Canzu dan Hazel dari Turki? Atau Mahaputra dan Mahabharata dari India? Bahkan drama korea Boys Before Flowers pun masih sering diputar ulang di salah satu tv swasta meskipun jadwal penayangannya sudah berakhir. Dilihat dari maraknya penayangan serial tv luar negeri itu, sinetron lokal seperti kehilangan pamor dan penonton setianya. Meskipun masih ditayangkan di layar televisi, tetapi para penikmat televisi seakan lebih tertarik dan tergugah untuk beralih menonton serial tv luar negeri tersebut. Lalu apa yang membuat “sinetron” luar negeri lebih diminati dibandingkan sinetron Indonesia?
Jalan Cerita
Banyak yang beranggapan bahwa sinetron Indonesia memiliki jalan cerita yang terlalu bertele-tele dan terkadang ceritanya keluar dari tema yang seharusnya. Selain itu, rata-rata sinetron Indonesia memiliki alur cerita yang monoton sehingga jalan ceritanya mudah ditebak. Misalnya saja sinetron bertema percintaan yang isinya tidak pernah jauh-jauh dari kisah percintaan antara si kaya dengan si miskin, cinta segitiga, dan cinta yang tidak direstui. Sementara serial tv luar cenderung konsisten dengan jalan ceritanya. Genre yang disuguhkan pun tidak hanya berpusat pada percintaan saja, tetapi beberapa genre seperti drama, horror, dan science fiction juga ditampilkan menjadi tema serial tv tersebut. Konflik-konflik yang dimunculkan pun lebih bervariasi sehingga penonton merasa penasaran akan seperti apa kelanjutan dari ceritanya.
Aktor dan Tokoh
Salah satu yang menjadi daya tarik dalam sebuah sinetron atau serial tv adalah para aktor yang memainkan tokoh-tokoh dalam serial tersebut. Tokoh-tokoh yang diperankan dalam beberapa judul sinetron Indonesia cenderung diperankan oleh para pemain yang sama. Biasanya aktor-aktor itu merupakan artis yang sedang booming saat itu juga. Tokoh-tokoh dalam sinetron Indonesia pun sangat kental dengan peran protagonis dan antagonis. Berbeda dengan serial tv luar, kebanyakan orang menganggap akting para pemainnya sangat natural dalam memerankan tokoh yang diperankan. Pemeran utamanya pun tidak hanya dari kalangan remaja saja tetapi ibu rumah tangga bahkan kakek tua dapat menjadi tokoh utamanya.
Masa Tayang
Sering kita lihat bahwa sinetron Indonesia ditayangkan hampir setiap hari per episodenya. Rata-rata waktu penayangannya selama satu jam. Bahkan terkadang bisa sampai dua jam dengan dua episode. Hal itu yang memungkinkan sinetron Indonesia cenderung memiliki jumlah episode yang banyak. Ditambah dengan rating tinggi membuat pihak yang memproduksi sinetron itu memperpanjang masa penayangannya hingga beratus-ratus episode. Berkebalikan dengan sinetron Indonesia, serial tv luar biasanya tayang seminggu sekali dengan waktu penayangan selama satu jam. Jumlah episodenya juga hanya sekitar 20-30 episode. Jika ada kelanjutannya pun, misalnya dalam serial tv barat biasanya dikemas dalam bentuk per season tetapi masih dalam rentang episode tidak lebih dari 25 episode.
Kultur Budaya
Dilihat dari segi budaya, sinetron Indonesia cenderung mengikuti budaya barat. Misalnya pakaian seragam sekolah yang roknya terlalu pendek atau lingkungan pergaulan remajanya yang terkesan kebarat-baratan. Lain halnya dengan serial tv luar, misalnya drama India yang masih menyuguhkan budaya asli India yang diterapkan dalam kehidupan para remajanya seperti tari-tariannya dan pakaian tradisionalnya. Sebenarnya baik itu sinetron Indonesia maupun drama Korea, Turki, dan India tidak terlepas dari pengaruh budaya barat. Tetapi, alangkah baiknya apabila sinetron Indonesia juga tidak melupakan kultur asli Indonesia yang mungkin dapat memberi kesan positif terhadap sinetron itu sendiri.
Pada dasarnya, sinetron Indonesia dan serial tv luar negeri tidak jauh berbeda, baik dari segi genre, alur cerita maupun pemainnya. Tetapi, mungkin yang membedakan adalah cara penyajian serta pengemasannya yang didukung oleh sinematografi yang lebih bagus. Dan seharusnya hal itulah yang dijadikan motivasi bagi para rumah produksi sinetron Indonesia untuk semakin maju serta berusaha lebih baik lagi guna memproduksi sinetron yang tidak hanya berkualitas tapi juga mendidik. Jangan lupa juga, kita sebagai generasi muda sudah sepantasnya tetap mencintai produk-produk buatan lokal sendiri.
Hidup pesinetronan & perfilman indonesia!
Salam kompasiana!
Selasa, 27 Oktober 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H