Mohon tunggu...
Muhammad Farzha Putra
Muhammad Farzha Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Menulis di kala senggang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyingkap Tabir: Apa Itu Anti-Semitisme?

3 Desember 2022   10:06 Diperbarui: 3 Desember 2022   10:11 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faktanya, gejolak pergerakan terhadap aksi Anti-Semitisme sendiri masih terus berlangsung hingga hari ini. Okupasi pemerintah Zionis Israel terhadap Palestina tidak dapat ditampik lagi sebagai salah satu pemicu utama terjadinya aksi Anti-Semitisme kepada kaum Yahudi di seluruh penjuru dunia saat ini. berbagai pihak yang tergerak akibat perasaan senasib dan empati kemanusiaan dengan Palestina tentunya memberikan dukungannya kepada Palestina dan menyatakan kecamannya kepada Israel.

Pemerintah Zionis Israel yang dimana disebut oleh banyak pihak sebagai agresor di dalam konflik antara Palestina dan Israel memang didominasi oleh kaum Yahudi dikarenakan perjalanan sejarah negaranya dimana seratus ribu pengungsi Yahudi di Eropa dipindahkan serta dijanjikan pemukiman di wilayah Palestina oleh Inggris melalui deklarasi Balfour. Berangkat dari situ, timbul berbagai gejolak sosial serta reaksi negatif yang juga menyasar kepada kaum Yahudi.

Miskonsepsi orang-orang dalam membedakan antara Yahudi, Yudaisme, Israel, dan Zionisme tentunya membentuk apa yang disebut dengan Anti-Semitisme itu sendiri tumbuh subur di dalam kehidupan masyarakat.

Pemahaman masyarakat sering kali menyamakan seolah-olah semua orang Yahudi adalah Zionis. Padahal, keduanya tidaklah sama. dalam bahasa Arab, Yahudi disebut dengan al-yahud dan Zionisme disebut dengan al-sahuniyyah. Artinya, orang Yahudi belum tentu memiliki ideologi Zionisme.

Yahudi sendiri merupakan golongan suku bangsa Abrahamic yang berasal dari kawasan Timur Tengah dan memiliki kepercayaannya sendiri yang disebut dengan Yudaisme.

Yudaisme adalah agama yang masuk dalam rumpun agama-agama Ibrahim seperti dengan Islam dan juga Nasrani. Ketiga agama tersebut memiliki "bapak" yang sama yakni Ibrahim (Abrahamic). Yahudi (dikenal juga dengan istilah bani israil) disampaikan melalui Musa AS, Nasrani melalui Isa AS, dan Islam melalui Nabi Muhammad SAW.

Sedangkan, Zionisme adalah suatu gerakan politik untuk menduduki Palestina untuk kehidupan dan keamanan komunitas Yahudi di seluruh dunia. Zionisme sendiri adalah suatu istilah baru yang baru muncul pada masa modern, tepatnya pada tahun 1890 oleh seorang penulis Yahudi asal Austria, Nathan Birnbaum, yang menuliskan pertama kali istilah Zionisme di dalam Majalah Self-Emancipation.

Kemudian, tujuh tahun kemudian, tepatnya 1897, Theodor Herzl menggunakan istilah Zionisme untuk penyelenggaraan Kongres Yahudi Pertama. Sebelum menyerukan kongres Yahudi pertama, Theodor Herzl menerbitkan Buku The Jewish State setahun sebelumnya. Di dalam buku tersebut, Theodor menyerukan agar orang-orang Yahudi untuk hijrah ke Israel dan mendirikan Negara yang mereka sebut dengan nama Israel.

Dari penjabaran tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya Yahudi mengacu pada suku bangsa, Yudaisme mengacu pada suatu agama/kepercayaan dari orang-orang Yahudi, Zionisme mengacu pada sebuah ideologi/paham politik, dan Israel mengacu pada nama sebuah negara yang didirikan oleh komunitas Yahudi yang bermigrasi dari Eropa.

Memahami perbedaan keempatnya menjadi penting, sebab kebencian serta tindakan diskriminatif terhadap golongan apapun bukanlah suatu hal yang patut dijustifikasi. Tidak semua kaum Yahudi memiliki ideologi Zionisme. Bahkan, beberapa di antara kelompok Yahudi sekalipun menentang penjajahan yang dilakukan Israel terhadap Palestina seperti yang dilakukan oleh kelompok Jewish Women’s Committee to End the Occupation of the West Bank and Gaza (JWCEO) sejak tahun 1989, serta kelompok-kelompok Yahudi lainnya yang kontra terhadap kebijakan pemerintahan Zionis Israel. Sentimen negatif dan diskriminatif sudah seharusnya diakhiri terhadap  kaum Yahudi karena hal tersebut tidak patut dibenarkan meskipun idealisme kita tetap berpihak kepada kemerdekaan Palestina sekalipun. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun